Follow Us @farahzu

Wednesday, March 16, 2011

Hujan buat aku

6:05 PM 10 Comments
Entah pernah ada kenangan apa,
yang kusadari, aku selalu punya rasa yang sama akan hujan:
Romantis ^_^.

Entah ya,
hujan selalu membawaku pada haru,
tanpa aku pahami kenapa
sedikit melankolik, tapi tidak untuk meneteskan kesedihan

Saat hujan adalah saat rahmat
saat doa, lebih mustajab untuk dilantun
adalah Allah, yang menjadikan setiap tetes dan perciknya menyejukkan
tidak hanya kulit, tapi juga kalbu

Ah, aku terlalu melankolik ya?
Tapi aku berani katakan,
Aku bukan gadis cengeng
Aku hanya senang pada hujan,
pada angin dingin yang membawa kabarnya,
pada awan teduh yang menaung,
pada matahari yang tersipu,
pada gemeresak tetesan yang mengguyur,
dan jika beruntung,
pada larik warna-warni setelahnya.

Alhamdulillaah...

Sunday, March 6, 2011

Setahunan informal bareng mereka

10:03 AM 2 Comments
Apapun aktivitas kita, sedikit banyak pasti menggerus energi kita, kejernihan pikiran, dan ketajaman hati. Karenanya kita selalu butuh jenak untuk rehat dan mengisi kembali cadangan energi kita. Lazim sudah dipahami bagi orang-orang ‘seperti kita’, bukan?
Mungkin kita kembali pada orang-orang yang pernah bersama dengan kita, merasakan pahit-manisnya perjuangan. Dalam forum-forum informal yang meski ringan, dapat mengembalikan semangat dan idealisme kita kembali, hanya dengan memandang wajah dan berbincang dengan mereka.
Seperti mereka, sahabat-sahabatku BPH BEM UI 2009. Meski masa jabatan kami telah usai lama, kami tidak pernah lengser menyandang nama itu. Kami bukan mantan BPH BEM UI, melainkan kami tetap BPH BEM UI 2009. Sampai kapanpun. Hehe..
Alhamdulillah, kami masih istiqomah untuk tetap menjalin silaturrahim setiap bulannya, karena kami bersatu bukan hanya karena amanah. Mungkin awalnya iya, tapi kami pernah bertekad, menjadi keluarga hingga ke surga.
Dan alhamdulillah, kami resmi lengser pada tanggal 5 Januari 2010; mudah-mudahan husnul khatimah. Lalu mempersiapkan agenda jalan-jalan akhir tahun hingga akhir bulan itu. Bulan Februari, kami telah menjalankan silaturrahim ke rumah seorang dari kami di daerah Gunung Putri, dan dilanjutkan dengan pertemuan setiap bulannya. Alhamdulillah.. sudah berjalan 1 tahun dan insya Allah akan tetap berjalan. :D

Kitalah armada masa depan yang akan mengukir dunia… 
(ada band, armada masa depan)


Tentang orang hebat (pikiran muter-muter)

9:59 AM 4 Comments
Orang hebat, tetap selalu butuh orang lain yang tidak hebat. Maka itu orang hebat tidak boleh sombong. Ah, tapi menurutku, orang yang menyombongkan kehebatannya itu tidak hebat. Karena dengan sombong ia berhenti menambah kehebatannya, telah merasa paling hebat.
Tidak hebat di mataku orang yang membanggakan kehebatan orang tuanya. Seperti kata Ali ra, bukan pemuda yang mengatakan, ‘ini ayahku’, melainkan ia yang berkata, ‘inilah aku’. Orang hebat membangun kehebatannya. Bukan meminta orang lain untuk menjadikannya hebat. Mungkin ia butuh dukungan dan bantuan orang lain, tapi itu hanya sesekali dan bukan yang utama.
Tidak hebat juga bagiku orang yang memandang rendah orang lain yang tidak hebat. Karena itu artinya dia tidak pandai mengelola pikiran dan hatinya, selain ia juga tidak pandai melihat potensi orang lain dan juga tidak pandai melihat peluang-peluang bagi dirinya. Meskipun ia dikenal orang lain hebat karena jabatannya yang tinggi atau hartanya yang melimpah. Tidak.
Tapi orang hebat mampu mendayagunakan segala yang ada disekelilingnya untuk kebermanfaatan, tanpa mengeksploitasi. Adalah yang mampu mensinergikan kelebihan dan kekurangan orang-orang di sekelilingnya untuk kebaikan, yang hebat maupun yang tidak hebat.

*maaf ya geje, ini kebanyakan curhatnya. Tapi anyway, mau berterima kasih pada seorang hebat yang pernah jadi partnerku, menaikkan self-efficacy-ku bahwa walaupun tidak hebat, aku bisa jadi orang tidak hebat yang hebat. ^_^

