Follow Us @farahzu

Wednesday, June 23, 2010

(Tentang Kata) Kita

5:01 PM 22 Comments
“Di saat kita bersama,…” (Sheila on 7, Kita).
Ini lagu zaman saya ABG, suka sekali dengan group band ini (selain Padi). Tak jarang saat tersebut kata ‘kita’, terngiang langsung kata-kata awal lagu ini. Mungkin terinternalisasi dalam pikiran. Wajar..

Kalau,
“Lu aja sama kambing”
Mungkin kata-kata di atas itu telah biasa kita dengar atau ucapkan. Atau sapi lah, yang kolesterolnya lebih rendah (lhoh?). Sampai di sini makna kata ‘kita’ masih dikembalikan pada  makna sebenarnya, merujuk pada jumlah orang lebih dari 1 dengan mengikutkan si pembicara dan orang yang diajak berbicara. Kita: aku dan kamu; aku, kamu, dan dia.

Ternyata,
Orang Sulawesi Tenggara keturunan kerajaan Tolakki punya ‘makna’ yang berbeda lagi dengan yang selama ini kita kenal. Kata ‘kita’, mereka gunakan sebagai panggilan hormat pada orang lain. Awalnya saya bingung ketika berbincang dengan ibu-ibu di sana, beliau berkata (nada bertanya), “Kalau kita?” sambil ibu jarinya menunjuk saya. Ternyata maksudnya adalah, kalau kamu gimana? :D

Tapi belakangan ini,
Sepertinya telah terjadi pergeseran makna dari kata ‘kita’ itu. Bagi anak Jakarta dan sekitarnya (kayak azan), 'kita' tak ubahnya bermakna sama dengan ‘kami’. Hayo, pada nyadar ga ya? Misalnya saat mengajak teman untuk ikut dengan kelompok yang saya (atau kamu) terlibat di dalamnya, “X, mau bareng kita gak?”
Nah lho. X-nya aja belum ikutan, sudah nyebut ‘kita’. Padahal belum tentu kan si X itu mau ikut? ;D Kan seharusnya, “X, mau bareng kami gak?” Yah. Itu hanya contoh kecil. Sebenarnya banyaaaakkk dan sudah seerrriiiiiinggg sekali salah.
Saya juga baru sadar saat teman saya yang dari Riau mengatakan hal ini di kelas Psikologi Lintas Budaya dulu. Jadi berpikir, iya juga ya...

Kesimpulannya,
Bahasa itu, seringkali multiinterpretasi, banyak makna yang bisa muncul hanya dari satu kata. Beberapa daerah punya makna yang berbeda untuk kata yang sama di daerah lain. Tapi, menurut saya perlu dibedakan; mana yang memang buah dari kekayaan budaya, dan mana yang penyalahgunaan.

Humm, bicara budaya, sepertinya akan jadi menarik. Kapan-kapan deh.

*Cinta bahasa Indonesia…!!!

