Follow Us @farahzu

Wednesday, January 25, 2012

MYELIN, Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan

8:30 AM 2 Comments
rhenald kasali

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Professional & Technical
Author:Prof. Rhenald Kasali; 2010
Baca buku ini bikin pengen ambil Magister Manajemen / Knowledge Management deh. Hehe.. Beliau salah satu orang paling inspiratif buat saya. Seru kali yaaa jadi mahasiswanya ^_^

Mendengar kata myelin, saya langsung ingat pelajaran biologi bagian susunan sel syaraf. Myelin adalah selaput/membran sel syaraf yang membantu meneruskan informasi. Semakin tebal myelin, semakin cepat dan efektif informasi diteruskan.

Inilah yang dimaksudkan Prof. Rhenald Kasali dalam menjelaskan efek latihan yang terus-menerus (deep practice) yang akan memperkuat muscle memory, memori otot kita, yang selama ini sering kita kesampingkan dari brain memory.

Mudahnya begini. Apabila kita hanya menyimpan informasi di otak berupa pengetahuan, teori-teori, ideal, dan sistem-sistem; ketika butuh, kita perlu ‘memanggil’ dulu informasi itu, baru otak mengolah kemudian mengeluarkan perintah pada organ-organ lain yang terkait untuk bergerak. *iya kalau organ dimaksud cepat responnya. Kalau tidak? :p

Akan lain halnya bila informasi-informasi itu telah tersebar merata di seluruh tubuh –sel syaraf. Saat dibutuhkan, tubuh bisa langsung merespon tanpa menunggu perintah dan kordinasi dari otak dan anggota tubuh lainnya. Tugas pun selesai dengan gemilang :D

Nah. Myelin, muscle memory itu perlu dilatih. Bagi atlet, mungkin latihannya dengan latihan fisik yang sesuai. Namun bagi organisasi atau perusahaan, myelin perlu ditebalkan dengan melatih aset intangibles-nya, yaitu aset-aset berharga yang tak kasat mata seperti nilai-nilai positif organisasi, budaya disiplin, brand image, relationship, budaya intrapreneurship, inovasi, integritas, rela berkorban, dsb.

Buku ini banyak membahas hasil riset yang dilakukan penulis pada perusahaan nasional yang telah berhasil menggunakan intangibles-nya sebagai jembatan kesuksesan mereka. Sebut saja WIKA (PT Wijaya Karya) dan Blue Bird yang telah menjadi angkutan kepercayaan masyarakat. Selain itu Prof. Rhenald juga mengangkat banyak contoh orang dan perusahaan yang telah sukses mengelola intangibles-nya dan berhasil; seperti Susan Boyle, nenek-nenek pemenang Britain Got Talent (idol-nya english), Se Ri Pak (atlet tenis kebanggaan KorSel), Merck, Bank Mandiri, Google, Cadbury, talenta-talenta sepak bola di Brazil, hingga budaya Batik kebanggaan negeri kita.

Banyak hal penting lain yang dibahas buku ini untuk meningkatkan kesuksesan organisasi, seperti Knowledge Management yang diawali dari budaya mencatat, membangun budaya intrapreneurship, hingga mobilisasi intangibles nasional. Sebenarnya ingin sekali saya buat ringkasan karena bahasannya sangat menarik, tapi kok sulit ya menjadikannya ringkas? Hhe.. bacalah. Ini bukan hanya untuk pelaku-pelaku usaha korporasi maupun entrepreneur pemula, tapi menurut saya juga bisa diimplementasikan di manapun bidang kerja anda. Bahkan bagi anda yang bekerja di bidang pendidikan atau boleh juga untuk peningkatan kualitas pribadi anda sendiri.

Buku bagus, 2 jempol d(^o^)b

Baca Juga: Kaderisasi - Missing Link

Sumber Gambar: https://www.goodreads.com/book/show/8524163-myelin

Tidak (Selalu Tidak) Baik Kalau Dipaksakan

8:23 AM 4 Comments
Waktu kecil, kalau saya sedang malas belajar, terkait dengan ke-Maha Mengetahui-nya Allah akan segala bahasa, saya pernah diajarkan sebuah doa, “Allaahumma paksain”. Ya Allah, paksakan kami untuk melakukannya. Hhe..

