Follow Us @farahzu

Friday, December 11, 2009

Tuesday, December 8, 2009

Cucu-cucu Ibu

10:44 AM 18 Comments
Namanya (ki-ka) Fadia, Reynaldi (Rey/Iyei), dan Tery. Fadia dan Tery adalah kakak-adik, sepupuan dengan Rey. Rey itu, awalnya, suliiiiittt banget disentuh. Boro-boro deh diajak main atau bercanda, disentuh aja susah! Tapi Fadia dan (terutama) Tery, mereka kebalikannya, supelnya minta ampun! Setelah Fadia dan Tery tinggal serumah dengan Rey dan nenek mereka, lambat laun Rey pun jadi serupa: supel, lincah, dan tidak malu-malu lagi. Mereka sering teriak memanggil kami, “Tanteeee!!!” dari rumah mereka. Awalnya mereka belum tahu namaku. Dan tahukah anda, dengan lucunya mereka bertanya padaku, “Tante, Tante,,, Tante namanya siapa??” Hhaaa..senang sekali ditanya begitu oleh anak-anak, di mana biasanya orang dewasa yang banyak bertanya pada anak kecil. Setiap aku pulang dan terdengar suara kunci pintu dibuka, dengan semangat kepala-kepala mungil mereka muncul menyibak gorden kamarnya yang berseberangan dengan pintu kami, dan berteriak memanggil (cadel), “Tante Falah, Tante Falah, Tante Falah…” terus berulang-ulang, sampai aku melambaikan tangan dan balik menyapa mereka, dan baru berhenti setelah aku masuk dan mengunci pintu. Tidak hanya aku, teman-temanku juga mengalami hal serupa.
Ya, semenjak tinggal di Depok, saya jadi sering menemukan anak-anak kecil yang supel. Tidak malu-malu, bahkan tidak jarang anak-anak kecil itu “menggoda” saya, (sebut saja) orang dewasa. Jadi tambah lucuuu….!! Anak-anak tetangga, cucu-cucu ibu, atau anak-anak kecil di sembarang tempat –di depok.
Suatu hari, saya berangkat agak siang ke kampus. Melewati pintu rumah ibu yang terbuka, dan sedang ramai dengan cucu-cucunya, mereka. Ketika aku keluar, mereka berteriak memanggil-manggilku sambil berebut mendatangi aku (haduh jadi enak), cium tangan, dan menarik-narik bajuku,
“Tante, Tante,,, Tante mau kemana?” Tery dan Fadia. Tampak sekali mereka baru habis mandi. Wangi dan berbedak. Rey yang sedang dipakaikan baju oleh oomnya, tak seperti biasanya, menyambutku dengan luar biasa heboh melebihi yang lain,
“Tante Falaaahhh!!!” uhm. Dia berlari ke arahku dengan bertelanjang dada dan membawa-bawa celana pendek (untung omnya sudah selesai memakaikan dalamnya). Lalu kupakaikan celananya itu, dan,
“Bajunya mana?” tanyaku. Dengan ‘sopan’nya, ia memerintahkan Tery –yang sebenarnya lebih tua untuk masuk mengambilkan bajunya,
“Ambil baju! Ambil baju di Om!!” Si Tery nurut aja lagi.. diambilkannyalah baju Rey, lalu aku pakaikan lagi. Beres, dia baru bertanya,
“Tante Falah mau kemana?” “Mau ke kampus” mereka paham kampus tidak ya?? Tanyaku dalam hati.
“Kampusnya di mana?”
“Di UI, nyeberang”, jelasku. “Tante berangkat yaa…!” mereka mengangguk, cium tangan. Kucium satu-satu. Masih sambil melambaikan tangan aku berjalan menuju pagar.
“Tanteeee!!!” Tery. Dia mengejarku, menarik tanganku sambil cengar-cengir.
‘Halah Tery…aku juga sebenarnya ingin di sini saja sama kalian’, pikirku.
Kembali berjongkok, ”Kenapa? Ikut yuk!” (pastinya) mereka menggeleng, lalu,
“Dadaahh Tante Falaaahh!!” Haduuuuuwww… gwemeeeezzss..
Uhmm… lalu?
Sebenarnya,,, apa ya, yang membuat anak-anak kecil itu jadi punya kepercayaan diri yang tinggi seperti itu? Kalau dulu,, sepertinya jarang sekali ditemukan anak seperti itu. Mungkinkah karna bawaan genetis? Faktor didikan orang tua? Atau sosialisasi lingkungan?

Tapi rasanya malas sekali mengkaji berbagai kemungkinan itu dengan teori perkembangan.
Yah, hanya ingin bercerita, betapa menyenangkannya kehidupanku selama 4 tahun di
Kosan Bu Ayub
Depok, 7 Desember 2009

Monday, November 30, 2009

Pertama kalinya aksi…

11:57 AM 10 Comments
Pertama kalinya aksi…
….dengan naik motor. Setelah 4 tahun lebih jadi mahasiswa UI dan entah keberapakalinya turun aksi, kali ini aku Ikut dalam rombongan lebih dari 40 motor (+/- 80 orang) berjaket kuning almamater kebanggaan, di depan beberapa bis peserta aksi yang lain. Dari jumlah itu, hanya 2 motor yang dikendarai oleh mahasiswi. Sisanya berjakun semua. Sebenarnya motor teman, tapi karna satu dan lain hal, disepakati aku yang mengendarai dan temanku si pemilik motor yang membonceng di belakang. Hehee, semena-mena.
Hari itu tanggal 10 November 2009, hari Selasa. Ratusan mahasiswa UI turun ke jalan menuntut keadilan yang kian lama kian meresahkan seluruh masyarakat. Intinya, kasus Bibit-Candra-lah.
Awalnya beberapa orang (kebanyakan berjenis laki-laki) terkaget-kaget atau tersenyum penuh arti melihat aku ikut pasukan motor dengan gagahnya yang minjem helm pak Lili Mahalum Psiko. Apalagi aku yang nyetir. Maklum, dari luar aku memang terlihat feminin, tapi dari dalam sebenarnya aku maskulin (o,ow). Kalo akhwat sih kebanyakan sudah tau itu.
Temanku pernah bilang, kata ayahnya, anak perempuan itu ga bisa liat jalanan mulus dikit. Pasti pengennya langsung ngebut. Iyakah? Hmmm… mungkin aku yang masih amatir, tapi yang jelas awalnya aku cukup kesulitan mempertahankan kecepatan agar tetap di barisan. Nyalib, nyalib, nyalib,,, tanpa terasa aku sudah hampir berada di barisan motor paling depan. Dan aku baru ingat bahwa, AKU TIDAK TAHU JALAN!!! Bagaimana iniii?? Lalu menepilah aku…
Singkat cerita, aku takjub sendiri demi menyadari kami adalah penguasa jalanan. Dengan dikawal polisi, pasukan bermotor kami memblokir setiap belokan yang akan dilewati oleh bis-bis peserta aksi agar tidak terganggu dengan pengguna jalan lainnya. Ngebut di jalur busway dengan izin resmi dari kepolisian,,, pokoknya merajai jalanan deh. Jalan-jalan ibukota serasa punya engkong gue. Hehehe.. tapi tetap tertib koookk.. percayalah.. anak UI gituh. Malu-maluin kalo ga tertib. Ada sensasi gimannnaaa gitu saat itu..
Ketika lagi-lagi aku menyadari sudah berada paling depan, tepat di belakang mobil sound, anak-anak di atas mobil itu menyuruhku untuk terus, membalap mobil itu. Tapiii,, aku menggeleng dan dengan ekspresi cemas aku bilang aku tidak tau jalan. Terutama anak-anak Polhum (Politik dan Hukum) BEM UI yang baru tau kalo Kabir PSDM-nya yang selama ini keibuan (hadooohh) ternyata okem juga, langsung tertawa ngakak melihat ekspresi polosku. Ah biarlah, hitung-hitung amal menyenangkan saudara…
Lallluuu… singkat cerita, ketika massa aksi beristirahat di DepHut untuk shalat ashar, aku dan temanku si pemilik motor akhirnya cabut kembali ke Depok, menunaikan amanah lain yang tak mungkin ditinggal.
Uhmmm.. sedikit saja.. Untuk temanku si pemilik motor, trimakasih banyak ya atas kesempatannya… Mungkin karna adrenalin yang selama ini tak terlalu berpacu, giat kembali. Maklum, biar okem aku juga anak perempuan yang dijaga dengan cukup protektif oleh ayahnya… kalo jalan jauh jangan naik motor, naik umum aja, lebih aman. Bahkan sampai sekarang aku belum bilang kalau aku pernah mengendarai motor dari rumah di Bekasi sampai Depok, saat masih amatir banget belajar motor dan SIM yang baru banget dipegang, seorang diri. Mana ga apal jalan… Atau aku yang kalau ikut aksi atau naik gunung beraninya baru bilang setelahnya, karna kalau sebelumnya, pasti ga diizinin =P
Bekasi, November 27, 2009