Sunday, June 20, 2010

orang yang ga bisa masak biasanya senang bersih-bersih

7:13 PM 48 Comments
       Hmmm... ini sebenarnya adalah hipotesis ibuku saja, berdasarkan pengamatannya pada orang-orang. Orang yang ga bisa masak, biasanya rumahnya tuh bersiiihhhh,,, rapiiiiihhhh,,,, Dan ketika beliau menyebutkan hal itu padaku, aku hanya tersipu geer dan bilang, "Mamah bisa aja deh menghibur aku...". Hahaha...
          Setiap orang memang hidup dengan karunia kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Memang suatu hal yang bahaya kalau pemakluman atas kekurangan seseorang dijadikan pemakluman pula atas terhentinya pembelajaran. Dengan adanya kekurangan, mungkin di situlah Allah menyediakan ladang pahala untuk kita belajar menutupi atau mengurangi kekurangan itu. Kekurangan itu tidak laten.
          Seperti memasak. Untuk menjadi seorang koki hebat atau pemasak rumahan profesional (??), mungkin tidak cukup hanya belajar. Dibutuhkan juga bakat untuk itu. Tapi memasak itu skill, keterampilan yang dapat dipelajari, tanpa bakat sekalipun. Katanya sih, setiap orang pasti bisa masak kalau mau belajar *karena setiap orang kan butuh makan. Tapi untuk jadi ahli, ya jelas tidak semua orang bisa. Intinya haruslah tetap belajar.
           Nah. Jujur saja, saya adalah orang yang butuh usaha sangat keras untuk bisa memasak T_T. Meskipun setiap hari membantu mamah memasak di dapur *fyi, padahal masakan mamahku enak banget! Masakanku akan enak kalau ada campur tangan orang lain, seperti ibuku. Tapi ketika aku mulai memasak sendiri tanpa campur tangan siapapun, entah apa yang salah, padahal bumbu dan caranya sama, hasilnya begitu saja berbeda. Kenapa? Entah T_T
           Ibuku tau aku memang tidak bakat memasak. Beliau juga tau aku sudah berusaha belajar. Beliau juga tau aku masih punya semangat membara untuk belajar lagi dan lagi. Dan beliau juga tau, setiap kali gagal, aku pasti geregetan, dan, sedih, tentu saja. Beliau tidak marah apalagi menghujat *yaiyalah*, melainkan pada akhirnya menghiburku dengan kata-kata seperti judul tulisan ini. Dan, sejak saat itu, setiap beliau geleng-geleng karena aku terlalu cerewet (baca: perhatian, haha) dengan kebersihan dan kerapihan, aku hanya bilang, “Kan gak bisa masak Mah, hehehe…”, supaya paling tidak ada kompensasi ;D
          Belajar. Belajar. B e l a j a r . \(>_<)/

**tulisan ini mendemarketisasi diri sendiri niyh! ;D

Thursday, June 17, 2010

Seperti Ayahku

8:32 PM 16 Comments
               Beberapa hari lalu aku mem-post sebuah note dengan judul yang sama. Hanya  2 kata itu. Ambigu? Multitafsir bahkan. Tapi aku sengaja. Hehe.. di sini baru maksudnya.
Dua kata itu terbersit begitu saja pada suatu ketika saat aku diperlakukan sedemikian hormat dan dijaga oleh seseorang, belum lama ini. Kepemimpinan dan penjagaannya seperti ayahku. Dan, beberapa sifat baik (rahasia) yang tampak dari perilakunya, juga seperti ayahku. Aku memang orang yang mudah kagum pada orang lain, dalam hal ini tidak peduli dia laki-laki atau perempuan. Hanya saja orang yang kumaksud itu laki-laki, jadinya seperti ayahku, kalau perempuan pasti seperti ibuku ;) *ngeles.
Ayah adalah pahlawan. Dan menurutku, cukup wajar dan tidak sedikit orang yang menjadikan ayahnya sebagai idola. Sebagai anak perempuan, rasanya juga wajar kalau ada yang ingin mendapatkan jodoh yang mirip dengan ayahnya. Sifat-sifat dan keahlian, terutama. Dengan catatan, ayah yang dimaksud adalah ayah yang baik dan bertanggung jawab ya…
Seperti aku. Hehe.. tapi aku tidak ingin masang iklan di sini, membeberkan sifat-sifat ayah yang membuatku kagum dan kelak ingin mendampingi seseorang yang seperti beliau. Hanya saja, aku ikut menganalogikan kesetaraan pasangan, sbb: Bila ada laki-laki yang ingin mendapatkan istri seperti Ibunda ‘Aisyah, jadilah seperti Muhammad saw. Dan sebaliknya. Analog juga kan, dengan, kalau ingin mendapatkan suami seperti ayahku, jadilah seperti ibuku. *ah, kok jadi ga jelas ya?
Uhmm… Tapi ibuku bilang, membandingkan orang lain dengan ayah itu tidak baik. Kekaguman pada ayah membuatku sempat membuat kriteria yang, ‘ayah gue bangeeettt’ dalam menilai teman lawan jenis. Akhirnya, kok banyak ya, di antara mereka yang bikin aku ilfeel? Ya, banyak, banyak sekali. ‘Karena setiap orang kan punya sisi baik dan kurang baiknya. Juga karena suamimu bukan ayahmu.’ Belakangan aku juga paham, bahwa membandingkan ternyata tidak cukup baik dan bijak dalam banyak hal.

