Follow Us @farahzu

Friday, January 28, 2011

Kesyukuran Bli

4:10 PM 8 Comments
Tersebutlah sebuah perusahaan manajemen investasi yang fokus pada produk-produk syariah di Jakarta. Sebut saja, kantor saya. Hehe.. Saya sangat optimis karena komisaris dan jajaran direksinya adalah orang-orang top di perusahaan-perusahaan mereka sebelumnya. Perusahaannya pun bukan yang ecek-ecek, tapi cukup besar bertaraf nasional dan internasional. Salah satunya bernama khas Bali. Sebut saja Bli. Saya pikir Bli muallaf. 
Hari pertama kerja, saya baca-baca dokumen tentang perusahaan ini. Akta, jajaran direksi, sejarah, dan sebagainya. Dan, kaget lah saya ketika menemukan data diri Bli yang ternyata asli beragama Hindu. Saya belum habis pikir, kok, mau ya si Bli, memperjuangkan ekonomi syariah, bertahan sangat lama pula...
Sorenya saya ikut internal meeting. Di akhir, pak dirut menyemangati tim untuk terus bergerak dan tidak lupa juga berdoa dan berdzikir (tentang dirut ini, ada ceritanya di lain kesempatan ya ^_^). Misalnya kalau bertemu klien berdua, satu orang presentasi, yang lainnya dzikir *mangstab yaa??hehe.. Nah, pak dirut mencontohkan sambil sedikit bergurau, misal X sama Bli ada meeting dengan klien; Bli presentasi, X-nya dzikir aja. Atau sebaliknya, X yang presentasi, Bli yang dzikir ^____^ dan Bli tertawa saja, tampak biasa sekali...
Nah, cerita intinya baru di paragraf ini sebenarnya. Suatu sore yang lengang, saya pulang naik kereta berdua dengan teman kantor, ibu-ibu, yang sudah lama bekerja di perusahaan kami. Siangnya, saya baru menerima dokumen dari Bapepam LK tentang pengangkatan Pak Dirut. Yang saya tanyakan pada teman seperjalanan saya itu adalah, kenapa Bli tetap saja sebagai direktur, sedangkan yang diangkat jadi direktur utama adalah orang hebat lain yang belum ada 2 tahun bergabung. Jawabannya singkat, karena Bli bukan muslim.
Ini bukan tentang diskriminasi atau konspirasi atau apalah teman-temannya itu. (aturan) Ini terang adanya, Bli pun mengetahui dan menerima sudah sejak sangat lama, dan dia tetap optimal menjalankan tanggung jawabnya. Sejak bertahun-tahun tetap di posisi yang sama, melakukan lebih dan lebih, tapi tidak meminta lebih.
Dalam hati, prok,prok,prok, saya salut. Betapa syukurnya...
Dan... mau tidak mau berinstrospeksi, sudahkah saya beryukur atas segala apa yang telah Allah beri..
                                                                    Jakarta, Januari 28, 2011

Tuesday, January 18, 2011

Syukur

4:33 PM 21 Comments
Alhamdulillah, dapat kantor yang sangat mudah dijangkau dari rumah
Alhamdulillah, punya rumah yang cukup strategis meskipun tidak di ibu kota
Alhamdulillah, tidak perlu menghabiskan waktu dan energi di perjalanan untuk pergi dan pulang kerja
Alhamdulillah, bekerja di kantor syariah yang sangat mendukung untuk shalat dhuha dan shalat fardhu tepat waktu berjamaah
Alhamdulillah, bisa sampai kantor cukup (paling) pagi dan selalu ada waktu untuk menyelesaikan amalan pagi
Alhamdulillah, punya kantor yang tidak kaku dan membosankan, benar-benar serasa seperti di rumah
Alhamdulillah, hampir tiap pagi ketemu ibu-ibu penjual susu kedelai di kereta
Alhamdulillah, bisa banyak bertemu teman-teman dan tetangga di kereta berangkat maupun pulang
Alhamdulillah, makan siang di kantor selalu enak dan murah-murah
Alhamdulillah, punya bos yang semangat Islamnya sangat tinggi dan berjiwa mendidik dan, mengkader. Selalu membangkitkan semangat dan ruhiyah tiap kali menutup meeting
Alhamdulillah, hampir tiap hari bisa ketemu orang-orang hebat nasional ^_^

