Follow Us @farahzu

Saturday, December 10, 2022

Ketika Anak Ingin Sesuatu

10:04 AM 0 Comments

Suatu hari di minimarket, Fatih nemu rak yang isinya mobilan Hot Wheels. Dia tertarik dengan Monster Truck yang gede itu. Harganya juga “gede”, lebih mahal daripada Hot Wheels yang biasa 🫣. Dimainin di situ, gak beranjak meski saya udah pindah rak sampai di luar jangkauannya (ngetes). 


“Fatih mau ya?” Lalu semangat lah dia ngasihin mobilan itu minta dibeliin. Tapi itu mahal, saya gak bawa uang banyak dan memang no budget sih untuk bulan itu. Dan memaaaaang saya tidak ingin selalu langsung memberikan keinginan anak (yang bukan kebutuhan).


Saya berjongkok menyejajarkan mata kami, lalu berbicara pelan-pelan dengan nada yang rendah, “Tapi ini mahal Nak, Umma ga ada uangnya. Kita berdoa yuk sama Allah minta truk monster, nanti Allah kasih. Sekarang kita pulang dulu ya.” 

Alhamdulillah dia mengerti, meskipun sambil menunggu saya membayar belanjaan di kasir, dia masih memainkan mobilan itu sambil menirukan suara mobil balap 🤓


Selesai membayar, saya menjemputnya, meminta dia membereskannya lagi, lalu dia minta digendong, hap! Meski berat banget, tapi saya iyakan karena dia pasti butuh waktu untuk merasa nyaman kembali setelah keinginannya tak (langsung) terkabul. 


Sambil agak berbisik saya validasi emosinya, sampaikan keinginan saya/nasihat, dan apresiasi, “Fatih sedih ya gak bisa beli truk monster? Sabar ya Nak, kita berdoa ya, minta sama Allah, nanti pasti Allah kasih. (Jeda)… Makasih ya, Fatih pinter banget udah bersabar, mau nurut sama Umma,” lalu saya cium. Alhamdulillah, ga lama dia minta turun dan berjalan lagi seperti biasa. 


Sampai rumah saya ajak dia berdoa sambil dipangku. Minta truk monster sama Allah. Saya ingin membiasakan dan menanamkan dalam hatinya bahwa Allah-lah tempat kita meminta, bukan orang tua apalagi orang lain. 


Fyi, saya berencana membelikannya 2 minggu lagi, setelah gajian. Bi idznillah, saya tiba-tiba merasa tersentil. 

“Kenapa saya mengajarkan anak berdoa jika ingin sesuatu, tapi saya sendiri tidak berdoa? Apa saya merasa diri Tuhan yang menentukan akan memberikan apa dan kapan kepada siapa?” Astaghfirullaah 😖😖😖


Maka di waktu berdoa berikutnya, saya pun sungguh-sungguh ikut berdoa, “Ya Allah, Ya Wahhab, Fatih pengen banget beli truk monster. Berikanlah ya Allah untuk Fatih. Berikanlah rezeki yang banyak untuk Umma dan Aba biar bisa beliin Fatih truk monster. Aamiinn”


Ini penting ya Bapak/Ibu. Jangan merasa sombong karena kita punya uang/kuasa membelikan anak kita. Coba kalau kita punya uang, tapi Allah tidak berkenan memberi rezeki mainan itu buat si anak, bisa? BISA, SANGAT BISA. Nih contohnya.


Ceritanya 2 minggu kemudian, saya sudah sounding dari pagi mau belikan truk monsternya. Bilang, “Fatih, alhamdulillah Allah kasih Umma rezeki nih buat beli truk monster.” Jalanlah kami ke minimarket itu. Begitu di sana, hati saya poteq. Anaknya gak minat beli mobilan, termasuk truk monster. Padahal beberapa hari sebelumnya masih ‘naksir-naksir’ mainin kalau ke sana. Entahlah kenapa. Qaddarallah, ya udahlah. Harusnya bisa seperti ibu lain yang, ‘bagus deh, uangnya ga jadi keluar’. Tapi kok saya sedih ya. Mungkin karena, ini jadi momen pembelajaran berharga untuk saya juga. 