*tapi tetap saja aku cukup takjub ketika menemukan sifat-sifat ayah dalam diri orang lain. hufh, biarin aja ya, ga usah ditanggepin. Hehe..

Thursday, June 10, 2010

BPH On Vacation: Ciamis!

3:12 PM 6 Comments
      hhmmm... ini hanya sebuah cerita, pelengkap foto-foto yang sudah di-post lebih dulu. Sudah telat juga sih. Yah, yang penting bisa dibaca sama anak-cucuku nanti (teteeuuppppp).

       Jadi ceritanya, tanggal 28,29,30 Mei 2010 yang lalu, BPH BEM UI 2009 jalan-jalan dengan tujuan utama ke Green Canyon dan Pangandaran. Untuk mengurangi cost, nginepnya di rumah uwakku (nomor 3) di Perancis (perapatan ciamis), tepatnya di Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, yang berbatasan dengan Tasik (Rajapolah). Asumsi kami sih, meskipun di utara dan Pangandaran di selatan, karena sudah di Ciamis, yah gak jauh-jauh amat lah yaa... 

        Jadilah pagi-pagi, hari Jumat tanggal 28 Mei 2010 pukul 6 pagi kami sudah berkumpul di beberapa meter sebelah Universitas Pancasila, setelah malam sebelumnya para bph yang putrinya nginep di rumah Input (bph juga, tapi gak boleh ikut sama ortunya) di dekat UP. Kami sarapan, dengan nasi uduk dan risol yang telah disiapkan oleh sie. konsumsi, Wenny-kestari. Briefing, ngasih peta ke mobil sebelah, berdoa, berangkaaaatttt!! tepat pukul 06.30.

       Ternyata sepagi itu tol sudah macet. Baru saja lewat Bekasi Timur, Cikarang, maccceeetttt... Kami berangkat dengan 2 mobil. Mobil pertama fasilitasnya lengkap, ada DVD, TV, dll, bagus lah yaa... diisi oleh para putri, 5 orang (aku, Ida, Wenny, Yuli, Ijo) + 1 supir (Awwab) dan 1 orang navigator (Adi), keduanya bph cowok. Sedangkan mobil sebelah, semuanya cowok, ada 5 orang (Tiko, Farid, Tebe, Fazri, Uta), dan fasilitasnya pas-pasan. Bahkan tidak ada music player. Jadilah seorang dari mobil sebelah mengirim sms ke mobil kami, "Kenapa sih perempuannya gak dibagi aja? Di sini suram banget deh". haghaghaghag....mana ada yang mau dikorbanin ke sebelah?? ;D

       Shalat jumat di masjid di daerah Nagrek. Tadinya kami mau makan sekalian di sana, tapi ramaaaaii, daaann,, mahal. Maklum ongkos kami ngepas. Hehe... Ya sudah, akhirnya kubilang, "Makannya di deket rumah aja, ada kok yang enak dan murah", berdasarkan info dan ingatan dari ortuku. Okkei. Yang lain nurut sajah. 

       Ter.nya.ta. begitu kami sampai di rumah makan yang udah dekat rumah itu, rame juga di sana! Maklum long-weekend. Dan ternyata lagi, mahal juga bo! Aduuhhh,,, sebagai tuan rumah, gak enak banget deh sama teman-teman. Udah perjalanan jauh banget bikin pada capek, pas makan yang katanya murah ternyata mahal juga, hhmmh... 