Thursday, January 6, 2011

Fotografi Hati

8:57 PM 25 Comments
Ini bukan tentang seni memotret hati setelah dibedah-bedah. Ini tentang memoles cantiknya hati lewat fotografi.
Saya bukan fotografer. Kecuali di tingkat paling amatir, boleh lah. Saya hanya suka melihat objek-objek yang difoto orang-orang,, trus, beruntung punya kakak yang fotografer juga, jadi, yah, diajari dan semakin tertarik lah. Jadi, boleh percaya tulisan ini boleh juga tidak… hehhe
Inspirasi awalnya waktu saya melihat-lihat foto dalam folder setelah jalan-jalan ke ujung Sumatera hampir sebulan yang lalu. Yang saya sadari… kok, hampir tidak ada foto saya ya?? Ada sih, tapi sangat sedikit dan jarang yang bagus. Hampir semuanya foto orang-orang: saya yang motret.
Begitupun waktu meng-upload ratusan (lebay) foto kawan-kawan itu ke facebook. Hhh… saya belajar untuk “keluar” dari diri saya sendiri, untuk lebih menaruh minat pada orang lain. Menegasikan kebutuhan-kebutuhan untuk eksis, lalu fokus pada orang lain. Dan melayani orang lain (untuk dipotret, hhe).
“Cukup diri, cukup. Kini saatnya mereka kita perhatikan”
Itu satu. Kedua, fotografi membuat kita belajar juga tentang kerendahan hati. Kita sendiri tidak perlu tampak, tidak perlu gaya. Tapi nyata berkarya. Nah, ini ujian buat orang-orang yang suka gaya *ngaku.
Ketiga, mengakrabi fotografi membuat kita lebih mengapresiasi keindahan. Seringkali objek yang tampak sangat biasa dan sehari-hari dapat kita temukan dalam sebuah foto yang entah bagaimana bisa jadi begitu artistik. Kita jadi lebih peka menangkap angel bagus dalam kilasan mata, “kalau dipotret bagus nih…” Seperti melihat abang becak, awan, suasana, aktivitas sehari-hari…apapun.
Kita akan lebih sadar pada kebesaran Allah, sehingga kita akan lebih banyak bersyukur.

Saat bahagia memang saat berbagi, tapi kadang berbagi juga perlu menunggu (MIMPI part 2)

2:32 PM 4 Comments
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Kalau hanya di Bekasi saja, atau Jakarta, atau di kota lah hidupku dan keluargaku nanti, aku mau buat sekolah gratis untuk anak-anak dan masyarakat marjinal. Sama, mau buat PKBM juga. BIsa program paket A, B, C supaya memudahkan masyarakat yang tidak berkesempatan sekolah tapi sudah di luar usia sekolah. Ingin juga membuat sekolah yang benar-benar sekolah supaya anak-anak juga bisa dididik.
Atau, aku mau buat panti saja.
Atau, menampung anak-anak kurang beruntung itu di rumah bersama keluargaku, lalu menyekolahkan mereka. Sistemnya mereka terikat seperti di asrama. Tapi suasananya tetap keluarga…

Saat bahagia adalah saat berbagi
Namun ternyata, tak selamanya berbagi bisa dilakukan saat ini juga,
Kadang untuk berbagi kita harus menunggu
Menunggu partner atau orang yang tepat untuk kita bagi
Seperti saat ini
Aku sedang menunggu orang yang tepat untuk berbagi mimpi dan cita-cita

January 6th, 2011

Saat bahagia memang saat berbagi, tapi kadang berbagi juga perlu menunggu (MIMPI part 1)