hai, cinta

11:53 AM 21 Comments
Hai Cinta,
Iklan bilang, kesan pertama itu begitu berharga
dan aku sangat terkesan pada perjumpaan kali pertama kita
pada sikapmu yang sangat menghargai waktu dan, menghargai aku
pada sikap antusiasme-mu memenuhi semua yang kupinta
pada semangat membangunmu yang membara, memanaskan semesta kita kala itu
juga inisiatifmu yang membuatku sangat yakin bahwa kamu adalah
pilihan terbaik untukku
serta, pada kerendahan hatimu meleburkan yang ada padamu padaku, pada kita

Hai Cinta,
Aku juga pernah kau buat sangat terkesan dan haru
pada komitmen yang tak harus selalu diingatkan
pada pengorbanan waktu, kesempatan, bahkan nilai akademismu
untuk menepati janji pertemuan kita,
Selasa sore

Hai Cinta,
Ingatkah akan hujan sore itu yang meng-kuyupkan pakaianmu,
yang dengan rela kau terabas
karena aku tak sempat membalas pesanmu,
‘tak apa kau tunggu hujan reda, sayang..’

Hai Cinta,
Ingatkah pada suatu hari kau bersedih dan tak ingin datang bertemu aku?
tapi nyatanya kau tetap datang Sayang, demi mengartikan aku tak rela kau tak datang
hanya karena aku tak membalas pesanmu
Sungguh aku merasa sangat berarti

Hai Cinta,
Ingatkah perjalanan kita ke Kota Tua?
Tentang sejarah, negeri, perbankan, kemerdekaan, hingga es potong beragam rasa?
Indah ya…?

Cinta,
kau pernah datang padaku dengan hati terluka
juga aku, sering datang padamu membawa luka
tapi sadarkah, kita selalu bisa saling mengobati satu sama lain?
hingga kita kembali pulang dengan senyuman dan hati merona

Hai Cinta,
terima kasih ya, hadiahmu tahun ini
luar biasa membekas menyemburat indah di hati
bahwa aku dicintai

Hai Cinta,
Kupikir dirimu tidak jauh beda dengan yang lain;
butuh perhatian dari yang lain juga, tak hanya aku
butuh apresiasi dari yang lain juga, tak cukup hanya aku
tapi aku benar-benar bangga padamu saat kau bilang aku saja sudah cukup,
dan kau tak perlu yang lainnya
Cinta, aku bangga ternyata kau jauh melebihi yang lain

Hai Cinta,
aku memang pernah bilang aku sangat bangga pada penerus-penerus kita,
ahad siang waktu itu
tapi percayalah, kebanggaanku pada mereka adalah setelah
kebanggaanku padamu
Sungguh.

Hai Cinta,
Terima kasih telah membantuku menjadi manusia sehat lahir-batin
terima kasih telah membuatku merasa bisa, sekaligus bisa merasa
terima kasih telah menjadi penawar luka-lukaku
terima kasih untuk kerja-kerja penuh tawa, peluh, semangat, dan do’a-do’a,
semoga ikatan kita kekal hingga ke syurga

Duh Cinta,
tak sabar lagi aku ingin menyebut siapa kamu

Maka itu saksikanlah, cinta ini kamu:
deputi, kepala-kepala divisi, bendahara, sekretaris, dan seluruh staf Biro PSDM BEM UI
(Dhila, Lina, Ana, Yoga, Ayu, Vita, Mimi, Prima, Tika, Mikko, Abay, Dini, Hannah, Fanny, Adit)
LUV U ALL !!!
*kabir gombal beraksi
Bekasi, November 26, 2009

Thursday, November 5, 2009

Manajemen Waktu Ala Kamu

9:46 AM 27 Comments
Mohon maaf, tulisan ini tidak akan mengajari anda tentang tips-tips mengatur waktu yang baik. Melainkan, tulisan ini mencoba menyentuh hal yang lebih mendasar dari manajemen waktu tersebut. Bila dilakukan dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan dapat mengubah sikap dan perspektif kita tentang waktu, yang insya Allah akan sangat membantu dalam mewujudkan semua waktu yang kita punya menjadi: prestasi! Itu kan yang lebih penting?!

Apabila kita cermati, kita akan menemukan betapa seringnya Allah SWT bersumpah atas nama waktu dalam Al-Qur’an; waktu matahari naik sepenggalah (QS: Adh-Dhuha), waktu malam (Al-Lail), waktu fajar (Al-Fajr), waktu subuh (Al-Falaq), dan demi waktu itu sendiri (Al-‘Ashr). Sejalan dengan sumpah Allah yang selalu saja atas nama hal-hal yang besar, penting, dan vital, maka sebenarnyalah waktu itu sesuatu yang besar, penting, dan vital dalam kehidupan kita. Sebuah hadits juga menyebutkan bahwa waktu itu ibarat pedang. Bila kita mampu mengaturnya dia akan menyelamatkan kita, namun jika tidak dia bisa menebas leher kita sendiri. Waktu itu sangat penting; vital.

Imam Hasan Al-Banna juga menyebutkan, “Alwajiibatu aktsaru minal auqat”, bahwa kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang kita miliki. Maka seharusnya tidak ada malas-malas dong?! Kesadaran bahwa waktu itu vital dan ternyata tidak cukup untuk menyelesaikan semua yang harus kita kerjakan, akan membuahkan sebuah sikap menghargai waktu.

