Follow Us @farahzu

Monday, June 25, 2018

Manusia Paling Bahagia

9:16 AM 3 Comments
Assalamualaikum!

Pernah ga, dengerin curhat orang yang punya masalah, jenguk orang sakit, atau baca berita di media atau medsos, terus merasa, masalah gua ga ada apa-apanya, pernah? Saya sering. Semua setuju lah ya, namanya orang hidup pasti punya masalah dan keberuntungannya masing-masing. Mau di upload atau ga di upload, semua pasti punya. Hehehe...

Suatu hari, saya memandang sahabat saya; masih muda, shaleha, cantik, bergelar Master. Saya bilang, “Aku pengen kayak kamu deh Path”. Dia menjawab dengan suatu pernyataan yang, membalik persepsi saya terhadap dunia 180 derajat, yang jadi inti dari tulisan ini. Dia bilang, 
Masa kak? Aku malah pengen di posisi Kakak.”
Jeger! Posisi. Iya, seringkali kita menginginkan seandainya ada di posisi orang lain yang nampak lebih bahagia dari kita. Enak ya jadi si Anu. Sempurna banget ya hidupnya. Lu ga tau aja masalah gue. Enak banget ya punya kerjaan kayak dia. Bos gue parah banget ngasih tugas ga pernah ngukur, cuti ga dikasih-kasih. Enak banget sih kamu besok masih libur. Di saat banyak orang menginginkan besok masuk dan memiliki pekerjaan....

Tanpa kita sadar, ga sedikit lho orang yang ingin ada di posisi kita. Setidak-ideal apapun kondisi kita saat ini, ketahuilah selalu ada orang yang menginginkan posisi itu. Kalau ada orang miskin ingin seperti orang kaya yang berlimpah harta, jangan salah, ada pula orang kaya yang ingin ada di posisi si miskin yang sederhana, yang hidupnya tidak serumit hidup si kaya. Terus, kenapa kita ga syukuri saja posisi kita? Ini tuh mirip sama rumput tetangga; selalu lebih hijau. Tidak akan membuat rumput di halaman kita sehijau miliknya, dan kebanyakan malah membuat hati makin susah, meratapi apa yang tidak kita punya.

Setelah perbincangan singkat namun mendalam di atas, saya menyadari, bahwa sayalah orang paling bahagia di dunia ini. Saya menerima posisi saya saat ini dengan ikhlas, menginsyafi semua hal baik yang saya miliki, yang dimiliki orang-orang di sekitar saya, dan memang rasanya ada banyak sekali kebaikan yang saya dapatkan dalam hidup saya. Alhamdulillah.

Lama-lama, saya jadi terbiasa menggali sisi positif dari apapun yang saya lihat dan alami sehari-hari, meskipun awalnya mungkin nampak tidak enak. Nikmat yang biasa terlewat begitu saja, jadi terasaaaa sekali sebagai nikmat dari Yang Maha Pemberi. Percaya deh.
Maka sejak itu, saya tak pernah lagi mupeng dengan postingan bahagia orang-orang yang memiliki apa yang tidak saya miliki; karena saya tau, mereka pun punya masalah, tapi saya lah orang paling bahagia di muka bumi.
Mmmhh... atau mungkin kamu? Iya, kamu! 
Yaaa boleh aja sih :) 

Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7)









Saturday, June 23, 2018

(Review) Pixy Cleansing Express Brightening

11:33 AM 1 Comments
dok: pribadi


Hayooo siapa yang mengira Pixy ini produk lokal? Tadinya saya pikir iya, berhubung banyak beauty enthusiast yang memasukkan Pixy Lip Cream ke dalam kategori lip cream lokal. Ternyata, ga juga. Jadi Pixy ini brand milik Mandom Beauty di Tokyo, yang telah membuka cabang di Indonesia (PT. Mandom Indonesia Tbk.) sehingga mereka memproduksinya di sini. Tepatnya, di Bekasi. Sama lah ya kayak produk-produk Rohto seperti Hada Labo dan SkinAqua, mereka merk Jepang yang sudah diproduksi di Indonesia, oleh PT. Rohto Laboratories Indonesia.
Jadi kalau demikian, ini produk lokal atau bukan? Saya takut salah menyimpulkan ah. Hehehe...

Nah. Beberapa bulan terakhir ini saya lagi mengandalkan si Pixy Cleansing Express Brightening untuk first cleanser saya. Kalau ditotal mungkin sudah habis 5-6 botol. Alias, cocok dan suka banget.

Dia sangat efektif mengangkat sisa bedak dan kotoran dengan sangat mudah. Cukup 2-3 kapas untuk semuka kalau kamu habis full bedak/make up. Karena saya sehari-hari hanya pakai sunscreen dan bedak, atau sedikit blush on dan eyeliner kalau kerja (dan lip tint hahaha) saya hanya butuh 1-2 lembar kapas saja untuk sampai bersih maksimal.



Pixy Cleansing Express Brightening ini tidak mengandung alkohol, jadi aman buat kamu yang kulitnya kering atau sensitif terutama sama alkohol. Ga bikin kulit kering juga. Teksturnya cair kayak air, kalau dituang di kapas sih dia tidak berwarna ya. Terus dia ada wanginya karena memang tercantum fragrance di ingredients-nya. Saya pribadi sih suka, wanginya lembut dan tentunya tidak mengganggu.