10:53 AM 9 Comments
Pagi hari di lantai jingga-hitam, 6 Januari 2011
PROLOG
Setiap membaca blog para pengajar muda, betapa aku merasa sedang dihadapkan pada sebuah negeri yang jauuuuhhh… padahal, nyata-nyata yang digambarkan adalah potret sejujur-jujurnya negeri ini. Sungguh aku ingin ikut serta. Menjalankan pengabdian yang sesuai dengan passion, aahh bahagia sekali..
Tapi entah akan bisa kucapai lewat Indonesia mengajar atau tidak. Ketika kesempatan kembali datang, aku memutuskan untuk menjalankan sesuatu yang lain yang telah ada di depan mata. Alhamdulillah keterima bekerja. Dan, aku tidak ingin menyumbang citra buruk almamater; kutu loncat. Paling tidak aku harus bertahan 1 tahun di pekerjaan ini.
Tapi mimpi itu masih menunggu dengan setia. Katanya, mungkin tidak tahun ini, Farah, mungkin juga tidak tahun depan, mungkin saja tidak melalui IM…
***
Saya ingin membangun keluarga yang banyak bermanfaat dan dapat mengembangkan masyarakatnya. Terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan peningkatan ekonomi. Mungkin dengan tidak tinggal di Jakarta atau kota-kota sekitarnya. Melainkan mungkin di pelosok Indonesia, atau desa, lah. Desa yang belum maju dan membutuhkan tangan-tangan pembaharu.
Untuk itu keluarga tetap butuh modal. Bangun usaha atau jadi PNS yang ditempatkan di daerah. Harus juga punya ilmunya. Pasti. Tentang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi itu. Ilmu tentang pengembangan masyarakat juga penting.
Saya ingin tinggal di desa… Lalu mengembangkan usaha kecil menengah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Lalu membuat PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Untuk anak-anak dari TK sampai SMA, untuk orang dewasa dari baca tulis sampai parenting. Society Learning Centre namanya. Supaya ajeg, SLC itu juga harus punya usaha mandiri. Sekolahnya gratis, tapi gurunya harus dibayar supaya komit.
Butuh juga jaringan yang luas, sebagai donatur maupun mitra usaha. Mungkin ini yang bisa kulakukan sekarang, sebagai sekretarisnya orang-orang penting.  Lalu, coba libatkan juga teman-teman yang senang berwirausaha seperti Nanay, Avid, Awwab, Fathia, Idris sukses, untuk menjadi mitra maupun penasihat bisnis. Hehe…
EPILOG
Untuk mewujudkan itu semua, ada 2 kemestian:
1.  Mesti punya modal ilmu agama dan ruhiyah yang oke banget.
2. Mesti punya suami yang sevisi dan seritme.
Insya Allah. Bismillaah…

Wednesday, January 5, 2011

tekad: sekarang atau nanti, insya Allah

9:02 PM 0 Comments
Semakin membuncah keinginan itu.
Aku ingin jadi guru. Ingin menginspirasi banyak orang. Aku ingin menjadi bagian dari pencerah kehidupan masyrakat, mencetak anak-anak bangsa yang bermoral dan berakhlaq mulia. Mengenalkan mereka pada ilmu, mengakrabkan mereka dengan Islam, dan membuka mata mereka pada dunia.

Aku ingin mengelilingi negeri ini hingga ke pelosok-pelosoknya. Mengenal penduduknya. Menyentuh rakyatnya seluas-luasnya. Aku ingin hidup bersama mereka, merasakan apa yang mereka rasakan, lalu membawa mereka keluar menuju kebangkitan.

Bahkan aku tidak ingat ada syarat tidak boleh menikah selama menjadi pengajar muda. Tampaknya aku akan rela menunda untuk ini. Apatah lagi sekarang belum muncul calonnya. Aku hanya ingat tentang syarat maksimal 2 tahun setelah lulus kuliah. Takut tidak terkejar. Di tempat kerja sebentar lagi (insya Allah), aku juga tidak ingin meninggalkan cap buruk untuk almamater, lulusan UI yang lagi-lagi kutu loncat, tidak loyal.

Ada, ya.. ada.. harapan itu masih (dan akan selalu) ada.
Bagaimana???
Apakah kelak aku akan punya cukup modal untuk sanggup mengunjungi pelosok-pelosok negeri ini, hidup bersama mereka, memberi sedikit pencerahan pada mereka? Bersama suamiku? Atau kami akan tinggal tidak di kota besar seperti Jakarta atau sekitarnya, melainkan kami akan tinggal di daerah demi misi mendidik masyarakat? Oh… it sounds nice…

Setelah sharing yang sangat dirindukan
dari seorang sahabat yang hebat,
Bekasi, 5 Januari 2011