Follow Us @farahzu

Friday, February 3, 2023

Review: Scarlett Skin Smoothing Retinol Serum

2:01 PM 0 Comments

 Halo! Assalamualaikum Beauties!

Sudah lama sekali saya gak skincare-an kecuali yang basic, cleansing pake face wash sekalian mandi dan hydrating toner setelahnya. Nah sekarang, setelah anaknya hampir 2 tahun, baru deh saya merasa lowong waktu dan tenaga untuk pake skincare lagi.. lama banget ya Buuuk hihihi… Sekarang ini saya coba produk berbahan aktif retinol, tak lain karena ingat umur 😊 (anti aging).

Pilihan pertama produk retinolku jatuh pada Scarlett, yang sempat booming banget saat saya sedang tidak lowong, bahkan kayaknya sempat menawari saya kerja sama tapi sayanya belum ready lahir batin pasca melahirkan hampir 2 tahun yang lalu. Nah sekarang menyusui pun sudah selesai, jadi markicus coba skincare berbahan retinol. Nama produknya Scarlett Skin Smoothing Retinol Serum.

Sekilas tentang Retinol

Saya jelaskan tentang retinol dulu ya, siapa tau ada yang belum familiar. Retinol adalah bahan aktif yang berasal dari vitamin A, yang bermanfaat meningkatkan produksi elastin dan kolagen di kulit, sehingga menciptakan efek mengencangkan dan mengurangi munculnya garis-garis halus, keriput, serta pori-pori membesar. Selain itu retinol juga bisa digunakan untuk membantu mengobati jerawat. Retinol memiliki efek pengelupasan pada kulit sehingga membantu memperbaiki tekstur dan warna kulit. Namun di sisi lain, penggunaan retinol juga memiliki efek samping seperti kemerahan dan pengelupasan kulit yang berlebihan (Sumber).

Dikarenakan retinol dapat menyebabkan efek samping tersebut, maka penggunaannya harus hati-hati terutama untuk pemula yang baru memasukkan bahan aktif dalam skincare regime mereka. Selain itu retinol juga sebaiknya dihindari oleh ibu hamil dan menyusui. Kalau di serum Scarlett ini peringatannya hanya untuk ibu hamil sih.

Baca Juga: Night Skincare Routine

 

Kemasan


Produk Scarlett Skin Smoothing Retinol Serum ini datang dalam kemasan botol kaca kecil dan tutup pipet berwarna putih. Ada dusnya. Isinya 15ml. Awal dibuka kayaknya penuh banget isinya sampai luber ke leher botolnya. Tapi setelah dipakai beberapa hari (mungkin 2 minggu) eh yah masa udah habis aja T___T Pas saya lihat lagi, ya emang isinya cuma 15ml sih, cuma setengah dari isi serum kebanyakan. Rasanya tuh kayak ditinggal pas lagi sayang-sayangnya *eh.

Klaim

Klaim produknya bisa dibaca di gambar di bawah ya. Saya mau note tentang label halalnya nih. Setau saya awalnya, Scarlett adalah produk lokal yang sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI. Tapi ketika produknya datang, saya cari-cari di kemasannya ternyata tidak ada label halalnya. Saya cek di info.halal.go.id alhamdulillah ada sertifikat halalnya. 

 
Tekstur dan Aroma

Serum ini cair seperti lotion, agak thick sedikit, terasa ringan. Warnanya putih susu, tidak lengket, dan tidak berbau. Agak kaget awalnya karena biasanya serum yang saya temukan kebanyakan bening, tapi ini putih susu dan miriiiipp sekali dengan tekstur lotion. 

Cara pemakaiannya dioleskan di wajah dan leher yang bersih. Supaya lebih optimal, gunakan toner sebelumnya agar kulit lebih siap menerima produk serum dan menyerapnya lebih baik. Dikarenakan mengandung bahan aktif retinol yang memiliki efek pengelupasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: 

1.  Hanya gunakan produk ini di malam hari

2. Tidak untuk digunakan oleh wanita hamil. Ibu menyusui menurut beberapa sumber sebaiknya juga menghindarinya

3.       Bagi pemula, sebaiknya slow aja, pakai 2-3 kali dalam 1 minggu, lalu tingkatkan perlahan-lahan sampai nantinya bisa pakai setiap hari; kulit tidak terasa panas atau tidak kemerahan.

 

Kesan

Saya memakai serum ini langsung setiap hari, karena kulit saya sudah terbiasa dengan bahan aktif terutama yang memiliki efek pengelupasan. Di kulit saya tidak ada reaksi mencurigakan sih; no tingling sensation, rasanya biasa aja. Setelah diaplikasikan, kulit terasa lebih lembab.

Setelah habis 1 botol yang sedikit ini (huhu..), pori-pori di kulit saya kelihatan agak pudar tapi masih terlihat, belum smooth banget. Kata suami juga wajah saya terlihat sedikit lebih cerah. Tidak terlihat efek yang wow sih, mungkin karena kulitku juga sedang dalam keadaan baik-baik saja ketika mencoba produk ini.

