Follow Us @farahzu

Friday, September 19, 2008

Aku Suka Dekat, Tapi Tidak Menempel

7:43 PM 2 Comments
Waktu kuliah Kepribadian I di semester 4, Mas Budi menganalisis tulisanku yang tampak sambung. Menurut beliau aku mudah dekat dengan orang lain. Ya, itu betul. Tapi belakangan ini aku baru sadar, ternyata kadang aku lebih senang sendiri. Beberapa orang menginterpretasikannya sebagai individualis.
         Ya, kalau berjalan aku lebih senang sendiri, kecuali menemukan teman perjalanan yang ‘seirama’ denganku.
         Di kosan, aku lebih suka menyelesaikan tugas-tugasku walau banyak godaan datang untuk mengobrol dengan tetangga-tetangga kamar. Dan aku jarang tergoda. Kaku memang. Tapi beberapa tahun belakangan ini aku mulai berusaha membaur –tetep, seperlunya. Awalnya aku kaget karena ternyata waktu sudah berlalu banyak sekali untuk mengobrol dan banyak pekerjaan yang terbengkalai. Semenjak itu, aku sangat hati-hati (kalo ngobrol, selalu liat jam dan komitmen dengan jadwal).
         Nah, mohon maaf sebelumnya kalau ada yang tersinggung…
Aku agak terganggu kalau kedekatan itu sampai jadi 'nempel' (ini versi-ku, silahkan kalau ada yang tidak setuju).
       Aku tidak suka selalu ditunggu, karena aku sebenarnya tidak suka menunggu. Wajarnya, orang yang selalu menunggu orang lain menyelesaikan pekerjaannya, juga ingin ditungguin ketika mereka menyelesaikan pekerjaan mereka. Dan sekali lagi, sebenarnya aku tidak suka menunggu (katanya aku tidaksabaran, tapi bagiku penempatan kata 'sabar' di sana tidak tepat). Bagiku, kalau sudah selesai, ya jalanlah lebih dulu. Agar detik-detik dan menit yang ada tidak terbuang percuma hanya untuk menunggu orang mengerjakan hal sama. Jadi tidak produktif kaann?? (orang mengerjakan hal yang sama...).
       Alasan lain kenapa aku tidak suka ditunggu untuk hal-hal sepele (seperti wudhu, pakai sepatu, atau merapikan jilbab) adalah, 'kok ga mandiri banget ya, gitu aja ditungguin?'
Sekali lagi, karena aku sebenarnya tidak suka menunggu untuk hal-hal seperti itu. Sayang waktunya. Dan, karena aku sangat menghargai sesuatu yang bernama WAKTU.

mereka bilang aku genuin

7:19 PM 3 Comments
        Entah kenapa aku sangat ekspresif. Kalau suka bilang suka, tidak suka bilang tidak suka. Senang, malu, terharu, lelah, kesal, dan apapun emosi yang kualami, semua tampak dan dengan mudah terbaca oleh orang-orang di sekitarku. Kuliah Konseling yang masih segar di kepala membuat beberapa orang menyebutku 'genuin'; artinya sangat sesuai antara perasaan dengan perilaku yang tampak (hal ini bisa jadi baik, bisa juga buruk). Mungkin tidak masalah kalau yang sering tampak adalah emosi positif. Tapi masalahnya, masa-masa KAUP dan skripsi seperti saat ini sangat efektif membuat emosi negatifku lebih dominan untuk muncul. Jadi,,, khususnya untuk teman-teman kelompok KAUP GEMBIRA-ku yang hebat, trims banget atas pengertian dan kesabaran kalian menghadapi aku yang sering keluar 'agresivitas'nya

--Buat temen2 fakultas psikologi UI yang belum dapat kuliah 'ini', jangan khawatir,
KAUP itu mendewasakan--

Monday, September 1, 2008

Mahasiswa Jagoan, Jangan Jadi Pocong

10:40 AM 4 Comments
(Tugas jadi mentor workshop menulis)
   
Menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan, aku mengubah halaman depan rumah tulisku, farahzu.multiply.com, yang sebenarnya sudah sangat menyenangkan bagiku. Tapi keputusan ini akhirnya kuambil karena kegembiraanku bertemu Ramadhan jauh melebihi cintaku pada site-ku itu. Mau bagaimana lagi, cinta dapat mengalahkan segalanya. Akhirnya ketika membuat beberapa bait kata pembuka, jari-jariku lahap menyantap ide-ide yang mengalir dalam otakku pada keyboard komputer, mengumpulkan mereka agar tak terserak lalu terbuang.
Menulis itu membutuhkan niat yang kuat. Mungkin beberapa dari kita merasa disulitkan oleh kurangnya ide yang menarik untuk dibuat tulisan. Padahal jika kita mau membuka indera kita lebih peka serta hati dan pikiran lebih dalam untuk mengamati dan mengambil hikmah, ide-ide brilian itu sebenarnya sangat banyak di sekitar kita. Bagaikan serpih-serpih roti yang kecil dan sering tak dianggap oleh manusia, yang ternyata dapat dinikmati dengan sangat oleh burung-burung. Semua tergantung sekuat apa niat kita untuk menulis dan sejauh mana kepekaan kita untuk mengambil pelajaran dari sekitar.
Tapi bila ada juga yang memang benci menulis, solusinya bukan memahamkan tentang hal-hal positif dari menulis. Seharusnya, obatnya adalah mencari hal-hal menyenangkan dalam menulis atau membangun rasa kebutuhan terhadap menulis; misalnya saja, mahasiswa pasti banyak menemui tugas-tugas menulis dalam kuliahnya, suka tidak suka, benci atau cinta.
Mahasiswa dan supir angkutan umum sama-sama bisa berdemonstrasi, bahkan merobohkan pagar gedung DPR/MPR yang kokoh dan kuat. Nyali mereka sama besar ketika berhadapan dengan jajaran aparat kepolisian. Ketika digertak atau disuruh mundur, mereka juga tidak begitu saja menurut kalau komando itu tidak datang dari pemimpin mereka. Perbedaannya, aksi mahasiswa selalu diawali dengan kajian kritis dan tinjauan berbagai bidang yang kemudian disosialisasikan melalui tulisan, sehingga argumentasi mereka lebih kuat. Masyarakat pun menaruh asa lebih besar pada mahasiswa karena aksi-aksi mereka pasti membawa kepentingan mereka lebih banyak. Bedanya lagi, aksi mahasiswa tidak hanya demonstrasi, tapi banyak juga melakukan pencerdasan pada masyarakat melalui tulisannya di media-media. Dalam konteks ini, malasnya mahasiswa melakukan aksi lewat tulisan bisa membekukan pergerakan mahasiswa itu sendiri.
            Dikarenakan menulis itu tidak mudah, maka mahasiswa harus tabah dan sabar dalam berlatih. Jangan pernah malu bila karya tulisan kita dianggap tidak layak untuk dipublish; melainkan katakan pada diri sendiri, tidak layak itu kan menurut kita, belum tentu menurut orang lain. Berlatih terus-menerus, minta masukan dari orang lain, publish dan biarkan orang lain membacanya. Lakukan tanpa bosan, hingga rasa malu itu sirna. Tanamkan dalam pikiran, bahwa membiarkan tulisan-tulisan kita tersimpan dan tersembunyi adalah tindakan berbahaya! Seberbahaya pocong yang muncul di siang hari di tengah keramaian manusia.
Depok, Ramadhan pagi hari,
1 September 2008/Ramadhan 1429

HUJAN GERIMIS (dalam logat aslinya, insya Allah)

10:18 AM 0 Comments
E, ujan gerimis aje,
Ikan teri diasinin
E, jangan menangis aje,
nYang pergi jangan dipikirin

E, ujan gerimis aje,
Ikan lele ada kumisnye
E, jangan menangis aje,
kalo boleh cari gantinye

Mengapa ujan gerimis aje,
Pergi berlayar ke Tanjung Cina
Mengapa Adek menangis aje,
Kalo memang jodoh ga kemana, hey, hey!!

E, ujan gerimis aje,
Ikan bawal diasinin
E, jangan menangis aje,
Bulan Syawal mau dikawinin
(“Mau dikawinin jangan nangis, bebedak yang banyak!”
“Yah, entar kayak celepuk dong!”)

Mengapa ujan gerimis aje,
Pergi berlayar ke Tanjung Cina
Mengapa Adek menangis aje,
Kalo memang jodoh ga kemana, hey, hey!!

Jalan-jalan ke Menado,
Jangan lupa membeli polong
Kalau niat mencari jodoh,
Cari yang item seperti saya
(ah, masa??!)

