Follow Us @farahzu

Friday, May 30, 2008

Dari Psikologi,,, untuk Dunia

9:12 AM 3 Comments
Aku ingin menjadi seperti Goenawan Muhammad, yang tuangan pemikirannya kala senggang saja menginspirasi banyak pikiran lain yang berinteraksi dengannya. Tapi aku lebih ingin menjadi sekaliber Anis Matta, yang tulisan-tulisannya selalu membangunkan jiwa-jiwa yang sedang terlelap. Kedua orang tersebut terkaitan dengan ilmu psikologi. Goenawan lulusan Fakultas Psikologi UI, kakak kelasku berarti. Anis Matta juga sangat –lebih dari cukup artinya—sering mengangkat hal-hal psikologis dalam tulisannya. Tapi, aku juga ingin seperti BJ Habibie, yang ilmu dan amalnya bisa mengharumkan nama bangsa. Dan, lebih dari itu semua, aku ingin aku bisa membangun. Apapun. Dari bangsa; hingga yang lebih operasional: moral dan mentalitas anak bangsa; dan yang lebih operasional lagi: ekonomi, lapangan kerja, kualitas sekolah dan pendidikan, iklim politik yang sehat dan dinamis, lingkungan alam yang terjaga…
Begitu banyak orang pandai yang hidup sukses sesuai dengan kependidikannya. Tapi juga tidak sedikit orang pandai yang tersisihkan di negeri ini. Tak terberdayakan. Tapi, tidak sedikit juga orang yang tidak berpendidikan terlalu tinggi, yang dapat memberdayakan banyak orang, yang berpendidikan sekalipun. Kuncinya ada pada kemauan. Walau tidak berpendidikan tinggi, kemauan cukup untuk membuatnya berusaha keras untuk mendapatkan ilmu maupun keahlian yang dapat ia kembangkan. Meski terhalang biaya misalnya, kemauan juga cukup untuk menggerakkannya mencari penghasilan sambil tetap menuntut ilmu. Toh ilmu terhampar di mana-mana; di sekolah, buku, tempat kerja, jalan-jalan, bahkan aktvitas harian di KRL. Ketika terhalang oleh fasilitas, kemauan juga cukup untuk membakar semangat generasi untuk terus belajar dan hidup lebih baik. Lihat saja India. Kampus-kampus yang masih menggunakan kapur dan blackboard di sana mampu menelurkan insinyur-insinyur hebat kelas dunia. Bagaimana dengan kita? Kadang dalam sebuah kelas yang tidak seberapa besar, terdapat 2 buah LCD. Walau sering hanya 1 yang berfungsi. Pemborosan.
(belum selesai, tapi ngantuk)
(apaan sih??)
May 29th, 2008

Wednesday, May 28, 2008

the power of dream (tulisan lama)

12:04 PM 4 Comments
Mimpi adalah hal pertama yang harus dilakukan dan dimiliki bila seseorang ingin mencapai atau mendapatkan sesuatu yang ia inginkan
Banyak orang besar yang mengawali ‘kebesarannya’ dengan mimpi. Sebut saja Gajah Mada. Ia punya mimpi menyatukan Nusantara yang luasnya Subhanallah. Sampai ia bersumpah tidak akan memakan buah palapa hingga mimpinya itu tercapai (ada yang tau, sebenarnya buah apakah palapa itu?)
Atau Muhammad Al-Fatih Murad. Yang terobsesi menaklukkan Konstantinopel ke tangan Islam kala ia masih 17 tahun. Karena mendengar sabda Rasul tentang penaklukan Konstantinopel itu, “sebaik-baik pasukan adalah pasukannya, dan sebaik-baik panglima adalah panglimanya”
Dan ia menjadi panglima pasukan yang dikatakan oleh Rasul, “sebaik-baik panglima”. Dalam usia 17 tahun. Usia yang di negara kita mungkin baru bisa mendapat kartu tanda penduduk.
Saat menggali khandaq (parit) sebelum perang, para sahabat menemukan beberapa buah batu besar yang sangat sulit untuk dipecahkan. Akhirnya para sahabat memberitahukannya pada nabi, dan beliau saw. yang mengambil alih pekerjaan itu. Subhanallah, Rasulullah ternyata kuat melakukannya. Ketika memecahkan sebuah batu, Rasulullah saw. berkata, “Aku melihat kunci-kunci negeri Parsi". Ketika memecahkan batu yang lain, Rasulullah berkata, "Aku melihat kunci-kunci negeri Romawi..."
Dan dalam beberapa tahun, kata-kata Rasulullah saw. tersebut menjadi kenyataan. Kaum muslimin dapat menaklukkan negeri-negeri tersebut dan menjadikannya di bawah naungan Islam. Bukan sekedar janji Allah hal itu menjadi kenyataan. Tapi pastinya ada usaha kaum muslimin di dalamnya. Rasulullah menanamkan optimisme dan mimpi dalam pikiran para sahabatnya.
Self fulfilling prophecy mungkin. Karena sudah dikatakan oleh Rasul tentang hal itu –yang notabene merupakan informasi dari Allah yang pasti akan terjadi—maka para sahabat bersemangat untuk itu.
Ikal dan Arai, 2 orang anak Belitong yang bersusah payah untuk menikmati pendidikan yang masih sangat minim di daerah mereka, pernah bermimpi untuk menjejakkan kakinya di altar suci almamater Sorbonne, Perancis. Mimpi itu terlafazkan saat mereka masih SMP, nun jauh di pelosok, Belitong yang kaya namun memiliki penduduk yang miskin. Berbagai pengalaman hidup telah mereka lalui, hingga akhirnya mereka bisa menamatkan S1 di universitas di Pulau Jawa, dan keduanya berhasil mendapatkan beasiswa ke Sorbonne, Perancis. Berawal dari mimpi kanak-kanak
Lantas yang menjadi pertanyaan adalah, memangnya ada apa dengan mimpi?
Sebelum muncul facial feedback hypotesis, perilaku manusia sangat diarahkan dan dipengaruhi oleh pikirannya. Karena itu ada ungkapan, “if you think you can, you can!”
Ketika tidak ada keyakinan ‘mampu’ pada diri seseorang, maka dia akan sulit mendorong dirinya sendiri untuk menjadi mampu. Bagitu pun bagi orang yang selalu berpikir dan mengatakan, ‘ini sulit, itu susah, saya tidak bisa melakukan itu’. Itulah mengapa orang yang pesimis sangat sulit untuk sukses.
Itu bagi orang yang sudah berpikir, walaupun negatif. Apalagi bagi orang yang tidak berpikir tentang sesuatu yang ingin dicapai (mimpi). Dengan kata lain, orang yang tidak bermimpi.
Mimpi menanamkan semangat pada jiwa dan pikiran seseorang. Mimpi menjaga seseorang untuk tetap bergerak. Karena ada sesuatu yang ingin dicapai itulah seseorang akan terpacu motivasinya untuk berusaha menggapai impiannya tersebut, hingga akhirnya dengan balasan dan kehendak Allah ia bisa mendapatkannya. Terus, berusaha, menggapai mimpinya.
Tapi yang perlu diperhatikan, tidak sama antara bermimpi dengan mengkhayal. Yang satu baik, yang lain menghabiskan waktu sia-sia sehingga menjadi tidak baik. Yang satu jelas apa yang ingin dicapai, dan yang lain tidak, sekedar senang-senang saja bersantai. 

.....

11:12 AM 19 Comments
pengen banget nulis. numpuk nih di otak! kalo ga dituangin bisa decay. tapi ga sempet. ah, kata-kata yang menyebalkan. ga sempet.