Alhamdulillah beberapa hari setelahnya, dia mau ketika saya tawarkan lagi. Duh mana pas diskon 💕💕 Maa sya Allaah tabaarakallaah. Allah baik sekali. Alhamdulillaah, banyak banget hikmahnya. 


Maka sebagaimana yang kita ajarkan pada anak kita, terapkanlah untuk diri kita sendiri juga. Mudah-mudahan Allah ridha dan berkahi keluarga kita dengan berkah yang banyak. Aamiinn. 


Sunday, December 4, 2022

Fatih Pakai Masker

5:42 AM 0 Comments

Alhamdulillah, anak ini kuat sekali jalan kaki. Bukan lagi RT, bahkan RW-RW kanan-kiri sudah disambanginya dengan jalan kaki. Sampai harus saya gotong balik kalau sudah kejauhan, takut kami nyasar 😅


Saya worry sekali sebenarnya dengan debu dan polusi yang banyak ditemui kalau kami lagi di jalanan ramai, tapi sudah jiper duluan bisa memakaikan masker di usia 2tahunnya nanti. Haduh, jangankan masker, dipakaikan topi waktu panas saja ga bisa. Padahal waktu bayi sering dipakaikan, namun sejak bisa merangkak rasanya dia mau ambil semua kontrol tentang tubuhnya. Kadang suka iri (sedikit) liat anaknya orang-orang kok mau ya, kan luthuuuu uwuwuwuwuw…


However, saya tetap sounding tentang masker sih sejak 1-2 bulan lalu. Bahwa pakai masker itu keren, umma-aba dan semua orang pakai masker. Saya ajarkan juga gerakan tutup mulut dan hidung kalau saya katakan: “pakai masker”. Meskipun kenyataannya hanya mulut saja (atau hanya dagu malah) yang ditutup dengan tangannya. Gakpapaaaa…


Qaddarallah, kemarin kami mau ke minimarket karena ada yang perlu dibeli. Ternyata di jalan ramaaaaai sekali. Ada pembagian BLT di kantor kelurahan. Waduh gimana nih. Akhirnya sambil kencangin doa, saya gendong Fatih dan berjalan cepat (berat juga soalnya) melalui keramaian, sambil melakukan hal berikut *tsaaah


Saya tunjuk setiap anak kecil yang pakai masker sambil bilang, “Tuh kakakknya pake masker. Itu temennya pakai masker juga. Umma beliin masker, Fatih pake yaa..” Terus begitu setiap lihat anak kecil bermasker, sampai dia tertarik dan menunjuk-nunjuk sendiri. Sok seru aja padahal degdegan…


Sampai minimarket, saya beli masker anak. Lalu kutunjukkan gambarnya dan bilang, “Waaa lihat nih gambarnya pandaaa lucu yah.” Lalu kupakaikan lah. Eh, dia happy 🥳


Sepanjang jalan pulang kalau ketemu tetangga, saya sok pamer supaya dia bangga pakai masker. “Eniiiiin nih liat Fatih pinter mau pake masker. Neneeeek liat nih Fatih pake masker lhooo.”


Belum selesai Gaes, sampai rumah saya dorong dia untuk bercermin, “Yuk ngaca yuk pake masker!” Terus dia girang deh lihat dirinya pakai masker lucu 💕💕


Intinya, asosiasikan pakai masker dengan sesuatu yang seru, keren, dan hal-hal menyenangkan lainnya. Ga usah yang susah-susah. 


Maa sya Allaah, alhamdulillah Allah mudahkan. Tak sesulit yang kupikirkan, tak ada drama seperti yang kukhawatirkan. Semoga begini juga saat nanti menyapih hehe.. Aamiinn