       Setelah makan, kami jalan lagi. Tidak lama, begitu melewati Perancis, aku menunjuk gunung di sebelah kanan jalan dengan titik-titik rumah di kakinya, "Tuh, rumahnya di sana!" Subhanallah, di luar harapan, muka teman-teman langsung cerah dan antusias, "Waaaahh!!! Di kaki gunuuunggg????!!!!" 

       Memasuki jalan yang tidak lebar, dikawal oleh hijaunya areal persawahan yang berteras-teras, sejuknya angin gunung, hhmmm,,, jendela mobil langsung dibuka dan jeprat-jepret pun mulai. Oh iya, si sie.HPD, Ijo, bawa kamera SLR, jadi kami semua sedikit-sedikit belajar fotografi lah, dan di akhir keliatan deh siapa yang emang punya bakat fotografi dan yang maksa. hhe.. 

       Apalagi begitu sampai rumah. Semua terlihat puas! Bahagia banget ngeliat kepuasan dari wajah-wajah mereka. Kami dijamu di belakang rumah, sudah ada teh, makanan, buah, wuah, pemandangan langsung khas kampung di pegunungan, empang besar-besar di hadapan, nyiur, pohon-pohon hijau, benar-benar pelepas lelah yang luar biasa. Dan ternyata, bi nani (sepupu ibuku yang menunggui rumah uwak itu) sudah menyiapkan makan siang untuk kami. Hyaaah, tau gitu kami makan di rumah ajah.. ;D karena pada kordinasi sebelumnya *halah, gaya*, aku tidak minta disiapkan makan siang hari itu...

       Setelah duduk-duduk dan minum-minum (?), anak-anak mulai berkeliling. Di belakang rumah itu masih luas, selain empang yang besar, turun tangga sedikit di sebelah kanan ada sawah punya uwak juga yang banyak ikannya, warna-warni. Trus pohon-pohon singkong yang tinggi-tinggi. Di sebelah kiri ada saung buat duduk-duduk dan biasa dipakai untuk makan-makan kalau keluarga besarku mudik. 

       Nah. Tapi sampai saat itu belum ada yang tau tempat favoritku sejak dulu. Sungai kecil di bawahnya lagi. Aku mengajak Wenny, diikuti Adi dan Tiko. Sungai kecil yang deras, batu-batu besar, air jernih dan dingin... hmmmm... dahsyat! Si Adi bahkan nyebur dan menyebrang ke (kami menyebutnya) 'curug mini', mandi di situ. Tidak lama, Yuli dan Ida pun ikutan. Ekspresi mereka benar-benar lepas, pas, pas! Bahagia banget, ngeliatnya juga bikin bahagia, hehe...

      Kami memang sudah berencana bakar ikan malam harinya. Bi Nani pun sudah menyiapkan, tinggal bakarr!! Tapi tak dinyana, ketika ikhwannya (sekarang nyebutnya ikhwan, bukan cowok, hhe) lagi shalat maghrib di masjid sebelah rumah dan akhwatnya shalat di rumah, pett! mati lampu. geellllaaaappp... Menunggu, lama ternyata. Kata Bi Nani sih biasanya ga lama kalau mati lampu. 

      Akhirnya ditemani dengan beberapa batang lilin yang tidak terang, kami tetap bakar ikan. Makan, humm.... tetap nikmat, meski gelap jadi agak susah misahin duri ikannya. hehe.. Dan malam itu pun hujan sangat deras. Kami hanya membicarakan rencana teknis untuk pergi besoknya, lalu masuk rumah kembali. Ada yang tidur, nonton, dan aku memilih, main catur! setelah sekian lama tidak bertemu bidak-bidak itu... Aku main 3 kali, lawan 2 orang (pertama perempuan, kedua dan ketiga laki-laki), 3-3nya aku menaaangg...hahaaa...ternyata masih bisa. 

      Awalnya sih aku agak sangsi ketika menjadwalkan jam 5 subuh kami berangkat. Tapi, oi lihatlah, jam 3 dini hari di luar kamar akhwat sudah ramai... ada yang shalat malam, ada yang tilawah, ada yang ngerjain skripsi...hihihihi... Jadi sadar, kalo teman-temanku itu ternyata memang benar ikhwan. hehe.. 