Ketika datang terlambat, sadarkah kita telah menzhalimi orang lain yang telah berusaha tepat waktu? Alih-alih apresiasi, sekitar kita kini sangat terbiasa dengan budaya “menghukum yang benar”, membuatnya menghabiskan waktu untuk menunggu orang lain yang terlambat. Dan itu sungguh tidak menyenangkan. Terlambat datang kelas, sama dengan menghukum yang tepat waktu, mengganggu toh?
Sebenarnya, yang lebih penting dan mendasar dari manajemen waktu adalah manajemen diri. Waktu akan berjalan dengan apa adanya, tak berubah, sesuai kehendak Sang Khaliq. Yang bisa kita ubah hanyalah diri kita. Bagaimana kita bersikap dan berespon terhadap waktu yang kadang kala seperti tak berperasaan, terus saja melesat maju tanpa mau peduli sesuntuk apa pikiran dan hati kita. Juga bagaimana kita mengatur aktivitas kita dengan penyesuaiannya yang tepat terhadap waktu. Berikut cara-caranya:
  1. Know thy self; kenalilah diri anda sendiri, lalu siasati. Bila anda butuh waktu lama untuk berbenah (atau berdandan), bangunlah lebih cepat. Berbenah (atau berdandan) lah lebih awal. Bila anda seorang yang pelupa, buatlah catatan di tempat strategis yang memungkinkan anda untuk selalu melihatnya. Seperti apapun dirimu, selalu ada jalan. Percayalah kawan...
  2. Belajar disiplin. Kalau suatu saat Allah malas memberi kita oksigen untuk bernapas, satu jaaaamm saja, apa yang akan terjadi pada diri kita? Ko’it? Pasti. Nah, Allah sudah mencontohkan kita untuk disiplin. Seperti yang seringkali kita dengar dari nasihat ortu, disiplin itu kunci sukses!
  3. Nah teman, mungkin ini yang agak sulit. Untuk bisa disiplin, kita harus tegas pada diri sendiri. Belajarlah tegas. Tegas terhadap target-target yang telah kita buat. Berani berkata tidak meskipun kelihatan menggiurkan. Tegas terhadap godaan-godaan yang datang dari orang lain untuk bersantai, mengobrol sejenak (niat awalnya, tapi biasanya bablas), senang-senang, dsb. Bukannya tidak boleh, tapi ya itu tadi, kita harus tegas. Semua ada batasannya. Kawan, jadilah raja atas kehendakmu sendiri. Jangan selalu mengikuti arus yang dibuat orang lain. Buatlah arus dan aturanmu sendiri. Lalu tegaslah terhadap dirimu. Kemudian percayalah, orang lain akan menghormatimu. Ketidakmampuan untuk tegas inilah yang biasanya menggagalkan semua usaha dan cara-cara manajemen waktu yang telah ada.
  4. Buat skala prioritas. Kalau tentang ini, banyak lah ya, yang sudah membahasnya. Kelompokkan hal-hal yang harus kita kerjakan, mana yang penting—mendesak, penting—tidak mendesak, tidak penting—mendesak, lalu yang tidak penting—tidak mendesak. Atau mana yang menyangkut kemaslahatan banyak orang, dan mana yang untuk diri pribadi. Lalu kerjakan sesuai prioritas.
  5. Terakhir, pastikan setiap waktu kita efektif. Kata Allah di surat Al-Insyirah ayat 7-8, “apabila kamu sudah selesai mengerjakan suatu urusan, maka kerjakanlah urusan yang lain”, artinya, teman, seharusnya tidak ada waktu kosong dalam hidup kita kan? Saya punya motto (diambil dari La Tansa Male Cafe waktu SMA), ½ + ½ = 0. Maksudnya, setiap pekerjaan yang dikerjakan dengan setengah-setengah, hasilnya pasti tidak akan baik (nol). Maka, jadikan semua yang kita kerjakan juga efektif, signifikan.                                               
Mahasiswa aktivis mungkin seringkali terjebak dengan cap prokrastinasi (menunda-nunda pekerjaan/tugas kuliah) atau cap magabut (makan gaji buta) dari kelompok tugas akademisnya karena jarang datang kumpul kelompok. Seharusnya tidak. Sebenarnya bukan prokras, hanya mendahulukan tugas-tugas yang lebih mendesak. Dan karena deadline tugas masih lama……Yang penting, pastikan tidak ada waktumu yang terbuang sia-sia. Alhamdulillah saya tidak pernah dicap magabut oleh kelompok saya, meski seringkali tidak datang kumpul kelompok. Biasanya, saya mensiasatinya dengan mengambil peran signifikan dalam tugas kelompok. Misal, waktu itu saya sedang riweuh-riweuhnya jadi Kadept Kesma, menyebabkan saya hampir tidak pernah datang kumpul kelompok selain pertemuan di kelas. Saya usahakan komunikasi selalu lancar sehingga teman-teman bisa mengerti. Kompensasinya, saya menawarkan diri untuk menjadi pewawancara (aktivitas inti dari tugas tersebut) yang disambut dengan sangat baik oleh kelompok. Singkat cerita, alih-alih saya, seorang teman yang lain malah dicap magabut karna perannya kurang signifikan dalam kelompok, meskipun ia selalu datang kumpul kelompok.
Hhhwaaahh… alhamdulillah selesaaaaiiii… selamat mencobaaa… semoga bermanfaat… ^__^
--Sudah Malam Sekali, 4 November 2009—

Baca Juga: Cut Nyak Dien; Sebuah Novel Epik Perang Aceh

Monday, October 26, 2009

Untukku

1:26 PM 11 Comments
Rating:★★★★★
Category:Music
Genre: Pop
Artist:Chrisye
Kemana langkahku pergi, slalu ada bayangmu
Kuyakin makna nurani, kau tak ‘kan pernah terganti
Saat lautan kau seberangi, janganlah ragu bersauh
Kupercaya hati kecilku, kau tak kan berpaling

Walau ke ujung dunia pastinya 'kan kunanti
Meski ke tujuh samudera pasti ku kan menunggu

Karena kuyakin
Kau hanya untukku

Pandanglah bintang berpijar, kau tak pernah tersembunyi
Dimana engkau berada, di sana cintaku


**semalam mendengarkan lagu ini, tiba-tiba menemukan 'aha'.. ternyata dalam lagu ini terdapat pemaknaan yang dalam mengenai takdir.. dalam sekali...

Tuesday, October 20, 2009

Kalau Allah Sudah Berkehendak, Apapun Bisa Terjadi

2:25 PM 17 Comments
Suatu pagi di kolam renang waktu khusus wanita. Beberapa perempuan tua –berusia sekitar 60 tahunan lebih— masih lincah berenang dan, sangat jago. Sebenarnya kemahiran nenek-nenek berenang inilah yang dulu memotivasiku untuk segera bisa berenang. “Nenek-nenek aja bisa, masa aku yang masih muda ga bisa?!” Ternyata mereka memang atlet renang semasa mudanya. Wew..
Seorang nenek –aku ingat sekali baju renangnya warna biru muda—sedang mengajari seorang wanita muda menyelam, kemampuan dasar diving. Suatu saat mereka berdua beristirahat di pinggir kolam yang dalamnya 2,2 meter. Mereka, berdua saja. Tiba-tiba kami semua dikejutkan dengan teriakan panik wanita muda itu, “Eh, ibu, ibunya tenggelam!!” Spontan kami langsung berlarian ke arahnya dan berusaha mengangkat perempuan tua itu ke tepi. Ia pingsan, di dalam air.
Panik, semua orang memberi perintah. Telah dicoba membalik badannya agar air yang terminum keluar. Memberinya napas buatan. Menekan-nekan dadanya untuk mengeluarkan air sekaligus memicu detak jantungnya. Menekan keras-keras ibu jari kakinya agar ia tersadar. Alhamdulillah, ia bernapas kembali. Setelah menyumpalkan sendok diantara gigi atas dan bawahnya, dengan cepat beliau digotong keluar menuju klinik terdekat, dengan sebuah mobil.
Hampir semua kami yang tidak ikut mengantar ke klinik terdiam di pinggir kolam, berusaha mengatur napas yang memburu, mengendalikan shock dan kelebatan pikiran masing-masing.. wanita muda yang sempat diajarinya menyelam pun menangis. Jelas saja. Ia masih sempat mengira nenek itu sedang menyelam biasa, tapi kenapa lama sekali tidak muncul-muncul ke permukaan.. Dan kenapa tubuhnya terlihat kaku ketika “menyelam” itu.. Singkat cerita, ketika kami sedang beres-beres usai berenang, seorang ibu memberitakan bahwa nenek tadi akhirnya “lewat”. Lewat, begitu saja ketika tiba di klinik.
Enam puluh tiga tahun usianya. Diperkirakan ia terkena serangan stroke yang kedua kalinya saat tenggelam itu. Beberapa menit sebelum kejadian itu, teman saya bercerita tentang kakak kelasnya dulu yang berniat mengukur kedalaman air dengan menyelam hingga kakinya menyentuh dasar kolam. Dan, sama, tak kunjung kembali ke permukaan, serangan jantung. Meninggal.
Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun..

