Follow Us @farahzu

Thursday, November 13, 2008

Aku ingin kalian tumbuh kuat

6:59 PM 10 Comments
Bahwa mencintai tidak hanya berarti memberi. Mencintai juga berarti menumbuhkan, mengembangkan, dan menjadikannya kuat. Jazakallah atas pelajaran berharganya Om, bahwa mencintai tidak berarti selalu ada untuk menguatkan. Kadang, kala ia terjatuh, cinta membiarkannya belajar, bagaimana caranya bangun kembali.
Takut salah mendidik,
            Depok, 11 November 2008

Wednesday, November 12, 2008

Zona Nyaman; Jangan Pernah Kau Tinggalkan (Penting, baca sampai habis)

6:59 PM 20 Comments
*enak ya, jadi observer*
       Berawal dari kedatangan telat-ku di kelas pelatihan hari ini, Senin 10 November 2008. Yaaahh, 5 menit saja,, ngerasain juga akhirnya duduk di parking lot. Jadi observer. Tidak punya hak bicara. Alhamdulilah, pendengaran tidak perlu diatur haknya.
       Jadi observer. Meski kadang gatal untuk bicara, tapi aku merasakan keadaan psikologis yang sangaaaaaatt nyaman. Tak ada sedikitpun ancaman ataupun ketakutan. Juga tidak perlu merasa bersalah jika salah menjawab atau berpendapat. Atau ketika tidak tau sama sekali tentang jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan dosen. Nyaman,, Sebenar-benar nyaman.
      Tapi…aku tidak bisa mendapat sebanyak yang teman-teman lain dapatkan jika datang tepat waktu. Ilmu. Yeah, pelajaran. Soft skills. Kekuatan mental. Kelapangan dada. Sabar. Pengetahuan yang lebih mendalam dan komprehensif. Dan keterjagaan (keaktifan menghindarkan kita dari ngantuk, hehe..).
      Tapi (lagi), kondisi itu tidak nyaman! Itu sebabnya, sebagian besar peserta ajar (siswa, mahasiswa, hingga mutarabbi) menunduk dan menghindari tatapan pengajar ketika pertanyaannya terlontar. Sekali lagi, tidak nyaman. Dulu, aku yang belum tau “hukum umum” itu terjebak mata dosen karena tidak ikut menunduk saat dosen bertanya. Jadilah aku yang tatapannya “tertangkap” harus menjawab pertanyaan yang sesungguhnya aku sama sekali tidak tau jawabannya.
      Setiap kita punya zona nyamannya masing-masing. Sering, kita sangat enggan untuk meninggalkan zona itu. Ah, sudah nyaman. Yang penting gua senang. Hidup ngapain dibikin susah... Yah, biasanya seperti itu. Atau, ada ketakutan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan yang ada di luar zona nyaman kita.
     Hhmm,, jadi ingat. Dulu waktu "kecil", waktu masih di legislatif mahasiswa fakultas, aku mendapat banyak sekali pelajaran tentang ini. Di fakultas (duh, malu nih mau ngaku) aku selalu uring-uringan.. Kalo lagi kesel sama POMDA atau bendum2 senat yang tentu saja tidak sebaik seperti sekarang terhadap bendum MPM, aku selalu melarikan diri menemui partner kerjaku yang lain: Emi, bendum FUSI. Haha, lucu rasanya. Kalo ada Mba Mira sang ketua BPM, p[ada beliau lah aku menumpahkan segalanya.
      Hingga akhirnya aku menemukan hal yang sangat menyenangkan. "Bermain-main" di tingkat UI. JAdi PJ Humas Pokja Pemilihan Rektor UI. Hwaaaa,,, aku baru benar-benar merasakan kenyamanan itu. Meski capek, tapi senang. Nyaman. Dan gerakku pun lebih sempurna (jauh lebih baik lah,,).
  Nah, setelah Pokja Pilrek berakhir dan aku menemukan bahwa "UI" itu menyenangkan,, setiap kali burn out dengan kerjaan di fakultas, aku melarikan diri. Bukan mencari orang lain. Tapi mencari fakultas lain (Haha,, kalo ingat payah banget dehh) yang membuatku nyaman. Biasanya aku "nongkrong" di mushola FKM. Menikmati nyamannya mushola indah itu sambil bermimpi fakultasku memiliki mushola serupa, Bertemu teman-teman yang luar biasa ramah dan menyenangkan sangat... Menyenangkan sekali...
     Tapi lama kelamaan, kupikir aku tidak bisa terus seperti itu. Lambat laun aku "semakin besar" dan menyadari, bahwa aku harus kuat di setiap situasi. Meski di legisltif dulu aku "digampar-gampar" ke sana kemari, lantas "kabur" menyelamatkan diri, kupikir, sudah saatnya aku dewasa. Berani menghadapi semua yang ada di hadapanku. Toh, semuanya juga pilihanku.
      Pilihanku untuk belajar lebih banyak di sana. Untuk lebih kuat dari yang lain. Pilihan untuk bertumbuh dengan optimal dan menjadi pribadi (dan kader da'wah) "tahan banting". Meski sulit, tapi pasti bisa! Kadang orang yang "mau" lebih bermanfaat daripada orang yang "mampu" (kata-kata indah penyemangat dari Cune). Bahwa, seperti pada cerita awalku di atas, tidak akan banyak yang bisa didapat bila kita terus berada dalam zona nyaman kita.
         Nah,, setelah kujalani dan kurenungkan kembali,,, Rasanya aku akan lelah kalau keluar dari zona nyamanku untuk menjalankan amanah-amanah ini. SAmpai kapan? Berharap "medan"-ku akan berubah? Kapan?? Akhirnyaaa... Kuputuskan bahwa aku tidak akan keluar dari zona nyamanku. Tapi aku akan belajar untuk meluaskan zona nyaman itu. Jadi apapun kondisinya, aku bisa terbiasa untuk nyaman, sekeras apapun, dan bekerja seoptimal saat aku merasa benar-benar nyaman.
   Yaaah, itulah mungkin, ladang amal yang Allah sediakan untukku. Ya Allah, luluskanlah hamba dhaif-Mu ini dalam ujian keimanan indah ini...