     Tepat setelah subuh kami sarapan sambil nonton Aa dan Mamah. Dasar ya para ikhwan itu, mereka bukannya mendengarkan ceramah, malah sibuk mengomentari acara itu. Tentang si mamah yang ngomongnya asli betawi banget, nyablak tanpa jaim, tapi kata-katanya ngena pas ke sasaran. Atau ibu-ibu yang bertanya, yang, ah, sadar kamera sekali. Tentang, apa lagi ya? Banyak lah, lucu ternyata. Kami pun, berangkat jam 5 lebih, tidak mengecewakan lah ;D

     Hhhmmhh,,, perjalanan ternyata panjang sekali saudara! Kami dari Ciamis bagian utara, menuju Ciamis bagian selatan. Kami dari pegunungan, menuju pantai dan laut nun jauh di sana. Kotornya 4 jam lah kami baru sampai Green Canyon. Ternyata eh ternyata, Green Canyon-nya mirip Kalimalang atau Sungai Cisadane yang airnya coklat T_T tidak hijau seperti biasanya. 

     Pengelola ternyata juga menutup area wisata karena air pasang, dan kata Wenny yang anak geografi, sepertinya ada longsor di hulu sana, jadi airnya cokelat. Keduanya karena hujan semalam yang sangat deras. Sangat, deras. Pengelola pun menyarankan orang-orang untuk 'bergeser' ke pantai batu karas. Sebelumnya, kami berfoto dulu untuk bukti, takut ditanya orang Depok pas pulang, haha, bukti kalau kami sudah pernah ke Green Canyon. Hhehe.. Ini berarti rencana ke Pangandaran juga batal, karena kemungkinan kasusnya akan sama. 

     Sampai di pantai batu karas, ternyata ramaaaaaiiii sekali. Sudah mupeng ingin naik banana boat, ternyata mahal sekali. Masa' 50ribu/orang. Ogah ah. Ya sudah, kami pun memutuskan untuk menggelar tikar dan membuka bekal makan siang di pinggir pantai. Mengeluarkan bakul plastik berisi nasi, rantang berisi lauk-pauk, lalap, dan sambal, hhmm,, di pinggir pantai, membuat orang-orang di sekitar kami terlihat ekspresinya sedang menelan ludah dan mendecak lidah tanda kepengen ;D

     Sebelum dan sambil makan, aku sibuk menelfon saudara-saudaraku, bertanya opsi wisata yang lain. Mentok, akhirnya inget kalau di dekat rumah konon ada kolam renang yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Ke sana sajalah *mulai nelangsa. Aku telfon saudaraku, katanya, sekarang kolam renang itu sudah ditutup T_T. Lagi-lagi sebagai tuan rumah, aku gak tega ngeliat anak-anak kecewa gitu. Ah, selesaikan makan dulu saja laahh...

     Nah. Selesai makan, teman kami Tebe menawarkan opsi, "Eh, mau gak, ke pantai tak berpenghuni? Masuknya cuman 4ribu doang". Yang lain pun menanggapi dengan mulai semangat. Untungnya aku cukup pintar untuk bertanya, "Tak berpenghuni kok mesti bayar Be?" Eh, iyaya... Yang lain baru nyadar dan ketawa. hahahaha.

     Yup. Sepakat. Kami memutar haluan kembali ke pantai tak berpenghuni. Ah, ternyata jauh juga! Eh, tapi! Kami pun mendadak bangun dan antusias ketika mulai mendekat ke lokasi. Pantainya indaaaaaahhh bangeeetttt... Semua berdecak, 'luar biasa nih si tebe'. Kami melewati Tugu Tsunami. Hm, sepertinya dari pantai itulah tsunami di sana setahun yang lalu terjadi. Bagaimana tidak 'sedikit' ngeri, sepanjang jalan banyak plang penunjuk jalan, "Jalur Evakuasi Korban", di mana-mana. 