Produk ini mengklaim bisa melembutkan kulit. Benarkah? Keseringan dan memang idealnya sih ini dipakai sebagai first cleanser, di mana pastinya ada second cleanser setelahnya, jadi saya ga terlalu merasakan efek melembutkannya. Tapi sebulan terakhir ini saya sering memakainya sendirian tanpa dibarengi si face wash setelahnya, dan saya rasa memang dia cukup melembabkan ketika saya ga langsung kasih hydrating toner setelahnya. Kalau melembutkan, eeemmmhh mungkin iya tapi saya ga terlalu notice karena skin carenya kan lebih dari 1, semuanya untuk melembutkan wkwkwkwkwk... demikian juga untuk efek brightening-nya.

Terakhir, soal harga. Dengan segala kebagusannya, produk ini murah sekali! Dia ada 2 kemasan, 100ml dan 150ml. Yang 100ml saya beli di Dan-Dan harganya 16ribuan, sedangkan yang 150ml harganya 20ribu. Murce yaah? Murah lah kalau dibandingin sama micellar water apalagi cleansing oil hahaha..

Kalau kekurangannya produk ini, hhmmm apa yah... saya sih merasa produk ini cepat habis. Hahaha.. ga tau makenya gimana ya.. tapi ya karena ga mahal juga ya udah, alhamdulillah, beli lagi aja.

Sebenarnya saya agak bingung dengan klasifikasi produk ini. Dia non-alkohol, tidak seperti pembersih ekspres lainnya. Tapi dia juga bukan micellar water. Jadi ini sebenarnya apah?? Hahah.. mungkin karena ga bawa nama micellar water itu yang membuat produk bagus ini kurang hype ya, secara sekarang itu lagi zamannya MW atau cleansing oil.

Ga usah ditanya tentang bakal repurchase atau engga ya, karena saat ini saya sedang menghabiskan botol ke-6 atau ke-7 gitu saya lupa.

Oke bhaaaay.. mudah-mudahan bermanfaat buat kamu yang pengen cari alternatif cleanser yang murah tapi bagus, atau buat kamu yang lagi pengen ganti cleanser karena bosan dengan cleanser sebelumnya (what??bosan??! emangnya gue?), atau buat kamu yang mulai menyadari betapa double cleansing itu perlu tapi masih malas karena takut ribet, ini bisa jadi solusi. Mudah-mudahan.

Assalamualaikum!

Disclaimer: Review ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis, bukan endorse dari pihak manapun.

(ya kali ada yang ngendorse Far, baru juga review produk berapa kali. Hahaha)

Friday, June 22, 2018

Origin - Dan Brown (Book Review)

7:12 PM 2 Comments
Origin
Penulis: Dan Brown
Penerbit Bentang

Cetakan Ke-2, Januari 2018

dan brown

Buku ini hanya 516 halaman tapi sangat menggemparkan jiwa buat saya. Justru di bagian akhir cerita, ketika konfliknya sudah usai. Membaca buku ini membuat mata saya terbuka, bahwa kaum ateis, sebagaimana para pemeluk agama, juga berdakwah. Mereka bukan hanya tidak percaya adanya Tuhan atau menganggap agama tidak masuk akal; mereka pun berusaha menyebarkan keyakinannya, dan ingin sebanyak mungkin orang mengikuti keyakinan mereka. Kalau dalam istilah Arabnya, dakwah juga kan. Mereka pun banyak juga yang militan lho demi meyakinkan orang lain akan paham mereka.

Kisah dalam novel ini pada intinya adalah ingin mengungkap jawaban dari pertanyaan dasar manusia dari dulu hingga sekarang. Dari mana asal kita? Ke mana kita akan pergi? Mereka ya, saya mah ga mempertanyakan itu hehehe.. buat saya semuanya udah jelas.  

Ilmuwan yang diceritakan dalam novel ini, menyimpulkan bahwa kehidupan terjadi melalui hukum-hukum alam, terutama hukum fisika. Dengan penjelasan gamblang—yang saya skip membacanya karena kurang menarik buat saya, diceritakanlah bahwa hukum fisika demikian hebatnya, bahkan bisa mengakibatkan lahirnya sebuah kehidupan. Namun mereka tidak berpikir lebih jauh, “bila hukum fisika ini begitu canggih, maka siapa yang menciptakan hukum fisika itu?” (Robert Langdon)

Dalam novel ini, teknologi juga banyak dilibatkan dan disebut-sebut sebagai masa depan dunia ini. Saya sangat terkesan dengan akhir cerita di mana Profesor Langdon pada akhirnya mengalami sendiri bagaimana teknologi (dalam hal ini kecerdasan buatan/artificial inteligence) teramat sangat membantu dalam memecahkan masalah dan menjadi takjub karena keakuratannya, namun di sisi lain juga bisa sangat mengerikan, bahkan melakukan tindakan keji tanpa ragu dan rasa bersalah.  

Singkat kata, sebagaimana halnya saya yakin Robert Langdon pun sepakat, saya merasa beruntung telah diciptakan menjadi manusia; yang bisa merasakan gembira, senang, cinta, berharap, lupa, kecewa, sedih karena kegagalan, rasa ingin menyerah, dan sifat-sifat manusiawi yang lain. Perasaan-perasaan itu meskipun beberapa di antaranya negatif dan menghambat, yakinlah, menyenangkan rasanya ketika menyadari bahwa kita manusia, dengan segala kompleksitasnya

#origin #danbrown #resensi #novel