Yang gengges buat saya adalah duh isinya dikit bangeet yaa. Jadi gak murah juga kalau isinya setengah dari serum kebanyakan (30ml). Tapi menurut saya produk ini worth to buy lah, terutama buat pemula yang kepengen coba pakai retinol. Saya tidak menyesal membeli dan memakai serum ini, hehe…

 

Harga

Saya beli serum retinol dari Scarlett ini dengan harga Rp65.000,- 

 

Alhamdulillaah, setelah sekian purnama, akhirnya terbit juga product review skincare saya. Terima kasih sudah membaca yaa.. Semoga bermanfaat.

Assalamualaikum!


Wednesday, January 25, 2023

Mengatasi "Penasaran Gadget" Anak dengan Hipnosis

2:31 PM 0 Comments

  Fatih tipikal anak yang merebut handphone kalau melihat, bukan anak yang anteng diperlihatkan tontonan. Seperti biasa, dia ingin dia yang pegang kontrol. Fyi Fatih mulai kenal handphone umur setahun lebih, dengan screentime yang terbatas.


Sibuk weh dia scroll-scroll tap-tap video youtub, baru mutar 2-3 detik, scroll-scroll lagi buka video lain, 2-3 detik, scroll lagi and repeat. Nyeritainnya aja capek Gaes. Apalagi mata telinga dan otak anak umur setahun kan. Akhirnya diambil Hpnya karena diminta dia ga mau ngasih. Lalu tantrum lah dia. Sebentar sih, tapi tetep aja pusing.


Qaddarallah, alhamdulillah saya kayak dikasih ilham,

coba ah hipnotis anak gue
Dulu pernah ditunjukin caranya sama suami hihi, sepertinya masuk akal. Gini caranya.


Pertama, berdoa dulu. Lalu temani anak menjelang tidurnya seperti biasa. Ketika dia mulai jatuh tertidur, tunggu kira-kira 5-10 detik, panggil namanya dengan suara pelan hampir berbisik. Kalau dia tidak merespon, berarti sudah tidur. Tapi pasti belum nyenyak kan karena belum lama. Nah, saat itulah waktu yang tepat untuk memasukkan kata-kata hipnosis. Saat itu kata-kata kita akan masuk ke alam bawah sadarnya yang sedang aktif, dan bisa mempengaruhi alam pikirannya ketika sadar (bangun) nanti.


Saya biasa memulai dengan terima kasih dan apresiasi untuknya hari itu. Terima kasih sudah bersabar saat xxxxxx, Fatih pinter nurut sama Umma saat xxxxx, tadi Fatih mau ya kenalan dan main sama xxxxxx, dan sejenisnya. Jangan banyak-banyak, nanti keburu dia tidur lelap hihi. Kalau mau banyak katakanlah saat dia sadar. Ini hanya sebagai pengantar. Cukup 1 atau 2 apresiasi, lalu masuk ke inti. Katakan keadaan (state) yang kita inginkan, meskipun kenyataannya kebalikan. Justru itu yang mau kita ubah. Ingat ya dengan suara perlahan mendekati berbisik dan intonasi yang calm.                  

Fatih kan gak terlalu suka hape ya. Iya, bikin pusing ya, capek ya kalau lihat hape. Itu karena mata, telinga, dan otak Fatih belum siap. Nanti kalau sudah besar baru bisa. Sekarang belum, makanya Fatih capek kalau liat hape. Iya kan, Fatih gak suka ya lihat hape. Nanti kalau lihat Umma atau Aba pegang hape, biasa aja ya, iya biasa aja, itu karena Umma sama Aba ada urusan. Fatih kan ga suka liat hape ya. Iya, bobo yang nyenyak ya Nak.

 Saya praktekkan ketika dia mau tidur malam dan tidur siang esok harinya, baru saya tes. Sorenya, dia main di lapangan. Tiba-tiba temannya minta hape sama mamanya, dikasih. Nonton lah temannya itu sedangkan Fatih masih sepedahan. Dia sempat nimbrung melihat beberapa detik, lalu sepedahan lagi. Nimbrung lagi beberapa detik, lalu sudah. Dia tidak penasaran lagi dengan hape temennya. Maasyaa Allah! Sungguh sebuah kemajuan yang berarti, alhamdulillah.


Saya teruskan lagi berkali-kali setiap dia akan tidur, maasyaa Allah, ngefek ternyata. Beberapa hari gak lihat hape dia biasa aja. Melihat saya pegang hape (saya juga membatasi diri saya) dia juga biasa saja. Tidak penasaran, tidak ingin merebut seperti biasanya. Belum 100% clean sih tapi sudah kemajuan yang sangat baik. Alhamdulillah. Monggo bisa dicobaaaa buat yang punya masalah yang sama yaaa.


Keywords: adiksi gadget, kecanduan gadget, hipnosis, hypnosis, hipnotis, hypnotherapi, hipnoterapi

Monday, January 23, 2023

Menyapih dengan Cinta; No Tipu-tipu, No Pait-pait

4:50 PM 0 Comments

Fatih berusia 21 bulan ketika akhirnya Umma dan Aba sepakat untuk menyapih. Berat pastinya karena Fatih belum 2 tahun, sedikiiiitt lagi. Tapi Umma sudah ga tahan sakit dan ngilunya saat menyusui Fatih sejak bayi sampai 21 bulan itu. Ketika diperah pun, asi Umma sudah sangat sedikit, masih jauh dari 10ml setelah dipompa 10 menit, sudah gabungan dari PD kanan dan kiri. Jadi ya, dia kebanyakan hanya ‘mentil’ saja ketika menyusu, tidak mendapatkan asi yang cukup. Mungkin itulah kenapa dia sering sekali terbangun ketika malam, minta nenen, tapi ga kenyang-kenyang. Ya emang asi-nya ga ada. Kasian anakku.


