Wong Jogja
farahzu
8:59 AM
4 Comments
7-13 Juli 2012. Surat tugas Pimnas berbunyi. Bersihnya, 8-12 Juli saya di Yogyakarta. Kota yang tenang, rapi, ramah, lengang, dan, ngebut. Hehe..
Warga Jogja yang kutandain di pikiran, adalah lembuuuuutt sekali. Seperti aku *hueks*. Saking nipunya nih penampakan, sampai dibilang, kamu tuh harusnya jadi putri jogja loh dek. Hihihi.. Ga semua orang laah perlu tau aslinya aku.. :D
Kalau menolong, puoooll. Di Jakarta mungkin hanya ditunjuki arah kalau kita bertanya lokasi toilet, misalnya. Di Jogja, diantar. Padahal sedang mengerjakan hal lain. Dan sebagainya. Tapi pernah juga sih diomelin tukang parkir waktu nanya jalan. Mbok ya kalau nanya tuh turun dulu, matikan mesin motornya, baru tanya... *hhe..kebiasaan di sini.
Secara umum, kondisi lalu lintas lancar.. Lengang.. Tak ada angkot. Semua pakai motor. Ada sih Transjogja, tapi nunggunyaaa laaammaaa.. Bisa setengah jam sendiri. Tapi kok tidak ada yang protes atau mengeluh.. Ckckckck.. Kayaknya mereka punya banyak sekali waktu untuk orang lain. Beda sekali dengan di sini yang kebanyakan individualis. Hihi..
Karena hampir ga ada angkot.. Ya sih jadi lancar. Tapi ke mana-mana jadi rempong. Alhamdulillah kami nyewa motor. Nah yang tidak?
Tapi memang sepenglihatan saya, hampir semua warga Jogja mengendarai motor. Ngebutnya kayaknya lebih parah daripada di Jakarta deh. Tapi rapi. Meski ada becak juga di jalan raya sekalipun. Kayaknya tiap hari ada razia polisi deh. Lalu kata kakak saya yang telah beberapa tahun di Jogja, warga Jogja itu patuh sekali dengan Sultan. Makanya tertib..
Lembut, suka menolong, santun, mengutamakan orang lain, dan mematuhi pemimpin. Begitu.
Warga Jogja yang kutandain di pikiran, adalah lembuuuuutt sekali. Seperti aku *hueks*. Saking nipunya nih penampakan, sampai dibilang, kamu tuh harusnya jadi putri jogja loh dek. Hihihi.. Ga semua orang laah perlu tau aslinya aku.. :D
Kalau menolong, puoooll. Di Jakarta mungkin hanya ditunjuki arah kalau kita bertanya lokasi toilet, misalnya. Di Jogja, diantar. Padahal sedang mengerjakan hal lain. Dan sebagainya. Tapi pernah juga sih diomelin tukang parkir waktu nanya jalan. Mbok ya kalau nanya tuh turun dulu, matikan mesin motornya, baru tanya... *hhe..kebiasaan di sini.
Secara umum, kondisi lalu lintas lancar.. Lengang.. Tak ada angkot. Semua pakai motor. Ada sih Transjogja, tapi nunggunyaaa laaammaaa.. Bisa setengah jam sendiri. Tapi kok tidak ada yang protes atau mengeluh.. Ckckckck.. Kayaknya mereka punya banyak sekali waktu untuk orang lain. Beda sekali dengan di sini yang kebanyakan individualis. Hihi..
Karena hampir ga ada angkot.. Ya sih jadi lancar. Tapi ke mana-mana jadi rempong. Alhamdulillah kami nyewa motor. Nah yang tidak?
Tapi memang sepenglihatan saya, hampir semua warga Jogja mengendarai motor. Ngebutnya kayaknya lebih parah daripada di Jakarta deh. Tapi rapi. Meski ada becak juga di jalan raya sekalipun. Kayaknya tiap hari ada razia polisi deh. Lalu kata kakak saya yang telah beberapa tahun di Jogja, warga Jogja itu patuh sekali dengan Sultan. Makanya tertib..
Lembut, suka menolong, santun, mengutamakan orang lain, dan mematuhi pemimpin. Begitu.