Tapi orang-orang sering sekali bilang, ‘sesuatu itu bila dipaksakan tidak akan baik hasilnya’.

Tapi sekarang-sekarang ini saya sedang memaksa diri untuk melakukan banyak hal. Alhamdulillah bisa kok. Meski dipaksa.

Jadi?

Mungkin maksudnya ‘tidak akan baik bila dipaksa’, adalah seseorang akan berhasil mencapai tujuannya bukan karena ada orang lain yang memaksanya berusaha. Mungkin orang lain bisa saja menjadi pemicu semangatnya, seperti para motivator dan inspirator atau significant others seperti orang tua atau sahabat. Tapi tetap saja semangat dari luar itu tidak akan cukup konsisten untuk membuatnya terus berusaha sampai berhasil.

Orang-orang lain itu mungkin berhasil membuatnya memaksa dirinya sendiri untuk berubah. Semacam pemicu dari luar. Namun tetap saja, dirinya sendiri yang memaksanya berubah. “…sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS: Ar-Ra’d: 11)

Jadi, jangan perlakukan diri sendiri dengan manja dan cengeng yah!
Kalau malas, PAKSA! \(^o^)/

*lagi bener*

Thursday, January 19, 2012

Rajin Belajar Malas Ujian

10:19 AM 8 Comments
Ujian itu hanya menurunkan self esteem

“Saya sudah ingin S2 nih. Kepingin banget belajar lagi. Tapi belum kepingin ujiannya.”

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan ukhti-ukhti di kampus. Sejurusan. Lalu ketika saya mengungkapkan hal di atas, mereka serempak sepakat, “Betul, betul, ujian-ujian itu hanya menurunkan self esteem!” Haha, ketemu orang-orang setipe.

Kami senang belajar dan menikmati kuliah-kuliah kami. Mendengarkan dosen, membaca buku, berdiskusi, dan melakukan penelitian. Kami bersyukur bisa kuliah di jurusan itu dan mendapatkan banyak ilmu menarik. Tapi ketika ujian tiba dan hasil-hasil tertera dalam daftar nilai, beberapa mengecewakan.

Ini contoh saja. Saya menyukai mata kuliah Psikologi Klinis. Tapi review nilai selama beberapa semester membuat saya malas menaruh perhatian lebih lagi untuk mata kuliah itu. Karena nilai saya ternyata banyak yang jelek di bidang itu. Soal-soal ujian itu kok ya susah-susah banget, menurunkan self esteem saya yang awalnya bersemangat dan menyukai bidang ilmu tersebut.

Uhm..bisa digetok nih kalau teman saya baca ini. Dan dibilang, “Belajar yang serius makanya!” hehehe..

Jadi ketika tak berapa lama setelah lulus sidang skripsi saya membaca novel Negeri 5 Menara, saya menyesaaaaaalll sekali baru baca. Menyesal telah melewati berbagai ujian selama kuliah tanpa semangat membara seperti kisah Alif dkk di pesantren modernnya.

Ah sebenarnya, apakah ada yang salah dengan sistem ujian? Mungkin saja, karena sistem sekolah kita pun masih banyak sekali kekurangannya.

Jadi ingat tentang sebuah ‘sekolah’ di Jawa sana. Namanya Qaryah Thayyibah (Q-Tha). Sekolah yang tidak mengekang dan memenjara murid-muridnya dengan mempelajari teori-teori yang ada dalam kurikulum, melainkan sekolah yang membebaskan. Apa bakat dan minat anak, ke sanalah mereka dikembangkan. Tidak ada paksaan harus belajar apa atau untuk ujian apa. Hasilnya, peserta didik di sana terampil sejak dini.

*nih tulisan jadi kemana-mana deh. Maaf ya

Kebaruan

8:20 AM 7 Comments
Ibu saya punya sahabat, yang tak lain adalah tetangga kami berjarak 4 rumah. Kalau tiba-tiba ibu saya ‘menghilang’, ya paling ke rumah sahabatnya itu. Sudah tetanggaan, banyak aktivitas bareng, masih juga mereka saling menelfon kalau di rumah. Gak bosen-bosen.