Dari dulu Umma sering mendengar cerita menyapih anak dengan oles-oles dedaunan yang pahit, kasih plester, atau sambal, atau daun sambiloto, dan sebagainya. Ada juga yang 'membohongi' anak dengan bilang susunya ga enak, payudaranya sakit dan berdarah (dikasih sesuatu yang merah) sehingga anak tidak mau menyusu. Tapi Umma sungguh tidak ingin melakukan hal serupa. Kalau kata orang-orang, 

Memulai (menyusui) dengan cinta, masa mengakhirinya dengan dusta? 

Sebenarnya Umma sudah sounding sejak Fatih 18 bulan, bahwa ia akan disapih nanti ketika umur 2 tahun atau 24 bulan. Salah satu caranya adalah dengan membacakan buku Serunya Disapih. Awalnya dia menolak, tapi lama-lama dia menerima dan dia malah jadi suka sekali dengan buku itu. Selain membacakan buku, Umma juga sering mempertemukan Fatih dengan anak-anak yang usianya lebih tua, seperti abang-abang sepupunya dan anak-anak tetangga, seperti Kak Alfaro dan Kak Tanisha. Menceritakan bahwa Kak Alfaro dan Kak Tanisha sudah besar, sudah tidak nenen lagi. Apalagi anak seusia Fatih ini sangat excited dengan anak-anak yang lebih tua, ingin ikut mereka bermain, ingin memainkan mainan yang sama dengan mereka. Jadi memberikan contoh bahwa ‘panutan-panutannya’ juga sudah tidak nenen lagi alhamdulillah sangat efektif. Fatih akhirnya menerima kenyataan bahwa dia pun akan disapih.

Buku "Serunya Disapih" yang awalnya ditolak tapi akhirnya jadi favorit Fatih

Tapi tetap saja, ketika tiba masanya Fatih disapih, terjadi drama kumbara di rumah kami. Hahaha. Fatih ini kalau menangis bisa terdengar oleh tetangga 5 rumah kanan dan 5 rumah ke kiri. Tenaganya juga ekstra, maasyaa Allaah, fyi, waktu usia 10 bulan dan harus diinfus saat rawat inap, Fatih harus dipegangi oleh 5 orang dewasa untuk menahan ‘pemberontakannya’, lalu 2 orang lagi untuk menusuk dan memasang jarum infus. Total 7 orang dewasa (6 perawat dan abanya) serta Umma yang tinggal bisa nangis melihatnya. Maka bayangkanlah apa yang terjadi saat ia yang sudah 21 bulan ini, mengamuk minta nenen tapi ga dikasih. Padahal sebelumnya, tenaganya sudah ‘dihabiskan’ untuk seluruh aktivitas fisik, eh ternyata yang sisa juga masih banyak. Buktinya kuat menangis meraung dan mengamuk selama 1-1,5jam sebelum akhirnya ia jatuh tertidur.


Alhamdulillah, drama kumbara itu tidak berlangsung lama. Doa sudah mulai dipanjatkan sejak beberapa bulan sebelumnya agar Fatih bisa disapih dengan mudah. Umma juga melakukan sounding sepanjang hari, 

“Fatih, nanti bobonya ga usah nen ya, jangan nangis nanti Fatih capek. Umma tepuk-tepuk nanti Fatih langsung tidur ya”. 

Berkali-kali dikatakan begitu sepanjang hari, alhamdulillah malamnya dia sudah tidak mengamuk lagi minta nenen. Cuma gelisah, balik kanan-kiri, peluk Umma, kira-kira setengah jam, dia tertidur. Alhamdulillaah.


Qaddarallah, Umma belum sempat sounding tentang kalau terbangun tengah malam. Kebanyakan, nanti dia pusing, hihi. Jadi malam kedua itu, ketika terbangun tengah malam, Umma masih kasih nen. Gapapalah, bertahap. Besoknya, tentu diapresiasi dong, 

"Maasyaa Allah, anak Umma pinter ya semalam bobo-nya ga nen dulu. Nanti malam dan seterusnya juga ya Nak, udah gak nen lagi ya Fatih, langsung tidur ya"


Sekaligus yang tidak boleh terlupa, sounding tentang kalau terbangun! Wkwkwkwk…


Jadi setelah apresiasi di atas, disambung dengan, 

“Nanti kalau kebangun tengah malam, Umma kasih minum, Fatih bobok lagi ya”. 

Sama, berkali-kali juga sepanjang hari. Alhamdulillah berhasil juga malamnya.


Taaappiiiii…. Ini belum selesaaaaii… Malam setelahnya entah bagaimana dia Kembali rewel sebelum tidur. Apresiasi dan sounding tetap dilakukan selama 1-2 minggu setelahnya. Di awal-awal menyapih Umma juga sudah bersiap dengan memakai baju dan bra yang tak bisa diterobos Fatih meski sengamuk apapun. Bye-bye baju busui friendly untuk sementara. Ini penting untuk menguatkan hati Umma juga. Bahwa menyapih tidak boleh gagal, kalau gagal, segala kesulitan hanya tertunda, tapi tetap akan terjadi juga; cepat atau lambat. Bismillah. Alhamdulillah, kalau tidak salah ingat, dua minggu lah ya sampai benar-benar settle dia menerima bahwa dia sudah tidak menyusu lagi pada Umma. Tapi rewelnya yaaa siap-siaplah sebulan sampai anteng kembali hihi. Alhamdulillaah.