*kunci gagasan mengapa saya menulis lagu ini ada pada kata-kata yang di-bold. Tapi mohon maaf, hanya dapat dimengerti oleh akhwat-akhwat DPC Bekasi Timur yang tadi ikut daurah, hehehee..*
Bekasi, 31 Agustus 2008

Bajaj dan Bemo

10:14 AM 2 Comments
        Hari ini aku dan ibuku bertualang ke rumah uwak di dekat Stasiun Kota. Singkat cerita kami sampai di stasiun itu, lalu naik bemo. Hoy, subhanallah,,, banyak sekali yang kupikirkan kala itu. Terjebak sedikit macet di pusat perbelanjaan (WTC Mangga Dua dan sekitarnya), polusi udara dari kendaraan bermotor yang (na’udzubillah) kabarnya bisa menjadi penyebab autisme. Lalu supir bemo yang sangat piawai menemukan ruang-ruang kosong diantara mobil-mobil dan kendaraan lainnya (catt: bemo tersebut juga menyumbang polusi cukup besar untuk udara di Jakarta). Meliuk-liuk, salip kanan-kiri, lalu dengan mulus menghindari segala kemungkinan buruk; tabrakan. Hhhhaaaa,,, cukup stress saya, setelah sebelumnya di Bekasi saya “naik motor”.
            Pulangnya, kami memilih naik bajaj. Sebenarnya aku sangat ingin mencoba naik kancil, selain untuk mengurangi kontribusi pribadi pada polusi udara. Tapi sang kancil kosong tak jua melintas. Akhirnya bajaj yang beruntung itu melintas dan menawarkan jasa pada kami.
            Supir bajaj tak kalah luar biasa-nya!! Lebih parah bahkan. Polusinya apalagi. Sampai orang sering melontarkan tebakan, “Bajaj, rem-nya di mana hayo??”. Dan dengan agak basinya yang ditanya akan menjawab, “Di pundak abangnya!”. Tepat. 
            Saya tergelitik oleh satu hal. Hal apa yang mendorong bangsa kita dahulu untuk mengimpor bajaj dan bemo dari India? Ada yang tau???
Bekasi, 30 Agustus 2008

Hey, Don’t Call Me “Didong”!!

10:12 AM 4 Comments
Lagi seneng banget nih sama temen-temen di tim materi PMB.
Job desc hari I: mejeng
Job desc hari II: absen, jalan-jalan, makan, tidur, nge-net, dan, mejeng (juga)
            Tiba pukul 04.48 BBWI di kampus, telat 3 menit. Denda Rp1.000,00. Biarlah. Mengisi presensi, sarapan sedikit nasi goreng, “musyawarah” sebentar mau jalan ke mana, lalu melepas jaket kuning kebanggaan dan bersiap. Kami berangkat ke pasar subuh di Depok Town Square! Hya, pagi-pagi buta! Aku, Angel, Dedew, Nisa, Putri, Teri. La, la, la,,,
       Kami mengambil rute dari psiko—jembatan—hukum—menyebrang masjid UI—menyusuri danau UI—rektorat (sempat juga foto-foto)—FKM—gang senggol—Detos! Sampai di Detos matahari sudah mulai menyinari. Tapi tiba-tiba, eh, di depan sana, kok ada Anggun, Andin, dan seorang teman kami yang lain? O,ow,, Anggun sedang menemani temen-temen bidang konsumsi belanja snack buat panitia ternyata. Haha.. Mereka pun terbengong melihat kami satu tim malah jalan-jalan saat acara berlangsung =)
        Belanja kue-kue, makan, hhaaa, alhamdulillah… Terbayar sudah perut yang lapar karena diisi dengan tanggung tadi subuh. Atau jauhnya perjalanan kami menuju Detos. Setelah puas duduk, kami kembali ke kampus. Dduuuhh, sudah terang (sekitar pukul 6) begini kok maba-maba masih pada berkeliaran, belum sampai fakultas masing-masing. Jalan dengan santainya pula…
     Rute perjalanan pulang kami berbeda dengan saat berangkat. Entah apa pertimbangannya, kami memilih menelusuri jalur luar UI yang dilewati bis kuning. Eh, tapi tidak juga. Sampai balairung, kami berbelok dan menyusuri danau kembali dari sisi yang lain, menuju masjid UI. Masih foto-foto.. Di gerbang MUI, ada baliho bessaaarr banget. Kalau tidak salah isinya foto-foto tentang perjalanan Salam UI yang sebentar lagi milad 1 dekade. Nah, di baliho itu, kami melihat foto sesosok teman kami –sebut saja namanya Rizqi— banyak terpampang di sana. Hhuummm, kalau dia perempuan, sepertinya dia akan ikut jalan-jalan pagi bersama kami. Paham maksudnya? Ya, dia salah satu dari tim materi juga! Mapres Utama Psiko UI (huhuu,, ngiri deh).
            Saat itu hampir pukul setengah tujuh. Kemudian kami membuat jadwal kegiatan kami hari ini. Jam 8 kami akan naik sepeda keliling UI. Jam 10 saatnya kami bertugas. Ba’da zuhur, rencananya adalah ke salon, creambath bareng (haha…). Jam setengah 3 sore, baru kembali ke kampus, membuat yel bidang, lalu acara perkenalan panitia dan penutupan. Nah. (apa?)
            Kembali ke markas, kantin lama Fakultas Psikologi, kami duduk dan minum. Dan,,, tak lagi beranjak. Capek sekali!!! Boro-boro mau bersepeda jam 8, kami hanya bisa duduk, mengobrol (sambil menguasai meja konsumsi panitia, hehe..), beli dan baca koran, sedikit diskusi, dan menghabiskan kue yang tadi dibeli. Hhmm,, hingga sekitar jam 8 lewat, baru kami bubar. Ada yang ke student centre (tak lain untuk tidur), mushalla (juga untuk tidur), dan lab komputer pasca sarjana. Nge-net gratis… Aku memilih yang ketiga.
       Di hadapan “antar-jaringan” (internet maksudnya), luar biasa, godaan begitu besar! Di awal sih sempat ada niat, ‘browsing ah, cari bahan skripsi’. Tapi ketika di depan komputer, ‘males ah’. Rasa capek yang menutupi kakiku ternyata membuat otakku capek juga. Akhirnya kubuka multiply.com. Log in, dan bersenang-senang di “sana”. Sampai pukul 10. Rencana 1, gagal.
        Rencana 2 juga ternyata harus mengalami nasib serupa; gagal. Dan kembali kuhabiskan waktu di depan komputer (insya Allah banyak hikmah koq =)).
           Uummm, udah ah. Yang jelas, rencana bikin yel dst sih oke, dan yelnya menurut kami cukup lucu. Ummm,, tapi,,, malu ah ceritain-nya. Pokoknya, plis, don’t call me Didong!
Bekasi, 29 Agustus 2008