Hummm.. kalau Allah sudah berkehendak, apapun bisa terjadi. Jadi teringat cerita seorang teman ketika ia menjelaskan tentang takdir.

Suatu ketika di zaman Nabi Sulaiman as.
Saat itu sang nabi sedang menggelar majelis yang dihadiri oleh makhluk-makhluk yang dengan izin Allah mampu ia tundukkan. Ada sang nabi, hewan-hewan, jin-jin, manusia, dan di majelis itu ada juga malaikat Izrail yang sedang menyamar dalam bentuk manusia. Seorang manusia di dalam majelis itu ketakutan karena ia terus-menerus dipelototi oleh seseorang yang sebenarnya adalah malaikat pencabut nyawa yang sedang menyamar itu, Izrail.
Ia bertanya kepada Nabi Sulaiman as, “Ya Nabi, kenapa orang itu terus-menerus memelototi saya?” Nabi menjawab, “Dia adalah malaikat Izrail yang ditugaskan Allah untuk mencabut nyawamu”. Orang itu makin ketakutan, lalu memohon kepada Nabi Sulaiman as agar meniupkan angin yang beliau mampu tundukkan, untuk melemparkannya ke negeri yang sangat jauh, katakanlah, Indonesia. Dan permintaannya dikabulkan oleh sang nabi.
Sebenarnya, ketika malaikat Izrail melototi manusia tersebut, ia sedang bingung. Dari Rabb-nya, ia diperintah untuk mencabut nyawa orang tersebut 5 menit lagi, di –katakanlah—Indonesia. Tapi saat itu orang tersebut masih berada sangat jauh dari Indonesia, di jazirah Arab. Ia kebingungan bagaimana caranya ia mencabut nyawa orang tersebut 5 menit lagi di Indonesia, tempat yang sangat jauh dengan tempat mereka saat itu.
Dan nyatalah, Allah-lah Yang Maha Berkehendak…
Bekasi, 18 Oktober 2009

Wednesday, October 7, 2009

maissy.mp4

4:34 PM 3 Comments



waktu kecil aku ga suka banget sama gayanya maissy. "kecentilan", kataku dulu. mungkin merasa tersaingi kali yaa.. soalnya kalo sekarang lihat gayanya waktu kecil dulu, lucu dan ngegemesin banget ternyata. =D

indonesiaku.mp4

4:29 PM 0 Comments



meskipun yang nyanyi orang keturunan, lagu ini menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan anak-anak pada negerinya.

kukukuku.mp4

4:28 PM 0 Comments



yang ini.. anak-anak diajari untuk mengenal salah satu anggota tubuhnya.. menemukan bahwa Allah Maha Adil.. yang kanan dikasih 5, yang kiri juga 5

susaaaaan.mp4

4:22 PM 4 Comments



sejak kecil, anak diajarkan untuk bercita-cita. meski belum melalui pemikiran yang panjang dan berbagai pertimbangan, cita-cita mengajarkan anak untuk mulai berpikir besar, berpikir bahwa kelak mereka harus bermanfaat bagi semesta

kampuang.mp4

4:15 PM 0 Comments



Masih tentang keprihatinan pada anak-anak masa kini yang tidak punya lagu-lagu untuk usianya.

lagu ini, nilai plusnya juga, mengenalkan anak-anak pada salah satu kekayaan budaya bangsa kita

kodok.mp4

4:08 PM 0 Comments



sebagai bentuk keprihatinan pada anak-anak Indonesia masa kini yang tidak punya lagu-lagu untuk usia mereka

dulu, zaman saya kecil, banyak sekali lagu anak yang dapat dengan mudahnya saya nikmati dan saya pahami. sederhana saja. tapi begitulah anak-anak. sederhana. sekarang, anak balita pun menyanyikan lagu cinta. ckckck...

Friday, October 2, 2009

Ternyata Semua Hanya Butuh Tekad

12:01 PM 19 Comments
Ya, ternyata semua hanya butuh tekad. Apapun. Tentang hal-hal besar yang kita pikir sulit dan sangat kompleks untuk diwujudkan, tentang kemampuan dan keahlian apapun yang ingin kita kuasai, dan tentang apapun yang ingin kita lakukan. Kunci terpentingnya adalah tekad.
Tekad mendorong semua hal yang menjadi faktor keberhasilan sesuatu menjadi bekerja dengan optimal, bahkan maksimal. Kompetensi mungkin dibutuhkan, bakat juga penting, ilmu itu fundamental, usaha apalagi. Tapi tekad yang mendorong kita untuk mencari, mempelajari, dan melakukan. Tanpa tekad (kemauan) yang kuat, maka ilmu, bakat, dan kompetensi yang bahkan sudah ada pun menjadi tidak berguna. Apatah lagi untuk menggerakkan jiwa dan raga untuk ihtiar berusaha.
Dalam tulisan sebelumnya kita membahas masalah kepantasan. Bahwa keberhasilan kita ditentukan oleh pantas-tidaknya kita untuk berhasil. Dan tekadlah yang membuat seseorang berusaha keras untuk pantas menjadi seperti yang diinginkannya.
Tekad membuat kita serius berpikir, sehingga yang kita inginkan terngiang-ngiang senantiasa dalam pikiran. Terucap berkali-kali lewat kata. Dan semuanya menjadi doa (kata-kata orang muslim itu doa kan?). Selanjutnya tekad membuat kita serius untuk berusaha. Bekerja keras. Bersabar. Dan sungguh-sungguh mendekat pada Yang Maha Berkehendak, berdoa lagi. Itu namanya tawakkal.
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal” (QS:3:160)
Keyakinan kepada Allah dan tawakkal yang bermula dari tekad itulah yang menghilangkan rasa takut terhadap apapun. Takut akan cobaan yang menerpa. Takut karena pernah trauma. Takut gagal. Takut tenggelam. Takut dicibir orang lain. Takut, sejatinya adalah musuh yang luar biasa mematikan bagi keberhasilan apapun. Bisikan setan yang membuat kita lemah, kemudian mundur dan menyerah. Lagi, percaya deh, tekad bisa mengatasinya.
Seseorang tidak akan bisa berenang bila ia tidak mengatasi rasa takut tenggelamnya dengan tekad yang kuat. Bahkan ibuku yang kini sangat pandai memasak apapun mengaku belum bisa memasak ketika awal menikah dulu, hanya ia bertekad untuk bisa. Semua tips dan materi tentang manajemen waktu dan keuangan yang pernah dibahas dalam tulisan sebelumnya juga harus diawali dengan kekuatan tekad untuk berhasil. Lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri ternama, mendapat pekerjaan ideal yang diinginkan, ingin menjadi orang hebat, semua karena tekad. Harus diawali dengan tekad.
Mungkin kita semua sudah sangat hafal dengan cerita Sang Penakluk Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih Murad. Ia menjadi panglima yang disebut Rasulullah saw sebagai panglima terbaik, dan pasukannya sebagai pasukan terbaik. Mengawali keberhasilannya dengan tekad kuat yang menyala, berkobar setiap detiknya sejak ia masih kecil, sampai 23 tahun usianya ketika itu. Subhanallah (saya hampir 22, tahun depan ketika 23 tahun saya bisa menaklukkan apa ya?).
Tekadnya menaklukkan Konstantinopel dengan gelar panglima terbaik dari Rasulullah setiap pagi dipupuknya dengan memandang daratan tersebut dari atas bukit sejak ia kecil. Tekad itu pula yang membuatnya senantiasa mendekatkan diri pada Rabbnya, mengusahakan strategi dan mempersiapkan semua hal sebaik-baiknya, hingga pada akhirnya ia dan pasukannya berhasil mendapatkan gelar tersebut.
Teman, Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Maka berprasangka baiklah selalu pada-Nya. Pupuk dengan tekad yang kuat dan usaha yang terus-menerus untuk membuat-Nya percaya bahwa kita hamba-Nya yang pantas untuk berhasil. Dan Dialah Yang Maha mengabulkan doa (QS:2:186).