Untuk para Bunda yang akan menyapih si kecil, semangat ya! Ingat bahwa menyusui itu ibadah, menyapih pun ibadah karena itu juga perintah Allah :) 

 

"Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." QS; Al-Baqarah:233 


Berikutnya untuk toilet training, mungkin menunggu ia benar-benar nyaman di usia 2,5tahun nanti. Rencananya demikian. Semoga Allah mudahkan. Aamiinn.


Bekasi, 23 Januari 2023


Keywords: menyapih, weaning with love

Fatih, Umma Rida

4:24 PM 0 Comments

 Di lingkungan kami ada seorang penjahit keliling yang terkenal dengan panggilan Mang Rido. Suara motornya khas dan mudah diingat, dengan sahutan ‘iiitt’ sebagai penanda ketika ia lewat. Fatih melihat beberapa kali Mang Rido sedang mengerjakan jahitan di depan rumah kami atau rumah tetangga. Dia melihat kaki Mang Rido bergerak naik-turun di pedal mesin jahit, serta ‘roda’ mesin jahit yang berputar ketika digunakan.

Ketemu Mang Rido lagi ngaso


Di rumah, Fatih biasa memainkan barang apapun yang ada di rumah. Suatu saat ia melihat tape dispenser dalam keadaan bisa diputar; selotip terpasang tapi tidak menyangkut di bagian tajam pemotong, serta bagian pemotong tersebut telah ditutup oleh beberapa lapis selotip sehingga aman. Ia asik memutar-mutar selotip sambil menaik-turunkan telapak kakinya, dan berkata, “Iiiitt”. **ngakak** Selotip yang diputar itu seperti roda mesin jahit, dan kakinya naik-turun meniru Mang Rido saat menjahit. Ternyata pemandangan Mang Rido sedang bekerja sangat melekat di ingatannya.



Di lain kesempatan, suatu malam Fatih menolak makan malam tapi mengantuk minta tidur. Selain kegundahan ibu-ibu kala anaknya menolak makan, Umma khawatir karena kalau perutnya kosong ketika tidur, ia akan sering terbangun karena lapar. Minta susu, padahal konsumsi susunya sudah sangat banyak, khawatir sembelit. Sering terbangun juga berisiko mengurangi kualitas tidur anak yang dampaknya juga panjang. Banyak dan kompleks sekali lah kalau anak ga mau makan itu. Tapi, anaknya benar-benar menolak makan malam itu.


Umma ingat, rida ibu itu sangat penting bagi anak. Kalau ibu tidak rida, maka anak akan menemui banyak kesulitan. Meskipun Fatih masih kecil, belum punya dosa, tapi Umma berusaha selalu rida padanya, agar rida Allah pun mudah ia dapatkan. Umma berusaha menenangkan diri dan mengikhlaskan hati, lalu Umma berkata, “Fatih, Umma rida.”


Tanpa diduga, Fatih sedikit termenung kira-kira 2 detik, lalu ia menggerakkan telapak kakinya naik-turun dan berkata, “Iiiit!”

Hahahaha entahlah. Fatih, Umma benar-benar rida 😊


Bekasi, 22 Januari 2023

Saturday, December 10, 2022

Ketika Anak Ingin Sesuatu

10:04 AM 0 Comments

Suatu hari di minimarket, Fatih nemu rak yang isinya mobilan Hot Wheels. Dia tertarik dengan Monster Truck yang gede itu. Harganya juga “gede”, lebih mahal daripada Hot Wheels yang biasa 🫣. Dimainin di situ, gak beranjak meski saya udah pindah rak sampai di luar jangkauannya (ngetes). 


“Fatih mau ya?” Lalu semangat lah dia ngasihin mobilan itu minta dibeliin. Tapi itu mahal, saya gak bawa uang banyak dan memang no budget sih untuk bulan itu. Dan memaaaaang saya tidak ingin selalu langsung memberikan keinginan anak (yang bukan kebutuhan).


Saya berjongkok menyejajarkan mata kami, lalu berbicara pelan-pelan dengan nada yang rendah, “Tapi ini mahal Nak, Umma ga ada uangnya. Kita berdoa yuk sama Allah minta truk monster, nanti Allah kasih. Sekarang kita pulang dulu ya.” 

Alhamdulillah dia mengerti, meskipun sambil menunggu saya membayar belanjaan di kasir, dia masih memainkan mobilan itu sambil menirukan suara mobil balap 🤓


Selesai membayar, saya menjemputnya, meminta dia membereskannya lagi, lalu dia minta digendong, hap! Meski berat banget, tapi saya iyakan karena dia pasti butuh waktu untuk merasa nyaman kembali setelah keinginannya tak (langsung) terkabul. 


Sambil agak berbisik saya validasi emosinya, sampaikan keinginan saya/nasihat, dan apresiasi, “Fatih sedih ya gak bisa beli truk monster? Sabar ya Nak, kita berdoa ya, minta sama Allah, nanti pasti Allah kasih. (Jeda)… Makasih ya, Fatih pinter banget udah bersabar, mau nurut sama Umma,” lalu saya cium. Alhamdulillah, ga lama dia minta turun dan berjalan lagi seperti biasa. 