Manis

10:10 AM 0 Comments
(Menurut Saya Sih Ini Lucu, Bagaimana Menurut Anda?)
Apa yang terpikir oleh anda ketika mendengar atau membaca kata ini? Atau apa yang anda rasakan? Mungkn anda merasakan sesuatu yang menyenangkan (bisa dihubungkan dengan rasa di lidah, nyaman dipandang, atau kata-kata puitis dari seseorang). Mungkin juga ada yang membayangkan manis secara abstrak dimana bisa seperti cinta yang akhirnya tidak hanya manis di hati tapi juga diikuti berbagai rasa lainnya.
            Tapi kita tidak pernah jera pada cinta bila rasa manis itu hilang. Walau pahit, tetap saja banyak orang yang bertahan sampai cinta itu manis kembali. Memang kadang perlu perjuangan, tapi bukankah kata orang, cinta itu butuh pengorbanan? Bayangkan saja anda ingin minum teh manis, tapi gulanya habis sehingga anda harus membeli di warung yang lumayan jauh—dan ternyata warung itu juga kehabisan gula. Tapi anda benar-benar sedang ingin teh manis, tak bisa tidak.
            Ada 3 pilihan yang bisa anda ambil. Pertama, mencari gula di warung yang berbeda; mencampakkan teh dan mencari alternatifnya, yaitu sirup (yang sudah manis tanpa gula); atau setia pada teh hingga rasa manis itu terasa di lidah tanpa perlu tambahan gula!! Karena cinta itu hanya bisa dirasa. Ketika rasa cinta kita berkurang, bukan berarti kita harus mencari pengganti dari Dzat yang kita cintai. Tapi mungkin rasa kita yang salah. Lidah kita yang terlampau lemah untuk sekedar merasakan cinta.
            Karena cinta bukan sekedar tentang menuntut, tapi juga memberi!! Bila kau cinta, maka buktikanlah!!!
***
            Nah, ada yang sadar, apanya yang lucu? (Menurut saya sih ini lucu, bagaimana menurut anda?) =)                 
                                                       Depok, 27 Agustus 2008