Ada yang kau inginkan tapi belum tercapai? Periksa tekad dan tawakkalmu.
Semoga berhasil!!
Faidzaa ‘azamta fatawakkal ‘alallaah (QS:3:159)

entah kenapa aku merasa tulisan ini 'galak'
Di tengah persiapan
Garden Batik Party BEM UI
Depok, 2 Oktober 2009
Sumber
-           Al-Qur’anul Kariim
-          (Cerita tentang Al-Fatih): Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A. Fillah

Monday, September 14, 2009

Kepantasan

4:08 PM 4 Comments
Mario Teguh pernah bilang,
Semua itu hanya masalah kepantasan. Kalau anda ingin kaya, coba lihat diri anda, sudah pantas belum jadi orang kaya? Orang kaya tidak bertengkar karena hal-hal kecil. Mau jadi orang sukses? Sudah pantas jadi orang sukses belum? Orang sukses lebih banyak berpikir daripada mengkhayal –apalagi bergosip. Lebih banyak kerjanya daripada tidur dan malas-malasannya. Orang sukses bisa mengatur waktu dan dirinya. Orang sukses rendah hati pada Penciptanya. Orang sukses sibuk memikirkan hal-hal besar!
Tuhan itu… memberi sesuai kebutuhan hamba-Nya. Kalau pengeluaran anda hanya untuk diri dan keluarga anda sendiri, Tuhan hanya akan kasih sedikit, secukupnya yang dibutuhkan. Tapi kalau anda tidak hanya hidup untuk diri dan keluarga anda sendiri, banyak memberi pada orang lain, Tuhan akan memberi anda, banyak. Karena kebutuhan anda banyak.
Hhmm.. sangat terkait toh, mengapa sedekah bisa membuat rezeki seseorang makin lancar??!
Ayo berbagi =D
September 13, 2009

Law of Proximity

4:04 PM 14 Comments
Pernah merasakan jatuh cinta? Yang katanya aunty Titik Puspa berjuta rasanya. Apalagi jatuh cinta pada pandangan pertama. Katanya sih, indah banget rasanya. Deg-degan kala bertemu, bahkan salting (salah tingkah). Tapi ada rindu kala jauh. Iya gak? Hehee…
Seorang temannya teman saya, menikah dengan seorang laki-laki yang benar-benar baru dikenalnya 3 bulan. Wajar ketika temanku heran dan bertanya, “Kok bisa sih lo seyakin itu milih suami, imam lo dunia-akhirat, hanya dalam waktu sesingkat itu??” si teman menjawab dengan tidak cukup definitif menurut saya, “Yaa, gimana ya, ketika lo ketemu dengan seseorang dan dengan tiba-tiba lo ngerasa ‘klik’ aja gituh, langsung punya feeling kalo orang itu yang akan jadi teman hidup lo”.
‘Klik’. Kalau katanya Aisyah r.a., “Ruh itu bagaikan para prajurit yang saling mengirim sandi. Apabila sandi mereka cocok, maka mereka akan seiring sejalan. Bila mereka tidak saling mengerti sandi satu sama lain, mereka tidak akan berjalan bersama”. Subhanallah, ini benar-benar kuasa Allah. Klik. Ketika bertemu, langsung merasakan adanya kecocokan, uhm, apa ya, mungkin seperti cara enzim bekerja, seperti lubang kunci yang menemukan anak kuncinya yang benar, mereka klik, lalu berputar ke arah yang sama, bersama-sama.  Istilah lain menyebutnya ‘chemistry’, kimia jiwa. Inilah yang mungkin dialami oleh orang-orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sebelum seseorang menikah, Rasul mensyari’atkan untuk nazhar (melihat) kepada wanita atau laki-laki yang akan dinikahi. Tujuannya untuk menemukan ketertarikan dalam diri calon pasangan yang akan menguatkan keyakinan sebelum menikah. Dengan kata lain, tujuan nazhar itu adalah untuk mengetahui, adakah ‘klik’ satu sama lain.
***
Bagi sebagian yang lain, jatuh cinta tidak penting bagi mereka. Karena mereka memilih untuk bangun cinta. Seperti orang-orang tua kita dahulu yang perjodohan mereka ditentukan oleh orang tua masing-masing. Toh biasanya mereka langgeng hingga akhir hayat. Atau orang-orang yang hanya berbekal kemantapan hati setelah meminta petunjuk pada Allah sebelum menikah padahal belum benar-benar mengenal calon pasangannya. Mereka akan kuat karena niat yang senantiasa lurus yang diperkuat dengan kesabaran. Dan mereka bisa bertahan, lalu menemukan ‘klik’-nya.
Mengingat orang-orang tipe ini, saya jadi teringat surat Ar-Ruum,
“Dan dijadikanNya istri-istrimu dari jenismu sendiri, lalu diciptakanNya di antaramu rasa kasih dan sayang…” (QS:30:21). Urutan di ayat ini sih, jadi istri dulu, baru ada rasa kasih dan sayang.
Orang Jawa juga bilang, “Witing tresno, jalaran soko kulino”, artinya kurang lebih, cinta datang karena interaksi yang intens.
Dan subhanallah, saya juga jadi ingat sebuah teori dalam psikologi sosial,  tentang repeated exposures. “Repeated exposure pada stimulus yang netral, meski tanpa adanya penguat (reinforcement), akan mengarah pada adanya peningkatan rasa suka (liking) secara bertahap” (Zajonc, 1968). Subhanallah.. subhanallah.. Suami-istri itu, bagaimana tidak, pastinya sering bertemu dan berinteraksi. Repeated exposures tuh. Ternyata, orang Jawa lebih dulu menemukan hal ini daripada teori psikologi sosial. Atau, jangan-jangan Om Zajonc ini orang Jawa??
Subhanallah ya, meski tidak ada klik di awal, ternyata cinta tetap bisa diusahakan.
“Ada dua pilihan ketika kita bertemu cinta. Jatuh cinta, dan bangun cinta. Padamu aku memilih yang kedua, agar cinta kita tinggi menggapai surga.” (Salim A. Fillah, kepada istrinya)
Bangun cinta. Kedengarannya dewasa sekali. Bahwa semua bisa diusahakan. Termasuk juga cinta. Semua bisa dimulai, tidak hanya menunggu sambil bertanya-tanya mengapa seorang suami/istri tak kunjung dapat mencintai pasangannya. Karena –masih kata Salim, cinta itu kata kerja. Tinggal kita mau memulainya, atau hanya menunggu entah sampai kapan.
Bukan titik yang membuat tinta, tapi tinta yang membuat titik
Bukan cantik yang membuat cinta, tapi cinta yang membuat cantik
(pesan singkat dari temannya teman kepada teman saya)

Tuesday, September 1, 2009

note yang kepanjangan

10:01 AM 1 Comments
Beda banget. Bedaa banget. Yang sekarang dan kemarin. Sekarang dibiasakan untuk sederhana. Prihatin. Berpikir bahwa tidak semua orang berkecukupan. Peka. Yang kemarin, dibiasakan untuk glamour. Boros. Berpikir bahwa kita semua sama mampu. Dan ketika harus kembali ke waktu kemarin, aku merasa aneh. Wajar lah yaa..

-memanaskan otak menulisku kembali-

Monday, August 31, 2009

Saat Tiba Waktu Untuk Terpisah

11:04 AM 2 Comments
-dari tulisan seorang teman-

Belum ada 24 jam sejak wisuda sudah ada SMS yang masuk mengungkapkan kesedihan karena harus berpisah dengan teman-teman. Berpisah dan nggak bisa ketemu lagi. Membaca SMS itu gue jadi sedih, mengingat sekali lagi telah sampai pada waktu perpisahan lagi. Nggak terhitung banyaknya pertemuan dan perpisahan yang telah gue alami. Semuanya memiliki cerita masing-masing, meninggalkan jejak masing-masing, dan memberikan pelajaran masing-masing.