Jadi ingat kata Anis Matta. Sebenarnya wajar saja kalau suami dan istri mengalami kebosanan satu sama lain. Wajar, kalau, keduanya tidak mengalami penambahan kualitas dari hari ke hari. Segitu-gitu aja. Dan itu-itu aja.

Jangankan sahabat atau pasangan, makanan yang paling enak sekalipun akan membosankan kalau dimakan setiap hari kan?

Saya pernah bertanya pada ibu saya, “Mah, Bu (sebut saja) Bunga itu belajar terus ya orangnya?” mengingat tidak ada bosannya ibu saya berinteraksi dengan beliau. Ibu saya tidak menjawab pasti, namun beliau tampak mengiyakan saat membandingkan dengan kawannya yang lain, yang hampir setiap hari menelfon juga (ibuku g4oL cuuuy :D). Katanya, kawan yang lain itu membosankan. Pembicaraannya itu-itu saja. Meski awalnya ibuku merasa dapat banyak hikmah dari cerita-ceritanya, namun karena diulang-ulang terus, jadinya sudah hafal dan bosan. Hhe..

Lain halnya dengan sahabat ibu saya di awal cerita ini. Mereka tidak bosan-bosannya berinteraksi, mengobrol, jalan bareng, atau melakukan aktivitas apapun bersama. Bahan pembicaraan / informasi / ilmu yang mereka bagi tak ada habisnya.

Karena, mereka belajar setiap hari. Bertemu guru yang berbeda untuk ilmu yang berbeda-beda, berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda, membaca dan berlatih ilmu yang berbeda-beda; jadi ada banyak hal baru yang bisa mereka bagi. That’s it. Kebaruan.
Semangat belajar kawan… =)

Wednesday, January 18, 2012

99 Cahaya Di Langit Eropa

7:23 AM 7 Comments
hanum rais

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Travel
Author:Hanum Salsabiela Rais&Rangga Almahendra
Katanya ini novel, tapi menurutku bukan. “Hanya” catatan perjalanan. Perjalanan fisik, mental, dan spiritual tapinya. Canggih. Bahwa jalan-jalan bisa memberi makna yang sangat dalam pada keberimanan kita. Adalah Hanum Salsabiela Rais yang mendampingi suaminya menjalani program studi doktoral di Eropa, menemukan hidayah dan kecintaannya pada Islam yang jauh melekat dibanding sebelumnya.

Buku ini menyenangkan sekali buat saya:

Pertama, ini buku tentang traveling that I love it so much.

Kedua, buku ini tentang menjelajah Eropa where I wanna go there sometime (harusnya sih tahun ini, taappiii… :D). Buku ini menjabarkan fakta-fakta sejarah yang selama ini terkubur dari ekspos media Barat yang tidak objektif.

Ketiga, istimewanya buku ini adalah tentang Jejak Islam di Eropa. Saat peradaban emas umat manusia yang pernah ditorehkan di muka bumi terwujud beberapa ratus tahun yang lalu.

Orang Eropa begitu bangga akan sejarahnya. Saking bangganya, sedikit sekali dari mereka yang masih sudi mengakui bahwa Eropa abad pertengahan adalah zaman kegelapan Eropa yang telah mengalami ameliorasi. Tentang abad pertengahan atau zaman kegelapan Eropa sudah banyak di antara kita yang tahu (asumsi), jadi ya sudahlah yaa. Hehe..

Tahukah Anda bahwa pada awalnya, julukan “The City of Light” bukanlah sebutan untuk kota Paris yang terkenal sebagai kota paling cantik? Dan tahukah Anda bahwa di kain kerudung Bunda Maria (dalam lukisan Ugolino yang asli) tersulam kalimat Tauhid?

Dan, tahukah Anda bahwa Le Grande Mosquee de Paris (Masjid Agung Paris) pernah menyelamatkan banyak warga Yahudi dari kejaran tentara Nazi Jerman? Atau tentang bangunan-bangunan istimewa di Paris yang dibangun oleh Napoleon sengaja dibangun membentuk 1 garis lurus (Axe Historique) membelah kota Paris, ternyata lurus menghadap kiblat di Makkah?

Atau tahukah Anda, bahwa bunga tulip yang khas Belanda itu bukan bunga asli Belanda, melainkan berasal dari Turki?