     Tappi. Kami lupa tuh. Lupa ngerinya begitu turun menjejak di pantai yang kami tuju. Seperti yang tadi kubilang, indaaaaaahhhhh bangeeeeetttt.... Bersihhhh,,,, private,,,, hanya ada kami. Ombaknya tinggi-tinggiiii... batu karangnya warna-warniiii.... ah, dahsyat lah pokoknya. Subhanallaahh... Terbayar deh semua kelelahan dan kekecewaan kami sebelumnya. 

     Alhamdulillah ya, Allah nurunin berkahnya sangat lebat malam sebelumnya. Membuat air di Green Canyon pasang, pantai batu karas ramai, dan membawa kami ke pantai yang luar biasa itu. Ida menamakannya, "Pantai TB", karena Tebe yang membawa kami ke sana. Aku tambahkanlah, "Pantai TB; Tak Bertuan". 

*Ah, sabar lah kawan, sabarlah menunggu takdir Allah. Pasti jauh lebih indah dari apa yang bisa kita bayangkan. Bukan saat ini, mungkin nanti, tidak lama lagi ^_^ *

     Tak sampai sore kami di pantai itu, pulang kembali mengingat perjalanan sangat jauh. Jam 15 kami pulang, dan berhenti di sebuah masjid yang cukup besar untuk bersih-bersih, mandi, dan shalat zuhur dan ashar. 

     Singkat cerita, kami baru sampai rumah pukul setengah 12 malam. Bersamaan dengan uwakku yang ke-4 datang. Teman-teman yang selalu tertukar akan urutan uwak-uwakku, bergumam sedikit gurau, "Wah, uwaknya Farah dateng, kita harus pergi malam ini juga", dikiranya uwak yang punya rumah, padahal bukan. FYI, uwakku yang punya rumah itu (nomor 3) sengaja tidak datang karena takut mengganggu acara, katanya. Dan seminggu sebelumnya, beliau datang untuk survey dan memastikan semuanya siap untuk menyambut kedatanganku dan teman-teman. Terharruuuww...

     Tidak pakai ba-bi-bu, kami hanya beres-beres sedikit, ngantri sikat gigi, wudhu, lalu tidur. Chapppheeekkk.... Aku pun tidur dengan berharap, 'semoga besok pagi pada bangun sepagi pagi tadi'. Karena kami harus pulang setelah subuh. 

     Ternyata. Aku bangun pukul 4, yang lain belum bangun! Ikhwan-ikhwannya beberapa juga baru bangun, langsung deh bergegas. Sampai pukul 05.30, masih ada beberapa orang yang belum mandi. Baiklah, aku akan ke rumah uwak nomor 5 yang juga sedang berlibur di kampung. Rumahnya tidak jauh, tidak sampai 60 langkah dari rumah tempat kami menginap. Aku datang ke sana sendirian.

     Setelah bercengkerama sebentar, istri uwakku (uwakku juga lah) mengeluarkan pelet (makanan ikan), dan menyebarnya ke empang. Wuuuaaaaaa,,,, ikannya banyaaaakkk bangeeetttt.... Bessaaaarrr-besar banget. Wah. Teman-teman harus liat ini. Kutelfon seseorang di sana yang pakai indosat, kusuruh mereka datang dengan yang lain yang sudah siap. 

     Kupikir hanya sedikit, ternyata hampir semua datang. Mereka berkenalan dengan uwakku, lalu tertakjub dengan ikan-ikan tadi. Berebut meraup pelet dan menyebarnya ke empang. Di bawah ternyata ada lagi empang yang sangat besar, isinya bawal, banyaaaaaaaaakkk banget. Wuah pokoknya heboh deh. Bahkan ada yang berbisik padaku, berkomentar tentang uwak yang ini, "Farah, uwak lo ganteng banget!" Ahahahahaha,,, uwak yang ini memang uwak paling asoy dan paling tampan yang kupunya. Dan di jalan pulang, uwak tersebut masih saja dibicarakan, diberi nama, Ugan, Uwak Ganteng. Hhahahahaa..