            Saat kita terpisah, bukannya kita tidak dapat bertemu lagi…. Tapi Allah sedang mengajarkan kita agar lebih dapat menghargai waktu. Waktu yang telah kita pakai untuk membuat kenangan bersama, waktu yang tersisa saat kita masih bisa bertatap muka, dan waktu yang kita tunggu sampai kita akhirnya dapat bertemu lagi.
            Saat kita terpisah, kita juga akan belajar untuk lebih menyadari betapa berharganya orang-orang yang pernah masuk dalam kehidupan kita. Orang-orang yang telah membentuk diri kita menjadi kita yang sekarang. Sekarang dengan bertemu orang-orang baru, tentunya kita akan mendapat pelajaran lain lagi kan. Pelajaran yang semoga dapat membuat kita menjadi orang yang lebih baik. Tanpa melupakan diri kita yang dulu dan yang sekarang.
            Saat kita terpisah, kita belajar untuk mempercayai kekuatan hati. Karena jarak dan waktu tidak berarti saat hati kita menyatu. Pergi sejauh apapun, terpisah selama apapun, selama hati menyatu, pasti akan bertemu lagi. Untuk itulah ada yang namanya rasa rindu. Rasa yang muncul saat kita sudah terlalu jauh pergi dan terlalu lama berpisah, saat kita sudah lelah dan butuh pulang ke “rumah”.
           
“Semoga gue nggak sedih saat berpisah tapi bersyukur karena telah diberikan orang-orang hebat seperti kalian dalam hidup gue”

Mardiana Hayati a.k.a MonMon

Monday, July 27, 2009

Ngatur Duiiittt…

1:58 PM 10 Comments
Beberapa hari yang lalu saya diminta mengisi materi tentang manajemen waktu. Saat menyusun alur penyampaian materi, saya menemukan bahwa bagaimana pun teknik yang digunakan dalam menyiasati dan mengatur waktu, ternyata bermula dari sebuah sikap: menghargai waktu. Penghargaan yang besar terhadap waktu melahirkan tekad dan keinginan yang kuat untuk memanfaatkan waktu yang ada semaksimal mungkin. Dari tekad itulah semua kiat yang ada dalam manajemen waktu dapat diaplikasikan secara konsisten hingga berhasil.
Singkat cerita setelah closing statement sore itu, sebenarnya saya ingin berkata pada panitia, “Lain kali kalau bahas tentang manajemen finansial undang aku lagi ya, tapi sebagai peserta,” tapi urung.
Saya memang sedang (dan masih saja) bermasalah dalam hal manajemen keuangan. Cukup banyak orang yang telah saya tanya dan saya minta saran-saran mereka, dari teman, senior, ibu-ibu, bapak-bapak, hingga anak FE berdasarkan keilmuan mereka. Namun hingga kini belum juga menampakkan hasil, saya masih saja kesulitan dalam mengatur pembelanjaan pribadi (untung belum berkeluarga, hehe..).
Bila dibandingkan, lebih sulit mana, manajemen waktu atau manajemen keuangan? Jawabannya pasti tergantung. Terutama tergantung orangnya. Bagi saya manajemen waktu lebih mudah, tapi bagi teman yang lain mungkin manajemen keuangan yang jauh lebih mudah. Jadi, kita anggap saja kesulitan keduanya setara, supaya pembahasan ini bisa lebih mudah.
Banyak cara untuk membagi terbatasnya waktu yang ada agar dapat bermanfaat sebanyak-banyaknya. Juga banyak cara untuk menyiasati agar pasak tidak lebih besar daripada tiang, kalau bisa bahkan besar tiang daripada pasak. Lalu, bisakah kalau kita coba hubungkan?
Bahwa keduanya harus dimulai dari 1 titik, sebuah sikap yang sama. Penghargaan.
Semua kiat hebat yang ada hanya dapat berjalan efektif bila dilandasi dengan tekad yang kuat untuk bisa. Dan tekad yang kuat berasal dari rasa menghargai. Menghargai waktu, dan menghargai uang.
Ayo Farah! Sebelum harus mengatur
yang lebih besar!!
Bekasi, 26 Juli 200

Baca Juga: Tentang Ikhlas dan Apa yang Kita Inginkan

Saturday, July 25, 2009

Road to BEM UI

1:00 PM 4 Comments
–Refleksi Tengah Tahun—

Akhir-akhir ini sedang banyak mengalami hal-hal yang mengubah hidupku. Juga baru banyak memahami dan mengalami hal-hal yang sudah kumengerti sebenarnya sejak lama. Hanya baru mendapatkan insight-nya baru-baru ini.

Diminta jadi Kabir PSDM pertama kali,,, dengan berat hati permintaan itu kutolak. Sms-sms dari mereka masih tersimpan hingga saat ini. Menyisakan kenangan keegoisan yang mengkanak-kanak. Lalu kutawarkan banyak orang lain yang kuanggap kompeten untuk posisi itu. Sebuah sms malam itu berbunyi, “Emangnya kalo Farah kenapa? Mau lulus ya? Sama dong…” Huks, huks, itu benar-benar menyisakan perih. Perih atas pilihanku sendiri.

“Far, mau lulus 4 tahun kan? Bantuin MWA aja gimana?” Wah. Kujawab dengan mengingatkannya, bahwa keberatanku bukan hanya harus lulus 4 tahun. Dan ia langsung mundur.

“Far, lagi sibuk ga? Boleh kutelpon sekarang?” Witri minta aku jadi kadept Kesma. Oh tidak, aku tidak bisa. Maafkan aku…

Hingga akhirnya 10 Januari 2009, hasil muktamar SMA membebankan sekaligus melegakan sedikit rasa bersalahku. Allah tau jalanmu yang lebih baik… Tidak lagi punya amanah di kampus, saatnya aku kembali ke sekolah. Pikirku, saat itu sudah final.

Ternyata belum. “Mba, saya mohon, bayangkan adik-adik kita dari pelosok yang ingin masuk UI.. ini bisa jadi ladang pahala yang besar… Kita jihad bareng-bareng…”. Pertimbangan dari orang-orang terpercaya kuminta, lalu paginya aku menjawab, “Saya insya Allah bisa bantu di Kesma, tapi jadi staf dan hanya 6 bulan”. Deal. Kupikir, saat itu sudah final.

Ternyata belum. Beberapa hari setelahnya, malam hari aku ditelepon Nanda, wakil ketua BEM UI. Aku diminta memberi ‘lebih’, memback-up kadept Kesma. Aku takut ‘Kesma sebelumnya’ terulang lagi. Tapi, ya sudahlah. Bismillah. Malam itu, kupikir sudah final.

Ternyata belum. Tepat pagi harinya, aku ditelfon lagi. PSDM. Dengan berbagai pertimbangan, mereka kembali memintaku. Akupun butuh sangat banyak pertimbangan. Kutelfon mba-ku. Kutanya pihak sekolah. Tak banyak waktu kumiliki untuk memutuskan. Hanya 1 waktu shalat tersisa untuk istikharah: ba’da zuhur. Kuminta pertimbangan sepupuku,,, beliau pun akhirnya bingung. Akhirnya, “Gini aja deh Far, jalanin aja yang ada sekarang dulu. Nanti pasti Allah ngasih jalan.” Akupun akhirnya membulatkan hati. Padahal pihak sekolah belum menjawab. Tapi tak ada waktu lagi! bismillah. Akhirnya, kupikir inilah finalnya. Aku menerima.

“Alhamdulillaah… Far, besok kita Oprec”. Appaaa???!!!!

Hyaaaa!!! Besoknya aku langsung berlala-lili di Depok.