Sampai rumah saya ajak dia berdoa sambil dipangku. Minta truk monster sama Allah. Saya ingin membiasakan dan menanamkan dalam hatinya bahwa Allah-lah tempat kita meminta, bukan orang tua apalagi orang lain. 


Fyi, saya berencana membelikannya 2 minggu lagi, setelah gajian. Bi idznillah, saya tiba-tiba merasa tersentil. 

“Kenapa saya mengajarkan anak berdoa jika ingin sesuatu, tapi saya sendiri tidak berdoa? Apa saya merasa diri Tuhan yang menentukan akan memberikan apa dan kapan kepada siapa?” Astaghfirullaah 😖😖😖


Maka di waktu berdoa berikutnya, saya pun sungguh-sungguh ikut berdoa, “Ya Allah, Ya Wahhab, Fatih pengen banget beli truk monster. Berikanlah ya Allah untuk Fatih. Berikanlah rezeki yang banyak untuk Umma dan Aba biar bisa beliin Fatih truk monster. Aamiinn”


Ini penting ya Bapak/Ibu. Jangan merasa sombong karena kita punya uang/kuasa membelikan anak kita. Coba kalau kita punya uang, tapi Allah tidak berkenan memberi rezeki mainan itu buat si anak, bisa? BISA, SANGAT BISA. Nih contohnya.


Ceritanya 2 minggu kemudian, saya sudah sounding dari pagi mau belikan truk monsternya. Bilang, “Fatih, alhamdulillah Allah kasih Umma rezeki nih buat beli truk monster.” Jalanlah kami ke minimarket itu. Begitu di sana, hati saya poteq. Anaknya gak minat beli mobilan, termasuk truk monster. Padahal beberapa hari sebelumnya masih ‘naksir-naksir’ mainin kalau ke sana. Entahlah kenapa. Qaddarallah, ya udahlah. Harusnya bisa seperti ibu lain yang, ‘bagus deh, uangnya ga jadi keluar’. Tapi kok saya sedih ya. Mungkin karena, ini jadi momen pembelajaran berharga untuk saya juga. 


Alhamdulillah beberapa hari setelahnya, dia mau ketika saya tawarkan lagi. Duh mana pas diskon 💕💕 Maa sya Allaah tabaarakallaah. Allah baik sekali. Alhamdulillaah, banyak banget hikmahnya. 


Maka sebagaimana yang kita ajarkan pada anak kita, terapkanlah untuk diri kita sendiri juga. Mudah-mudahan Allah ridha dan berkahi keluarga kita dengan berkah yang banyak. Aamiinn. 


Sunday, December 4, 2022

Fatih Pakai Masker

5:42 AM 0 Comments

Alhamdulillah, anak ini kuat sekali jalan kaki. Bukan lagi RT, bahkan RW-RW kanan-kiri sudah disambanginya dengan jalan kaki. Sampai harus saya gotong balik kalau sudah kejauhan, takut kami nyasar 😅


Saya worry sekali sebenarnya dengan debu dan polusi yang banyak ditemui kalau kami lagi di jalanan ramai, tapi sudah jiper duluan bisa memakaikan masker di usia 2tahunnya nanti. Haduh, jangankan masker, dipakaikan topi waktu panas saja ga bisa. Padahal waktu bayi sering dipakaikan, namun sejak bisa merangkak rasanya dia mau ambil semua kontrol tentang tubuhnya. Kadang suka iri (sedikit) liat anaknya orang-orang kok mau ya, kan luthuuuu uwuwuwuwuw…


However, saya tetap sounding tentang masker sih sejak 1-2 bulan lalu. Bahwa pakai masker itu keren, umma-aba dan semua orang pakai masker. Saya ajarkan juga gerakan tutup mulut dan hidung kalau saya katakan: “pakai masker”. Meskipun kenyataannya hanya mulut saja (atau hanya dagu malah) yang ditutup dengan tangannya. Gakpapaaaa…


Qaddarallah, kemarin kami mau ke minimarket karena ada yang perlu dibeli. Ternyata di jalan ramaaaaai sekali. Ada pembagian BLT di kantor kelurahan. Waduh gimana nih. Akhirnya sambil kencangin doa, saya gendong Fatih dan berjalan cepat (berat juga soalnya) melalui keramaian, sambil melakukan hal berikut *tsaaah


Saya tunjuk setiap anak kecil yang pakai masker sambil bilang, “Tuh kakakknya pake masker. Itu temennya pakai masker juga. Umma beliin masker, Fatih pake yaa..” Terus begitu setiap lihat anak kecil bermasker, sampai dia tertarik dan menunjuk-nunjuk sendiri. Sok seru aja padahal degdegan…


Sampai minimarket, saya beli masker anak. Lalu kutunjukkan gambarnya dan bilang, “Waaa lihat nih gambarnya pandaaa lucu yah.” Lalu kupakaikan lah. Eh, dia happy 🥳


Sepanjang jalan pulang kalau ketemu tetangga, saya sok pamer supaya dia bangga pakai masker. “Eniiiiin nih liat Fatih pinter mau pake masker. Neneeeek liat nih Fatih pake masker lhooo.”