     Niatnya sih pulang ba'da subuh dari rumah. Tapi nyatanya kami baru pulang jam setengah tujuh. ;D Mobil sebelah pulang duluan karena mobilnya ditunggu sama yang punya *fyi, kami minjem, hehe... Sedangkan mobil kami para putri, masih berkelana lagi nyari oleh-oleh ke Rajapolah. Hadeuhhadeuh, dasar ya ibu-ibu, belanja dan foto-fotonya sama lamanya! Si Awwab dan Adi sampai bete nungguin di mobil, mengklakson berkali-kali, "Wooooy, pulang woooy,,, macet woooooyyy....!"

     Okkelah. Kami baru jalan dari Rajapolah pukul 09.00. Ahahahahaaa...yang penting semua senang. Di tengah kemacetan jalan, kami pun masih sempat menepi, membeli oleh-oleh makanan (di Rajapolah itu sentra kerajinan). Jalan lagi, sebelum masuk tol Purbaleunyi, kami mencari baksoooo....!!! Akhirnya nemu bakso yang lumayan bisa dipercaya, lumayan enak, dan yang terpenting murrah. haha, dasar. Ketika kami sampai di kios bakso itu, ada kecelakaan, bapak-bapak ditabrak motor. Berdarah-darah. Kami yang melihat, Awwab yang bertanya pada kami, "Ada yang bawa obat gak?" "Bawa!", jawabku, Wenny, dan Adi. *Lengkap cuy. Kami bertiga langsung berlari ke mobil, membawa kotak obat masing-masing. Alhamdulillah bapak itu tidak terlalu parah. 

Alhamdulillah selamat semua, dan semua senaaanggg!!! Uwah, bahagia banget deh rasanya bisa mengajak teman-teman tercinta ke kampung (mamah)ku yang indah...

Wednesday, June 9, 2010

Allah Bilang Kita Harus Bersama

10:08 PM 20 Comments
       Ini cerita sederhana tentang takdir, tapi, luar biasa juga sih *jadii?? Jadi ya sayang kalau terlewat begitu saja tanpa terdokumentasikan. Supaya anak-cucuku nanti bisa baca ;) Sebenarnya sih sudah pernah menulis artikel tentang takdir, dengan perumpamaan yang bagus sekali dari seorang teman. Kalau tertarik, bisa klik di sini. Ini hanya cerita.

       Suatu sore, aku dan temanku membuat janji untuk pulang bersama, dari kampus di Depok ke Bekasi. Kami beda fakultas, aku keluar lewat barel (balik rel FH), dan dia dari gang senggol. Singkat cerita, kami tidak bisa bertemu di kampus. Jadi aku bilang dia naik angkot aja dari senggol, aku tunggu di gang damai (di jalan margonda-nya). Rencananya sih dia akan memberhentikan angkot kalau sudah melihatku. 
  
        Setelah cukup lama menunggu, ditambah lagi handphone temanku mati karena lowbat, aku bosan. Tak lama setelah aku bosan, azan maghrib pun terdengar. Aku dilema *lebay*, gimana nih?? Karena berdasarkan pengalaman, perjalanan pulang tidak akan bersahabat kalau aku belum shalat, 'ah, sudahlah, shalat dulu aja. kalau emang jodoh ga kemana', akhirnya aku balik kanan jalan kembali menuju MUI, shalat maghrib. 

        Nnah! Selesai salam, aku menoleh ke akhwat di sebelahku. Eng ing eengg.... ternyata dia adalah teman yang kutunggu itu! Kami sama-sama kaget, kaget sekali. Lalu, "subhanallaaaahhh, kalo emang jodoh mah ga kemanaa..."

         Teman, tau gak, ternyata temanku itu juga bingung karena tak kunjung menemukanku di gang damai, handphone mati, akhirnya dia terus di angkot sampai ke Kober. Turun, memutuskan untuk shalat maghrib dulu. Nnnaah lagi, Kober itu sudah sangat lebih dekat ke masjid stasiun UI daripada Masjid UI (MUI), tapi temanku itu malah melangkah ke arah MUI, yang lebih jauh. 