Thursday, March 3, 2011

Tentang tangan dan independensi

4:47 PM 12 Comments
      Bermula saat mata kuliah Pelatihan (training) 2 di semester 7, tahun 2008. Dosen saya yang sangat keren itu mengomentari sikap tubuh teman saya yang sedang presentasi (kalau tidak salah ingat). Kesimpulannya, sikap tubuh itu penting. Jangan melipat tangan di depan dada kalau sedang berbicara dengan orang lain; memberi kesan sombong dan tidak terbuka. Dan beberapa sikap tubuh yang lain.
Saya ingat, waktu SMA, awal-awal belajar ngisi kultum di depan kelas orang lain, saya selalu berdiri di depan, tengah, di antara 2 meja paling depan, dengan ujung jari kedua tangan menyentuh kedua meja. Yang aku rasakan: aman.
Tapi seiring waktu dan jam terbang (halah), aku mulai berani melepas tangan dari meja, dan mulai berani ‘jalan-jalan’: ke tengah, depan, menuju papan tulis... yang kurasakan awalnya aneh, tak ada pijakan, tapi setelahnya, lepas. Aku bisa bercerita dan berbicara apa saja.
Dosenku yang keren itu, dia mencontohkan, lepaskan saja tangan kita (ketika bicara di depan umum), jangan melipatnya di dada, di belakang, saling mengaitkan jari, memegang pulpen, dan sebagainya. Tampaknya biasa saja khan? Ketika kucoba, eh iya, ternyata beda lho rasanya... ada yang hilang: ketergantungan. Dan ada yang muncul: keberanian, merasa independen dan tidak inferior pada khalayak.
Kalau saya perhatikan, karena setiap pagi berdiri di kereta ekonomi, hampir tidak ada orang yang ‘melepas’ tangannya ke bawah. Baik yang duduk maupun berdiri, hampir semuanya sama: melipat atau mengaitkan kedua tangannya. Hhhmmm...
Terserah ya, mau percaya atau tidak. Tapi yang jelas, melepas tangan itu, tidak semudah kelihatannya. Butuh keberanian.

*saluuuuttt buat dosenku yang keren: Ibu Dewi Matindas ;)

Kompensasi

11:20 AM 6 Comments
     Ada seorang akhwat. Dari Bogor. Ketika berbincang, dia mengaku kamarnya cukup rapi. Tapi saya menemukan sebuah keanehan: dia juga tidak suka beres-beres. Tapi dia tidak suka berantakan. Kontradiksi yang unik, menurut saya.
Umumnya, orang yang rapi adalah orang yang suka menjadikan miliknya tidak berantakan, biasa identik dengan suka beres-beres. Nah, akhwat ini tidak. Dia tidak suka beres-beres, maka ia mengatur sedemikian rupa hingga kamarnya tidak berantakan. Habis mengambil sesuatu, langsung tempatkan di tempat asalnya. Jadi semua tetap rapi, dan ia tidak perlu sering beres-beres.
Menurut saya, dia cerdik. Akhwat ini paham kekurangannya. Mungkin ada hal-hal tertentu yang membuat dia tidak bisa menghilangkan kekurangan itu, hal yang saya tidak tau. Tapi dia mencari kompensasi lain untuk menutupinya. Hasilnya, sama toh? ^^
Aaaah kawaaannn betapa indah memahami tentang diri itu. Begitu hebat bila kita mampu mengatasi semua kekurangan kita. Tapi begitu cerdik bila kita mampu membuat kompensasi atas kekurangan kita, kala mengatasinya adalah berat.
Yang penting, tetap optimal dan berhasil dengan baik. Insya Allah.

Komentar

7:09 AM 9 Comments

      Komentar kian biasa saja nampaknya bagi manusia di sekeliling saya. Mudah-mudahan tidak termasuk keluarga dan teman dekat. Orang-orang di sekeliling ya, belum tentu dekat di hati.
Komentar, saya tidak sedang menulis tentang komentar-komentar di blog atau facebook, yang kebanyakan orang memang senang dikomentari. Tapi saya cukup terganggu mendengar komentar seseorang terhadap orang lain yang sebenarnya tidak dia kenal, seperti,
“Ih, orang itu rempong banget sih…”,
“Harusnya bapak itu jangan bla, bla, bla, sama ibu itu, kan jadinya, bla, bla, bla…”,
“Ga matching banget sih tu orang, pake bajunya eksmud tapi bawaannya wadah plastik buat jual makanan gitu…”

Dan komentar-komentar sejenis yang menurut saya sia-sia. Pasalnya, apakah dia mengeluarkan komentar itu atau tidak, tidak akan ada yang berubah. Selanjutnya, apakah dia mengambil pusing perbuatan orang lain yang tidak merugikannya itu atau tidak, tetap tidak akan ada yang berubah.
Yang berubah hanya kondisi hatinya yang jadi kesal, pikirannya yang jadi mumet karena terlalu memikirkan hal-hal tidak penting dari orang lain, dan mimik wajahnya yang jadi menyebalkan. Juga, yang berubah hanya hati pendengar seperti saya yang jadi gerah, tidak ingin ditambah beban yang tidak penting karena merasa sudah punya banyak urusan, masalah, dan pekerjaan saya sendiri yang harus diselesaikan.
Jadi ingat kultumnya Pak Inu ba’da ashar kemarin, bahwa setiap kata-kata kita kelak akan dihisab. Maka, berbicara lah hanya yang baik-baik saja, atau diam saja. Toh tidak ada ruginya. Pikirkan saja aib-aib kita sendiri yang masih banyak… kecuali jika diminta atau sekiranya bermanfaat. Kalau tidak, kok repot..?

*ini curhat kebetean saja…
Kereta ekonomi, stasiun, kantor, stasiun, kereta express, stasiun lagi.
Maret 3, 2011