Belum selesai Gaes, sampai rumah saya dorong dia untuk bercermin, “Yuk ngaca yuk pake masker!” Terus dia girang deh lihat dirinya pakai masker lucu 💕💕


Intinya, asosiasikan pakai masker dengan sesuatu yang seru, keren, dan hal-hal menyenangkan lainnya. Ga usah yang susah-susah. 


Maa sya Allaah, alhamdulillah Allah mudahkan. Tak sesulit yang kupikirkan, tak ada drama seperti yang kukhawatirkan. Semoga begini juga saat nanti menyapih hehe.. Aamiinn

Friday, November 25, 2022

Ketika anak terjatuh

2:48 PM 0 Comments

Anak-anak, bisa karena masih belajar mengendalikan anggota tubuhnya, atau belum memahami risiko gerakannya, atau terlalu semangat mengeksplor lingkungannya; lazim mengalami jatuh/terbentur/terjepit. Intinya dia merasa sakit, lalu umumnya menangis. 


Sudah gak jaman lah ya orang dewasa menimpakan kesalahan pada hal/benda lain demi menenangkan anak, seperti, “Nih ya Ibu pukul kodoknya/mejanya/pintunya.” Itu akan membuat anak merasa selalu benar, hanya orang lain yang bisa salah, dirinya tidak. 


Orang tua jaman now ada juga yang membuat asosiasi: sakit, ditiup ortunya, sembuh. Inginnya sih menghibur dan mensugesti anak, biar anak merasa sembuh meskipun sebenarnya masih terasa sakit. Kesannya lebih humanis, tapi menurut kami, ini juga tidak tepat. 


Demikian pula orang dewasa, kalau merasa sakit, banyak yang langsung cari obat/herbal. Gak sembuh juga? Ke dokter, bahkan terapi ini-itu. Kalau gak sembuh juga, baru menangis berdoa minta sembuh. 


Padahal, kebalik. Sebagai muslim, harusnya kita minta dulu, doa dulu. Karena Allah adalah Asy Syaafii, Yang Maha Menyembuhkan. Obat, herbal, dokter, terapi, semua hanya perantara. Tidak bisa menyembuhkan sedikitpun kalau tidak karena izin Allah. 


Begitupun ketika anak sakit. Biasakan berdoa adalah yang pertama. Sambil kita tenangkan, katakan pada anak, “Mana yang sakit? Yuk kita doa yuk. Ya Allah, Ya Syaafii, angkatlah sakitnya Adek ya Allah (contoh). Aamiin.” Baru silahkan ditiup atau diusap sesuai kebiasaan masing2, setelah doa. Kalau perlu tekankan lagi, “In sya Allah cepet sembuh ya, kan sudah Umma doain”, untuk menekankan bahwa doa adalah senjata kita, orang beriman. Selain itu juga lagi-lagi mengingatkan kita orang tuanya, tentang kekuatan doa. Tentang ke-Maha Kuasa-annya Allah. Doa yang sungguh-sungguh dari hati, bukan hanya di bibir.


Jadi anak tau, disamping ortu juga selalu ingat, bahwa hanya Allah yang mampu menyembuhkan. Bahwa kepada Allah lah harusnya kita benar-benar bergantung, apapun.


Thursday, October 27, 2022

Ketika Anak Mendapat Rezeki

9:20 PM 0 Comments

Menanamkan tauhid dalam diri anak perlu lebih konkret dan sesuai dengan usia (pemahaman) anak. Memasukkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari anak menjadi pilihan yang in sya Allah paling mudah. Contohnya, ketika anak mendapat rezeki. 


Pertama-tama, kita kenalkan dulu Allah dengan nama-Nya Ar-Razzaaq, yaitu Maha Pemberi Rezeki. Sebutkan rezeki apa saja yang dapat dipahami anak sesuai usianya, seperti makanan, minuman, susu/asi, pakaian, sepatu, mainan, dll. Bisa dengan obrolan, atau membacakan buku tentang ini. Jadi anak belajar “teorinya” dulu. 


Prakteknya bisa dilakukan kapanpun, seperti ketika sedang/akan makan. Katakan pada anak, “Adek, ini ada makanan. Makanan ini dari siapa? Dari Allah. Allah kasih melalui siapa? Melalui Umma. Jadi bilang apa? Alhamdulillaah. Terima kasih Umma”.


Contoh lain yang paling sering saya lakukan, ketika nenek/tetangga memberi hadiah makanan, misalnya puding. Tanyakan pada anak, “Enak pudingnya? Puding ini dari siapa? Dari…? Dari Allah. Allah kasih melalui siapa? Melalui Nenek. Jadi bilang apa? Alhamdulillaah. Terima kasih Nenek.”


Selalu utamakan ingat Allah dulu, berterima kasih pada Allah dulu. Mau tambahin “terima kasih Allah” setelah alhamdulillah? Ya boleh aja sih. Bacaan hamdalah sendiri sudah berarti bersyukur dan berterima kasih pada Allah. 


Berterima kasih pada orang lain yang menjadi perantara rezeki itu juga harus ya. Selain norma di masyarakat, yang utama adalah karena itu ajaran agama Islam. 