          Subhanallaah, alhamdulillaah, akhirnya kami pun pulang dengan sentosa. Allah bilang kami memang harus pulang bersama malam itu ;D

Sunday, June 6, 2010

Serasa Kembali Ke Kosan

6:46 PM 4 Comments
*curhat
                Seperti note yang pernah saya post, beberapa waktu lalu kamar saya bocor-sebocor-bocornya, membuat banjir seruangan. Jadi ceritanya, genteng-genteng di atas kamar saya sudah dicopotin karena lagi dibangun. Jadi di atas plafon hanya dilapisi terpal, supaya tidak bocor kalau hujan. Nah, tak dinyana, malam itu hujan turun begitu teramat sangat dahsyat dan derasnya, hingga sang terpal tak kuat bertahan ditempa jutaan larik air, tergeser, lalu, jadilah plafon merembeskan dan mengalirkan air ke seluruh senti kamarku T_T.
Padahal barruuuu saja, kata ayah hari itu kamarku sudah bisa dipakai. Jadilah aku beres-beres dan rapi-rapi serta mempercantik kamarku lebih cantik dari sebelumnya. Jadi, gagaaallll T_T bahkan semua basah. Seprai baru, taplak-taplak baru (baru dikeluarkan dari lemari maksudnya), kasur yang baru saja diturunkan.. hiks.
Tapi setelah kehebohan malam itu, aku bersyukur. Kasurku dibuang dan artinya aku akan punya kasur baru. Hehe.. Semakin gelap malam, memang artinya fajar semakin dekat ;D
Bangunan belum selesai, kasur belum dibeli. Tersisa sebuah kasur kecil mantan kasurku waktu kecil dulu, yang sekarang ada di kamarku. Tanpa kayu tempat tidur, kasur itu terbentang lesehan hanya di atas karpet, dan dibungkus dengan seprai single waktu aku ngekos, yang belum pernah dipakai lagi semenjak aku keluar kosan. Putih, ungu muda, ungu tua, hijau, pink, kupu-kupu. Hihiy, ditambah kondisinya yang lesehan, kangen kosaaaaannnn!!!
Bekasi, 6 Juni 2010

Friday, June 4, 2010

BPH on Vacation (Ciamis)

3:10 PM 12 Comments



tiba-tiba berubah jadi para pecinta awan.

Jumat-Ahad, 28-30 Mei 2010
mohon maaf untuk agenda lain yang terlewatkan, saya tidak bisa meninggalkan acara ini karena sudah direncanakan sejak 1 bulan sebelumnya. Tapi yang paling bikin saya ga boleh ga dateng adalah, perginya ke kampung saya, nginepnya di rumah uwak saya. tidak mungkin saya tinggal tokh? ;)

rencananya mau ke green canyon, tapi berhubung malamnya hujan deras, jadi di sana banjir dan tak ubahnya seperti Kali Malang T_T

kami pun mengubah haluan jadi ke Pantau Batu Karas, tapi ternyata di sana ramai sangat, mau naik banana boat mahal, akhirnya gelar tikar dan makan siang ;D

lalu, seorang teman bernama TB menawarkan pergi ke pantai yang masih asli, kita namakan, "Pantai TB (Tak Bertuan)". hehe... dan segala kelelahan kami pun terbayar. subhanallah... benar-benar privat pantainya, hanya ada kami, indaaaaahhhhh sekali.

Tuesday, June 1, 2010

Tak Sehebat Bundo Malin

1:53 PM 12 Comments
     Mengutuk, mengutuk, mengutuk!!! Mengutuk 1000x!!!
    
     Atas serangan bengis tentara Israel pada para relawan kemanusiaan. Bukan hanya saya, atau anda. Juga bukan hanya rakyat bangsa kita. Tapi nyaris seluruh manusia di dunia turut mengutuk.
    
     Lalu, apa?