Wina, Paris, Cordoba dan Granada, serta Istanbul di Turki. Nyata sekali jejak peradaban emas Islam di sana. Kini estafet itu berada di tangan kita. Kita bisa menjayakan Islam kembali di muka bumi dengan menjadi agen muslim yang baik. Yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya bagi sesama muslim. Yang dengannya berdakwah menyentuh dan menyucikan hati manusia.

Seperti para sahabat radhiyallahu 'anhuma yang melakukan ekspansi di bawah kekhalifahan Islam dahulu, berdakwah dengan tulus, ikhlas karena Allah bukan kekuasaan, memimpin dengan adil, dan melindungi warganya bahkan yang bukan muslim, yang menyerahkan perlindungannya pada pemerintahan Islam. Dengan cara itu justru banyak hati yang terpikat dengan hidayah, karena agen-agen Islam yang total mencerminkan agamanya.

Lagi lagi, perbaiki akhlaq kita. Dan jadilah agen-agen muslim yang baik :)

Depok, 17 Januari 2012

Baca Juga: Ruang-ruang Hati

Sumber Gambar: http://www.bukukita.com/Buku-Novel/Islam/146055-99-Cahaya-di-Langit-Eropa:-Perjalanan-Menapak-Jejak-Islam-di-Eropa.html

Dalam Dekapan Ukhuwah

7:15 AM 2 Comments
salim fillah

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Salim A. Fillah, 2010
Seperti karya Salim lainnya, buku ini sangat sarat dengan cerita dan referensi yang mendukung untuk menambah kenyamanan pembaca. Namun kali ini, saya tidak akan banyak menyarikan isi buku, supaya pada tertarik beli langsung *ngeles :D

Satu hal yang pasti ketika dan setelah membaca buku ini; saya jadi makin memaknai yang namanya persaudaraan dalam iman, ukhuwah Islamiyah. Jadi makin menyayangi saudara-saudari yang selama ini mengiringi langkah, di samping maupun di belahan benua yang lain. Dan saya semakin menyadari, bahwa saya sama sekali belum memberikan apapun pada mereka, yang tadi saya sebut, ‘saya sayangi’.

Yang jelas, selama ini saya masih senang memenangkan pendapat sendiri, atas nama kebenaran, meskipun mungkin agak mengenyampingkan perasaan orang lain. Atas ini saya mohon maaf sebanyak-banyaknya ya Saudara…

Penulis memang lahir dan tumbuh besar di Yogyakarta, daerah yang seperti Jawa Tengah pada umumnya, sangat mengutamakan kenyamanan hati orang lain. Meskipun beberapa kali saya menemukan yang berlebihan, sampai tidak berani menyatakan pendapat walaupun yakin pendapatnya benar.

Sedangkan saya, saya cenderung mengikuti karakter ayah yang dari Jawa Timur, yang cenderung tegas dan terbuka mengemukakan pendapat atau hal-hal yang menurut kami benar.

Tapi kurasa, kedua budaya itu memang ada baik dan kurang baiknya. Maka Islam menyempurnakannya. Tengah-tengah.

Bagaimana menyampaikan kebenaran dengan tetap memperhatikan kenyamanan hati saudara kita. (Ini PR saya dari dulu; suka judes. Hhe)

Yang penting, jangan ada sakit di hati orang-orang yang sebenarnya ingin kita ajak pada kebaikan.

Yang penting, seberapapun kita berbeda watak dan karakter, kemuliaan akhlaq muslim haruslah jadi acuan utama.

Perbaiki akhlaq, Nona. Karena sesungguhnya Rasulmu Muhammad saw diutus untuk menyempurnakan akhlaq. Dan kau mengaku-aku pengikutnya.

Bismillah. Mohon maaf kalau saya banyak salah.. mohon maaf dan mohon ingatkan juga kalau suatu hari di depan saya berbuat kesalahan yang sama juga.

Baca Juga: Suami-suami Jauh dari Istri

Sumber Gambar: http://www.tokobukuikhwan.com/2015/01/buku-dalam-dekapan-ukhuwah.html

Monday, January 2, 2012

Roseto, Penyakit Jantung, dan SIlaturrahim

11:06 AM 4 Comments
malcolm gladwell

Roseto, adalah sebuah kota di Pennsylvania yang namanya diambil dari desa asal penduduknya yang berimigrasi ke Amerika Serikat, dari Italia, sekitar tahun 1882. Kota ini mandiri. Pertanian, perkebunan, dan industri-industri yang mendukung kehidupan mereka didirikan.