“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud)


Semoga tertanam dalam jiwanya, bahwa apapun yang didapatnya adalah dari Allah, Ar-Razzaaq, dan tumbuhlah hati yang senantiasa syukur seumur hidupnya. Aamiin

Fitrah Tauhid

9:17 PM 0 Comments

Setiap anak yang lahir, sudah terinstal tauhid di dalam dirinya. Mengenal dan mengesakan Allah adalah fitrah setiap manusia. 


Saya pernah membuktikan pada anak saya (1y7mo waktu itu) dengan bertanya, “Fatih, di mana Allah?” Dia langsung mendongak ke atas secara otomatis.*


Ya, Allah di “atas”, di langit, di atas ‘Arsy.


*cara mengetes ini saya dapatkan dari ceramah Ustadz Khalid Basalamah (KHB), dengan catatan fitrah tauhid anak belum rusak misalnya karena banyaknya tontonan yang salah. 


وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِیۤ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّیَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدۡنَاۤۚ أَن تَقُولُوا۟ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِینَ﴿ ١٧٢ ﴾

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS: Al-A'raf, Ayah 172)


Dari Abi Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah (muslim)”. (HR. Bukhari Muslim)


Programnya’ sudah ada, jadi sebenarnya orang tua “hanya tinggal” mengingatkan dan memanggil memori di alam ruhnya ketika perjanjian dengan Allah itu terjadi. Etapi ternyata gak semudah itu juga. Kenapa ya?


Ya mungkin karena orang tuanya juga masih belajar untuk terus ingat masalah tauhid ini. Jadi, yuk kita mengingatkan diri sendiri sekaligus anak kita, memelihara fitrah tauhidnya agar dia tidak sempat lupa seumur hidupnya. In syaa Allah.

Monday, May 30, 2022

Pachinko (Book Review)

11:56 AM 0 Comments

Judul Buku: Pachinko

Penulis: Min Jin Lee

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman: 576 halaman

Tahun terbit: 2019

Pachinko
dok: pribadi
 
Pachinko Review
kiri: cover lama ; kanan: cover baru


Hello Readers, Assalamualaikum!

Saya baru saja menamatkan sebuah buku fiksi sejarah yang sangat menarik dan berkesan buat saya. Saya membaca e-book Pachinko ini dari aplikasi Gramedia Digital; jadi resmi ya, no nyolong-nyolong. Novel ini menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga Korea selama 80 tahun dan 4 generasi. Dimulai pada masa kolonisasi Jepang atas Korea hingga tahun 1989. Ringkasnya, kehidupan sebuah keluarga Korea di Jepang pada masanya.

Tokoh utama dalam novel ini bernama Kim Sunja, perempuan Korea, pada saat di muka bumi ini hanya ada 1 Korea. Lalu ia pindah ke Jepang dan meneruskan hidupnya melalui semua masa sulit dan (akhirnya mulai) lapang di negara itu.

Baca Juga: Kim Ji Yeong; Lahir Tahun 1982

Novel ini banyak mengangkat tentang diskriminasi dan prasangka buruk yang dialami oleh warga Korea di Jepang. Beberapa bertahan dan nampak baik-baik saja, tetap menerima kehidupan yang keras sebagai makanan sehari-hari yang mau tidak mau harus mereka telan. Noa, anak pertama Sunja menekankan pada dirinya dan adiknya, “Orang Korea tidak boleh berbuat kesalahan”, karena orang Korea yang baik saja sudah dianggap buruk, apalagi yang tidak baik. Tapi menurut tokoh yang lain, “Tidak penting menjadi Orang Korea yang baik, karena sama saja akan dianggap buruk juga”. Syedih ya Gais…

Selain diskriminasi dan prasangka, saya juga menggarisbawahi tentang identitas dan penerimaan diri. Bagi orang-orang tertentu, memiliki identitas yang jelas dan tidak membawa aib nampaknya sangat menjadi isu, sehingga ia tidak takut menghilangkan nyawanya hanya karena tidak mendapatkannya. Namun bagi sebagian yang lain, yang pasrah menerima dirinya, latar belakangnya yang tidak bisa ia ubah sebagai takdir yang harus diterima, bisa hidup dengan lebih baik. Orang golongan kedua ini fokus membangun masa depannya dan tutup kuping pada omongan orang-orang yang tidak perlu. Dia hanya perlu membuktikan dirinya berhasil, bisa mengangkat kehidupan keluarganya, dan membangun masa depan yang cerah untuk anak keturunannya.  

Menurut saya novel ini sangat kaya. Mulai dari alur dan tokohnya yang saya ga bisa nebak bakal gimana, juga kaya secara emosional; saya bisa merasa degdegan, happy, sedih, haru, kecewa, penasaran, marah, sakit hati, ga bisa terima, dan pasrah—selama membaca buku ini. Warbyasa kan? Selain itu, buku ini juga sangat kaya informasi, baik fakta sejarah yang objektif maupun subjektif berdasarkan persepsi para tokohnya. Ternyata dalam pembuatan novel ini, penulis memang melibatkan riset panjang yang tidak main-main lho. Sebagai penggemar bacaan sejarah, buat saya buku ini jempol banget!

