Follow Us @farahzu

Monday, September 14, 2009

Law of Proximity

Pernah merasakan jatuh cinta? Yang katanya aunty Titik Puspa berjuta rasanya. Apalagi jatuh cinta pada pandangan pertama. Katanya sih, indah banget rasanya. Deg-degan kala bertemu, bahkan salting (salah tingkah). Tapi ada rindu kala jauh. Iya gak? Hehee…
Seorang temannya teman saya, menikah dengan seorang laki-laki yang benar-benar baru dikenalnya 3 bulan. Wajar ketika temanku heran dan bertanya, “Kok bisa sih lo seyakin itu milih suami, imam lo dunia-akhirat, hanya dalam waktu sesingkat itu??” si teman menjawab dengan tidak cukup definitif menurut saya, “Yaa, gimana ya, ketika lo ketemu dengan seseorang dan dengan tiba-tiba lo ngerasa ‘klik’ aja gituh, langsung punya feeling kalo orang itu yang akan jadi teman hidup lo”.
‘Klik’. Kalau katanya Aisyah r.a., “Ruh itu bagaikan para prajurit yang saling mengirim sandi. Apabila sandi mereka cocok, maka mereka akan seiring sejalan. Bila mereka tidak saling mengerti sandi satu sama lain, mereka tidak akan berjalan bersama”. Subhanallah, ini benar-benar kuasa Allah. Klik. Ketika bertemu, langsung merasakan adanya kecocokan, uhm, apa ya, mungkin seperti cara enzim bekerja, seperti lubang kunci yang menemukan anak kuncinya yang benar, mereka klik, lalu berputar ke arah yang sama, bersama-sama.  Istilah lain menyebutnya ‘chemistry’, kimia jiwa. Inilah yang mungkin dialami oleh orang-orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sebelum seseorang menikah, Rasul mensyari’atkan untuk nazhar (melihat) kepada wanita atau laki-laki yang akan dinikahi. Tujuannya untuk menemukan ketertarikan dalam diri calon pasangan yang akan menguatkan keyakinan sebelum menikah. Dengan kata lain, tujuan nazhar itu adalah untuk mengetahui, adakah ‘klik’ satu sama lain.
***
Bagi sebagian yang lain, jatuh cinta tidak penting bagi mereka. Karena mereka memilih untuk bangun cinta. Seperti orang-orang tua kita dahulu yang perjodohan mereka ditentukan oleh orang tua masing-masing. Toh biasanya mereka langgeng hingga akhir hayat. Atau orang-orang yang hanya berbekal kemantapan hati setelah meminta petunjuk pada Allah sebelum menikah padahal belum benar-benar mengenal calon pasangannya. Mereka akan kuat karena niat yang senantiasa lurus yang diperkuat dengan kesabaran. Dan mereka bisa bertahan, lalu menemukan ‘klik’-nya.
Mengingat orang-orang tipe ini, saya jadi teringat surat Ar-Ruum,
“Dan dijadikanNya istri-istrimu dari jenismu sendiri, lalu diciptakanNya di antaramu rasa kasih dan sayang…” (QS:30:21). Urutan di ayat ini sih, jadi istri dulu, baru ada rasa kasih dan sayang.
Orang Jawa juga bilang, “Witing tresno, jalaran soko kulino”, artinya kurang lebih, cinta datang karena interaksi yang intens.
Dan subhanallah, saya juga jadi ingat sebuah teori dalam psikologi sosial,  tentang repeated exposures. “Repeated exposure pada stimulus yang netral, meski tanpa adanya penguat (reinforcement), akan mengarah pada adanya peningkatan rasa suka (liking) secara bertahap” (Zajonc, 1968). Subhanallah.. subhanallah.. Suami-istri itu, bagaimana tidak, pastinya sering bertemu dan berinteraksi. Repeated exposures tuh. Ternyata, orang Jawa lebih dulu menemukan hal ini daripada teori psikologi sosial. Atau, jangan-jangan Om Zajonc ini orang Jawa??
Subhanallah ya, meski tidak ada klik di awal, ternyata cinta tetap bisa diusahakan.
“Ada dua pilihan ketika kita bertemu cinta. Jatuh cinta, dan bangun cinta. Padamu aku memilih yang kedua, agar cinta kita tinggi menggapai surga.” (Salim A. Fillah, kepada istrinya)
Bangun cinta. Kedengarannya dewasa sekali. Bahwa semua bisa diusahakan. Termasuk juga cinta. Semua bisa dimulai, tidak hanya menunggu sambil bertanya-tanya mengapa seorang suami/istri tak kunjung dapat mencintai pasangannya. Karena –masih kata Salim, cinta itu kata kerja. Tinggal kita mau memulainya, atau hanya menunggu entah sampai kapan.
Bukan titik yang membuat tinta, tapi tinta yang membuat titik
Bukan cantik yang membuat cinta, tapi cinta yang membuat cantik
(pesan singkat dari temannya teman kepada teman saya)

14 comments:

  1. Bravo..
    Keren bgt far..

    Nampaknya penulis mulai berwacana niy..
    Atau jangan2 dah menemukan "klik"nya..?

    Hwehe..

    ReplyDelete
  2. mulai berwacana?? fyi ka, saya butuh waktu cukup lama (hitungan bulan) untuk nyelesein tulisan ini =) lebih pada ketunda mulu sih. hehee..
    belum kok, belum nemu. entah dengan cara yg pertama atau cara yg kedua menurut tulisan ini. trims ^.^

    ReplyDelete
  3. Tapi jangan kelamaan berwacana loh far..

    *menasihati diri sendiri*

    :p

    ReplyDelete
  4. mirip kok Lud.. yang penting kan kedewasaan berpikirnya =) JKFS

    ReplyDelete
  5. halaaa ka ims.. ya sudahlah,, gerak dong! wakakakak..
    saya mah ga berwacana ka (percaya deh). hehe.. Allah punya ketentuan-Nya sendiri. tapi tergantung kita mau milih takdir yang mana dan seperti apa. semangaaatt!! (lhoh??!)

    ReplyDelete
  6. Ok, saya percaya kok far..

    Tunggu aja ya..

    *ambigu.com*

    He2

    ReplyDelete
  7. ckck..k'pem akhir2 ini jadi semakin mirip si upid [baca:cupid]...

    ReplyDelete
  8. aq pernah denger kata2 kayak gini:
    "menikahlah dengan orang yang kau cintai atau cintailah orang yang kau nikahi..."

    ReplyDelete
  9. owwh, ini ya jenk yang kau rekomendasikan baca padaku..

    hoho.. cerdas! cerdas beneran..!!

    hm..dari dua cara diatas belom bisa, gimana dong..

    hha, kuliah dulu aja apa?!

    ReplyDelete
  10. yang pertama itu mungkin, yang kedua itu wajibb!! hehe..

    ReplyDelete
  11. makasi rul...
    memang bukan kebisaan yang diperlukan, hanya takdir (selanjutnya baru usaha, hoho...)

    ReplyDelete