Pagi. Kutelepon sahabatku, Lissa, staf PSDM tahun lalu, meminta bala bantuan. “Tapi Lissa cuma bisa 6 bulan, Farah.. Lissa harus lulus semester ini” aku mengerti, masih ada 2 adiknya yang menunggu giliran. Tanpa pikir panjang karena panik, “Ya udah gapapa. Pokoknya bantuin aku dulu”. Langsung kubuat janji siang itu juga dengan temanku Rina, deputi PSDM tahun lalu. Di Pusgiwa. Kantor baruku.

Sampai pusgiwa, wajah yang kutemui pertama adalah Fathia. Rasa bingung dan cemas yang memuncak membuatku langsung menghamburkan diri, “Faaaaattthhh!!!” memeluk Fathia. Ia menenangkan, “Akhirnya Far, datang juga…” sambil tersenyum lega.

Sore itu aku melihat kelegaan memancar dari wajah banyak orang. Dari teman-teman tim sukses yang sudah bergabung lebih dulu, Yuli, Avid, Input, juga dari Tiko, apalagi dari Nanda. Selanjutnya aku tau orang ini memang ekspresif sekali. Ya Allah, betapa selama ini aku menghambat kerja banyak orang… Jadi tidak tega mau setengah jalan dan lulus duluan… Apalagi ketika bercanda dengan Yuli, ingin lulus di tengah kepengurusan. Menurut Yuli aku bergurau saat itu, padahal dalam hati aku sungguh-sungguh serius. Lalu Yuli berkata pada Tiko yang ada di seberangnya, “Wah, Ko, parah nih, belum-belum udah pada mau resign tengah tahun!” Tiko yang sedang menunduk mengurus sesuatu mendongak pada kami, dan, aku, aku merasa iba seketika melihatnya! Oh tidak. Farah, jangan mudah terpengaruh… dan aku pulang masih dengan keinginan mundur di tengah tahun…

Sampai sore, teman-teman se-fakultasku itu –anak-anak PSDM tahun lalu- terutama RIna benar-benar menentir aku dari nol, terutama tentang rekrutmen yang sudah di depan mata. Aku bingung. Bingung. Setelah itu, dengan masih canggung, aku masuk lagi ke ruang BEM. Ka Edwin datang dan mengucapkan, “Akhirnya Farah….” Maksudnya, akhirnya Farah, ke sini-sini juga larinya. Aku yang masih bingung harus apa, meminta Ka Edwin bicara apapun tentang PSDM. Aku butuh gambaran. Aku butuh masukan. Aku butuh arahan. Terima kasih kak. Lalu Nanda. Tiko masih sibuk. Dan… besok team building BPH. Artinya aku tidak bisa menyiapkan rekrutmen.

Sepulang dari Pusgiwa matahari t’lah lama tenggelam. Shalat maghrib di ruang BEM.
Menunggu bis kuning. Berjalan dari stasiun UI hingga kosan, sambil berpikir. Hmmhh,, sepertinya aku tidak pernah ditakdirkan untuk kuliah, perpus, pulang ditemani matahari, beres-beres kosan, dan istirahat atau belajar lagi dengan tenang. Rasanya sampai lulus aku harus berjibaku dengan kegiatan seabrek di luar akademis. Tapi aku tidak menyesali apapun. Aku merasa beruntung bahkan. Dan aku hanya tersenyum.

Esok paginya kami berkumpul di stasiun UI. Kesan pertama. Aku telat 3 menit dari jam 7, sebelumnya sudah izin akan sedikit telat. Tapi sampai sana, aku baru sendiri. Hummfh,, biasa. Eh, ternyata di ujung sana, udah ada Tiko! Subhanallah, memberi teladan yang baik. Tak lama datang Nanda membawa bungkusan Alfamart. Lalu menunggu yang lain. Singkat cerita, kami baru jalan dari UI jam 8. Berkenalan dengan orang-orang yang sama sekali baru kukenal, saling mengakrabkan diri selama perjalanan. Ini sahabat suka-duka-ku ke depan.

Ternyata perjalanan kami cukup panjang. Jauh bo! Kalau tidak salah ingat 3 jam kami habis di jalan, menuju jalur pendakian Curug Cibodas. Begitu turun dari bus yang menuju Tasik itu, kami langsung meregangkan sendi-sendi, meledek Nanda menanyakan “jackpot”, mengambil beberapa foto kami, dan beristirahat sambil menunggu Tiko dan Nanda membeli makan siang untuk kami yang akan disantap bersama di bawah air terjun nanti. Hohhoo,, servis nyaris sempurna. Mereka berdua bahkan membawanya dalam pendakian kami setelahnya.

Sebenarnya aku sedang khawatir. Khawatir tidak bisa pulang cepat seperti yang diwanti-wanti orang rumah karena subuh esok harinya kami akan  berangkat ke Jogja, wisudaan kakakku. Ditambah lagi aku belum meminta izin pada orang tuaku bahwa aku akan lulus terlambat, menerima amanah di BEM UI. Dan betapa leganya aku kala perjalanan kami semakin jauh dari jalan, semakin mendekati air terjun. Karena, tidak ada sinyal!! Jadi keberadaanku tidak bisa dilacak =D di saat yang bersamaan orang-orang resah karena tidak ada sinyal.

Singkat cerita… aku merasakan kenyamanan yang luar biasa dalam perjalanan bersama tersebut. Tanpa tekanan sedikitpun yang belakangan baru kusadari hampir selalu menyertaiku selama mengemban berbagai amanah di tingkat fakultas. Apalagi saat itu aku sedang sangat ingin naik gunung dan berenang. Atau salah satunya. Dan naik gunungku terkabul, bersama teman-teman baru yang sangat menyenangkan. Saat itu, aku benar-benar merasa lepas.

Lagi-lagi cerita indah ini harus saya singkat, kami berjalan turun menuju peradaban kembali. Sebelum turun, Tiko meminta kami mengambil masing-masing sebuah batu dari dalam air terjun yang menganak sungai. Aku mengambil 3. Batu ini yang kelak akan menjadi saksi berubahnya pikiran dan hatiku drastis. Saksi atas komitmenku senja itu.

Di bawah, tepat di luar pagar Taman Raya Cibodas, kami duduk melingkar dan saling memperkenalkan diri masing-masing. Identitas, kesenangan, sifat-sifat, yang tidak disukai, membuka diri. Terutama aku dan korbidku yang baru saja bergabung. Aku sehari sebelumnya, korbidku semalam sebelumnya. Setelah semua memperkenalkan dirinya, Tiko meminta kami menggenggam batu yang kami bawa dari air terjun tadi siang, dan, ini dia salah satu keahlian dan kesenangan ketua kami; merenung dan kontemplasi.

Kami menutup mata, khusyuk mendengarkan kata demi kata dari Tiko. Semuanya jelas. Semuanya berat. Tentang besarnya amanah di pundak kami. Aku sangat tertohok karna masih saja bertahan dengan “niat jahat”ku. Alirkan, alirkan semua keegoisan diri pada batu dalam genggaman kalian. Keberadaan kita untuk kemanfaatan yang jauh lebih besar daripada sekedar untuk diri kita. Ketika membuka mata, kami diperintahkan untuk meletakkan batu itu di depan kami. Meninggalkan batu itu di sana bersama segala keegoisan yang tersisa, di dataran yang tinggi, jauh dari tempat kami berjibaku kelak, Depok, Jakarta dan sekitarnya.

Aku… yang menjadi merasa sebenar-benar egois, tidak meletakkan batu itu di depanku. Aku melemparnya, meneriakinya,

“Batu! Kamu aja yang lulus 4 tahun! Aku ga bisa ninggalin mereka!!!”


Dan komitmen itu seketika membatu. Keras. Kuat menancap.