Seorang dokter mengungkapkan bahwa dalam 17 tahun karirnya di kota itu, ia jarang sekali menemukan penduduk kota itu yang berusia di bawah 65 tahun yang mengidap penyakit jantung. Fakta ini sangat mengejutkan rekannya sesama dokter, mengingat penyakit jantung dan kolesterol saat itu (pun saat ini) menjadi pembunuh nomor 1 di dunia.

Rekan dokter tersebut membuat sebuah penelitian untuk mengungkap hal tersebut. Dari seluruh penduduk Roseta, sampel darah yang diambil nyaris seluruhnya sehat. Penelitian yang juga melibatkan sosiolog ini juga memperlihatkan fakta bahwa mereka sama sekali tidak melakukan diet, bahkan pola makannya penuh gula, lemak, dan kolesterol. Sebagai gambaran, sebanyak 41% sumber kalori mereka adalah lemak. Mereka memasak dengan lemak babi, membuat pizza yang penuh kolesterol, manisan sebagai camilan setiap hari, sebagiannya perokok berat, sebagian lain mengalami masalah obesitas yang serius. Tidak juga ada kekebalan gen terhadap penyakit. Tidak juga mereka rajin berolah raga.

Dalam kebuntuan, para peneliti ini bersantai dengan berjalan-jalan di kota itu. Aaah, ada sesuatu yang berbeda ternyata. Penduduk Roseto mempunyai kebiasaan saling berkunjung ke tetangga, menyapa dan berbincang-bincang, memasak untuk tetangga mereka, tinggal beberapa generasi di bawah 1 atap, dan mereka menunjukkan sikap sangat hormat kepada orang tua dan kakek nenek. Kesehatan komunitas. Ternyata ini. (Outliers, Rahasia di Balik Sukses, Malcolm Gladwell, 2009)

Menarik. Apalagi ketika saya menemukan ulasan lain. Atau kalau masih bingung, sabar ya, cekidot ;)

Adalah seorang dokter spesialis jantung, yang menemukan fakta bahwa daya tahan terhadap serangan jantung ternyata tidak berhubungan langsung dengan pola makan, gaya hidup, bahkan tekanan yang dialami seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

Justru, orang-orang yang lebih lemah daya tahan jantungnya adalah mereka yang tinggal menyendiri dengan tenteram, mapan, dan nyaris tanpa masalah hidup.

Melalui penelitian rekam detak jantungnya, sang dokter menemukan orang-orang yang aktif dan banyak terhubung dengan sesama manusia dalam sehari mengalami berbagai emosi yang variatif; tertawa, bersemangat, optimis, kecewa, takut, tegang, dan bersedih, juga marah, semuanya sangat emosional, yang disebabkan oleh hubungan sosial bersama keluarga, teman, dan masyarakatnya.

Jantung mereka bekerja lebih keras setiap hari, tapi ternyata itulah yang membuat mereka mempunyai daya tahan jantung yang kuat. Jantung mereka senantiasa ‘berolahraga’ sehingga menjadi kuat dan terlatih. Orang-orang ini tidak perlu khawatir akan terkena serangan jantung suatu hari nanti. Jantung mereka sangat-sangat sehat.

Jadi, untuk meningkatkan daya tahan jantung kita, perbanyaklah hubungan dengan orang lain, rasakan getar-getar emosi bersama mereka, lakukan hal yang variatif dan berbeda dalam hidup, demikian saran sang dokter. (Dalam Dekapan Ukhuwah, Salim A. FIllah, 2010)

Jadi, benar ya sabda Rasul saw., bahwa silaturrahim selain meluaskan rizki, juga memanjangkan umur. Secara eksplisit bahkan. Subhanallaah.

*Allaahumma shalli 'alaa Muhammad

Baca Juga: Myelin; Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan

Sumber Gambar: http://putrichairina.com/2009/07/23/outliers-rahasia-di-balik-sukses-oleh-malcolm-gladwell/