***
Teman, kita tidak akan bisa berkembang lebih baik bila terus berada di zona nyaman kita. Seperti teori 3 steps model dari Lewin, seseorang yang berada dalam kondisi “freeze” harus mengalami disekuilibrium untuk dapat moving/change, unfreeze…lalu refreeze, dengan tingkah laku baru yang lebih adaptif (haduh, maaf, gara-gara lagi kuliah Pelatihan)
Depok, 10 November 2008

Friday, November 7, 2008

kalimat majemuk

3:32 PM 7 Comments
Bismillah,, semoga berkah…
Aku jadi ingin nulis. Hilang rasa laparku, :D
Membaca tulisan seorang anak MIPA, membuatku menarik sebuah kesimpulan. Bukan kesimpulan sebenarnya, karena terlalu menggeneralisir. Bahwa,
Ternyata anak MIPA itu teramat sangat hebat dalam membuat kalimat majemuk. Setara maupun bertingkat. :p

Abis dari Teknik (lhoh, kok MIPA?)
Depok, 7 November 2008

Tuesday, November 4, 2008

Sebuah Klarifikasi Atas Blog Sebelumnya

6:40 PM 4 Comments
Ehm, ehm, sepertinya pada salah nangkep nih maksudku nulis di blog ini...
kata "mau" di judul tsb SAMA SEKALI TIDAK BERMAKSUD untuk "menawarkan" anak-anakku untuk kalian, atau siapapun... Kan sudah kubilang, mereka milik ummat =D

"mau" di sana, artinya, siapa yang mau punya anak sehebat anak-anakku?

begitchuuu... okai, okai?? mohon maaf kalo banyak yang jadi salah persepsi... Apalagi salah berharap =D maaf ya... tidak bermaksud menyinggung siapapun.

(tapi kalau ada yang emang beneran "xxx", boleh menghubungi saya)
^_^