Bahasa novel ini kaku menurut saya, mungkin karena ini terjemahan, meskipun banyak juga karya terjemahan yang tidak kaku sih. Tapi karena ceritanya menarik, saya suka sekali membacanya, apalagi ketika baru menyadari di tengah cerita, kalau buku ini tebalnya lebih dari 500 halaman. Hepi banget, berarti selesainya masih lama wkwkwkwk…

Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga, alias penulis sebagai ‘tuhan’ yang mengetahui segalanya, bahkan isi hati semua tokohnya. Buat saya cerita setebal ini isinya daging semua. Semua tokohnya penting, sedikit sekali nama yang jadi ‘figuran’ sepanjang kisah ini. Sebelum menyelesaikan membaca, saya sudah merasa puas, dan alhamdulillah tetap puas sampai menemukan ending cerita ini. Selamat Min Jin Lee! (sok kenal)  

Wednesday, May 25, 2022

Book Review: Bekisar Merah – Ahmad Tohari

6:48 AM 0 Comments

Judul: Bekisar Merah

Genre: Fiksi

Author: Ahmad Tohari, 1993

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman: 360 halaman


Assalamualaikum! Apa kabar Readers?

Ada masanya, saya mengisi waktu dengan menikmati karya-karya sastrawan angkatan lalu. Salah satunya Ahmad Tohari dengan novel Bekisar Merahnya.

Bekisar adalah jenis ayam hasil persilangan yang berharga mahal dan sering dikonteskan.


Novel ini berlatar tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia, saat masih dipimpin oleh Presiden Soekarno. Isinya bercerita tentang seorang gadis desa yang berperawakan mirip Jepang, karena ayahnya memang tentara Jepang. Dia cantik dan kecantikannya sangat menonjol. Namanya Lasi.


Awalnya ia seorang istri dari pemuda kampung yang miskin dan biasa saja, hidup dengan bersahaja dan setia. Namun ia harus menelan kecewa karena kekhilafan suaminya yang tak termaafkan. Lasi pun kabur ke Jakarta, dan terjerumus pada ‘bisnis’ yang tak pernah dipahaminya dengan kepolosan pandangannya. Ia menjadi wanita simpanan pejabat dan sempat dipindahtangankan kepada pejabat lain yang menginginkannya, yang lebih berkuasa daripada pejabat sebelumnya. Lasi yang cantik berdarah Jepang ini menjadi ‘incaran’ di kalangan pejabat, terkait dengan pemimpin negara yang belum lama menikahi seorang wanita Jepang (hayooo siapa yang jadi auto-browsing??).


Singkat cerita, ia menemukan cinta sejatinya (bernama Kanjat) di desa kelahirannya, lalu menikah. Ia sempat diculik kembali ke Jakarta dan pada akhirnya sang suami berhasil membebaskannya. 


Novel ini menceritakan kenyataan hidup yang sangat susah bagi rakyat kecil, di tengah alam yang terbatas dan hasilnya hanya dihargai dengan sangat murah.  Karangsoga, desa tempat Lasi tumbuh, menikah pertama kali, dan kembali ketika menemukan cintanya, adalah sebuah desa penghasil gula kelapa (gula merah). Para penyadap nira kelapa harus naik ke pohon-pohon kelapa yang sangat tinggi, mempertaruhkan nyawa, dan membawa nira yang diolah para istri di rumah sehingga bisa dijual pada tengkulak, yang sesukanya menetapkan dan menaik-turunkan harga gula. Namun mereka, masyarakat penyadap itu tidak punya pilihan lain. Tanah mereka tidak cukup subur untuk ditanami padi atau komoditas lainnya. Mata pencaharian lainnya sangat sulit ditemukan di sana.


Berbeda dengan kehidupan Lasi ketika di Jakarta, fasilitas yang dinikmatinya bagaikan langit dan bumi dengan apa yang bisa dinikmatinya di Karangsoga. Betapa mewah dan seperti tak terbatas.


Orang-orang kaya seperti tengkulak dan jaringannya hingga kota besar seperti Jakarta, sesungguhnya berhutang pada orang-orang terpinggirkan seperti masyarakat penyadap di Karangsoga. Mereka menikmati hasil melimpah (membeli gula dengan harga rendah) dari usaha sangat tinggi resiko yang dilakukan para penyadap, kemudian dapat menjualnya dengan harga tinggi di kota besar. Demikian yang mengganggu pikiran Kanjat, putra tengkulak yang kelak menjadi suami Lasi.


Novel ini menceritakan kehidupan lain para pejabat pada masa itu (entah sekarang) yang sebelumnya tidak banyak saya tahu, terutama yang berkaitan dengan “wanita”. Dengan alur maju, kehidupan tokoh utama diceritakan dengan detail dan cukup rumit, sehingga saya cukup menikmati membacanya. Sayangnya, konflik utama yang saya tunggu-tunggu menurut saya kurang seru. Konflik selesai dan melandai sebelum klimaks sehingga saya sudah degdegan eh ga jadi seru, hihi...


Baca Juga: Men are from Mars, Women are from Venus


Menurut saya, buku ini (beserta karya-karya Ahmad Tohari lainnya) sangat layak untuk dibaca. Buku ini membuka wawasan dan dengan mudah membawa pembaca seperti melihat dan mengalami langsung kejadian demi kejadian dalam ceritanya. Penggambaran latarnya cukup detail namun tidak berlebihan, sehingga saya merasa sayang kalau tidak membacanya secara utuh. 

Terima kasih sudah membaca ya! Wassalamu'alaikum :)