Betapa Allah benar-benar
Maha Tau segala yang terbaik,
Depok, Januari-Juli 2009
--tahun terindahku di kampus perjuangan ini—

Penyeberang Phytagoras

12:36 PM 16 Comments

Berawal dari penghargaanku terhadap waktu yang mungkin bagi sebagian orang berlebihan. Aku selalu berusaha agar semua waktuku tak ada yang terbuang percuma, dalam hitungan jam, menit, bahkan detik. Sayang. Jadi aku juga berusaha mengerjakan segala hal yang kulakukan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja (jadi ingat naskah Proklamasi). Aku terhitung orang yang gesit. Dan seringkali geregetan melihat orang yang lelet dan bermalas-malasan. Bagiku, kalau bisa 1 menit, mengapa harus ada menit ke-2 untuk selesai?
      
Hal ini tercermin dalam hampir semua perilaku dan gerak-gerikku. Irama berjalanku cukup cepat, tapi masih normal. Aku menulis juga dengan cepat. Terkecuali mungkin dalam berpikir, suka agak lelet, hehehe... Nah, rutinitas harianku menyeberang Margonda, seringkali memakan waktu lama terutama pada jam-jam berangkat dan pulang kantor. Tapi ada sesuatu yang ternyata cukup unik dari perilaku menyeberangku. Aku menyeberang menggunakan prinsip phytagoras; c2 = a2 + b2 .

Bila tujuanku ke seberang kiri, alih-alih menyeberang lurus ke depan lalu berjalan ke kiri seperti lazimnya orang-orang, aku menyeberang langsung miring ke arah kiri. Bagiku itu lebih efisien dan semakin mendekatkanku pada tujuan. Waktu beberapa detik untuk menempuh b2 itu berharga. Begitu juga bila arahku ke seberang kanan.

Alasan ke-2 penyebab perilaku menyeberang ini adalah kecintaanku pada matematika. Aku mencintai rumus-rumus itu tidak hanya di atas kertas atau papan tulis. Aku ingin juga menerapkannya di kehidupanku sehari-hari. Benar-benar sehari-hari.

Dan aku bertemu teman setipe dalam hal ini. Ia tidak menyeberang phytagoras, tapi bila melewati belokan ia selalu berjalan di zona terdekat dari pusat belokan atau tikungan tersebut. “Supaya jari-jarinya semakin kecil”, katanya. Jadi waktu dan effort yang dibutuhkan juga semakin sedikit.

Setiap ilmu pasti punya manfaatnya masing-masing. Matematika, membuat hidup lebih efisien ^.^

Friday, July 24, 2009

Sang Penandai

2:23 PM 4 Comments

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Tere Liye

Semua orang bertanya, “Apa itu penandai, Far?” ketika melihatku membaca novel ini. Tidak ada gunanya sebenarnya jawabanku, karena setiap aku mencoba menjelaskan, orang-orang akan semakin mengernyit, semakin tidak mengerti.

Sang penjaga dongeng.... jawabku.

Novel ini berkisah tentang perjalanan hidup seorang pemuda yatim piatu, tidak berpendidikan, tidak bisa baca-tulis, pengecut dan tidak pernah bisa mengambil keputusan. Kisah cintanya dalam beberapa bulan bersama seorang gadis –cinta pertamanya— menjadi awal perubahan perjalanan hidupnya. Kematian sang gadis menjadi sebab pemuda ini (Jim) didatangi oleh Sang Penandai, yang berusaha meyakinkannya bahwa pencinta sejati tidak akan menyerah hingga kematian itu sendiri yang menjemputnya. Berbekal kata-kata itu, ia memulai dongeng tentang dirinya sendiri.

Keikutsertaannya dalam armada 40 kapal menemukan Tanah Harapan (sepertinya yang dimaksud penulis adalah Indonesia) benar-benar mengubah hidupnya. Kelak ia mengakhiri hidupnya sebagai pemuda gagah berani yang kuat dan hebat. Setelah sepanjang sisa hidupnya ia tidak pernah bisa berdamai dengan masa lalunya, selalu menangis pilu bila mengingat gadis cinta sejatinya, pada akhirnya kepalanya tertebas pedang dengan tersenyum, mengucap nama gadis kecintaannya, Nayla.

Kesabaran. Penerimaan atas hidup dan masa lalunya. Serta bersyukurlah.

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu

1:25 PM 8 Comments

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Tere Liye
rembulan tenggelam wajahmu

Novel ini bagus banget! Mengisahkan perjalanan hidup seorang anak Adam sejak kecil hingga penghujung hidupnya. Novel ini mengajak kita untuk memaknai hidup, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh banyak orang, seperti apakah hidup ini adil, kenapa Tuhan selalu merenggut kebahagiaan orang-orang yang kita kasihi, mengapa hidup seolah hanya kerasnya perjuangan dan air mata, tentang mengapa harus terjadi begini, mengapa itu terjadi,…..

Ah, satu kesimpulan yang dapat saya tarik selepas membaca novel ini. Sebagai manusia… betapa banyak yang tidak kita ketahui. Maka jangan pernah merutuki nasib. Apalagi merutuki Sang Penguasa nasib manusia.

Baca Juga: Yang Single Minggiiiiirrr!

Sumber Gambar: https://books.google.co.id/books/about/Rembulan_tenggelam_di_wajahmu.html?id=cNHox5OgdFQC&source=kp_cover&redir_esc=y

Friday, July 10, 2009

anak cucuku

10:39 AM 4 Comments
Kepada Yth
 Manusia
 Di
 Tahun 2009

 Aku hidup di tahun 2050. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti
 sudah 85 tahun.

 Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku
 minum sangat sedikit air putih.

 Aku fikir aku tidak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang
 paling tua di lingkunganku, Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun semua
 sangat berbeda, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar,
 setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka
 bermain air dan mandi sepuasnya.

 Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai
 yang di basahi dengan minyak mineral.

 Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan. Sekarang,
 kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa
 menggunakan air.

 Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari
 keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa
 digunakan untuk apa saja.

 Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan: “JANGAN MEMBUANG
 BUANG AIR”

 Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa
 air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas.
 Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah
 tercemar atau sama sekali kering.

 Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus.
 Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang
 menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan,
 tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya
 dibayar dengan segelas air minum per harinya.

 Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah
 makanan sintetis. Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan
 adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya
 bisa minum setengah gelas air setiap hari.

 Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas
 pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah.

 Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau,
 karena tidak ada air.

 Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit
 pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak
 terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin
 habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan
 seperti telah berumur 40 tahun.

 Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi
 tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya
 jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat
 berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang.




 Morphology manusia mengalami perubahan… yang menghasilkan/ melahirkan
 anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi.
 Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per
 orang per hari. [31.102 galon]

 Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari
 “kawasan ventilasi” yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik
 raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen.

 Udara yang tersedia di dalam “kawasan ventilasi” tidak berkulitas baik,
 tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas.Umur hidup manusia
 rata-rata adalah 35 tahun.

 Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air
 sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air
 menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau
 permata.

 Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan.
 Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam.Tidak dikenal lagi adanya musim.
 Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca
 dan polusi.

 Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga
 kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Pada saat anak perempuanku
 bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku
 menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau.

 Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air,
 memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku
 menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu.

 Dia bertanya: - Ayah ! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ?

 Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku. ..

 Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari
 generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan
 secara serius pesan-pesan pelestarian… dan banyak orang lain juga !.

 Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi
 tidak ada seorangpun yang melakukan. Sekarang, anak dan keturunanku yang
 harus menerima akibatnya, Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di
 planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah
 manusia sudah mencapai titik akhir.

 Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia
 untuk mengerti apa yang akan terjadi… Pada saat itu masih ada kemungkinan
 dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini !

 Tolong Kirim surat ini ke semua teman dan kenalan anda, walaupun hanya
 berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan
 air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang.

 Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan
 terjadi di sekitar kita.

 Lakukan untuk anak dan keturunan mu kelak”

 “AIR DAN BUMI UNTUK MASA DEPAN”


-copas imel dari ayah-