Follow Us @farahzu

Saturday, February 29, 2020

Hati-hati Mencurahkan Hati (Tentang Curhat)

9:44 PM 0 Comments
Siapa di sini yang suka curhat ke orang lain atau sahabat? Meskipun biasanya kaum perempuan yang paling suka curhat, jangan salah lho, para lelaki juga kok fyi, meskipun 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘴&𝘤𝘰𝘯𝘥𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴-nya lebih banyak, hihihi. ⠀
Biasanya setelah mengeluarkan segala ganjalan hati dengan mengungkapkannya melalui kata-kata, kita merasa lebih tenang. Lebih plong dan masalah menjadi lebih ringan. Apalagi kalau yang dicurhati adalah pendengar yang baik dan ahli ya.. ⠀

Nah, melalui artikel ini saya hanya mau mengingatkan, 𝗵𝗮𝘁𝗶-𝗵𝗮𝘁𝗶 ya. Ketika kita sedih atau punya masalah berat sehingga harus curhat pada orang lain, ingat ini. Orang yang kita curhati itu hanya 2 kemungkinannya: teman atau lawan. Kalau teman, mendengar kesedihan kita, dia akan ikut sedih. Sedangkan kalau lawan, dia akan senang melihat kita susah. Rela? Jadi? ⠀

Setelah mengetahui ini, saya pribadi jadi berpikir, untuk apa? Mau buat teman kita sedih atau lawan kita senang di atas kesedihan kita, keduanya bukan pilihan yang saya inginkan. ⠀

Kita harus lebih berhati-hati jika merasa butuh curhat. Tidak sembarangan, ke banyak orang, apalagi ke media sosial. Untuk apa? Kalau teman kita banyak, mungkin kita bisa mendapatkan simpati. Lalu berharap dikasihani? ⠀

Seorang ustadz yang bijak mengatakan, “Curhatnya orang beriman itu kepada Allah. Silahkan curhat, berkeluh kesah, menangis, dalam doa kepada-Nya.” Dijamin aman! Gak bakal bocor. Lalu beliau melanjutkan, “Kita boleh menceritakan masalah kita pada manusia,  hanya dalam rangka 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗼𝗹𝘂𝘀𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗮𝗵𝗹𝗶𝗻𝘆𝗮. Misalnya, mengeluhkan sakit kepada dokter agar mendapat diagnosis dan solusi terbaik untuk kesembuhannya. Atau kepada psikolog anak atau pakar parenting dalam hal pendidikan anak. Dan kepada orang yang ahli di bidang lain, sesuai dengan masalah kita.  ⠀

Curhat kepada manusia juga harus hati-hati, kalau tidak ingin rahasia kita menjadi konsumsi publik. Tidak jarang ada kasus, seseorang bercerita masalahnya dengan menambahkan kalimat, “Jangan bilang siapa-siapa ya.” Ternyata orang yang diceritakan itu menceritakannya lagi pada orang lain dengan kalimat tambahan yang sama: jangan bilang siapa-siapa. Terus begitu hingga rahasia itu menjadi rahasia umum, diketahui banyak orang sedang dia sendiri tidak menyadarinya. Miris kan? Ya tapi itulah yang banyak terjadi.⠀

Selama belum keluar dari mulut kita, kata-kata itu sepenuhnya milik kita, di bawah kontrol kita. Tapi sekali dia keluar, dia sudah bukan milik kita lagi. Meskipun isinya tentang kita, cerita kita. Bisa menyebar kemana pun kepada siapapun, tak bisa lagi kita kontrol. Maka, hati-hati ya. Hati-hati. ⠀

Terakhir, saya hanya menyampaikan, sebagai kewajiban mengingatkan sesama. Namun saya juga masih belajar. Saling mengingatkan ya 😊⠀

Baca Juga: Tentang Mampu senDiri dan Butuh Orang Lain (Coaching Insight)
#30dwc #30dwcjilid22 #day13



Pink dan Kaum Adam Zaman Now

11:44 AM 2 Comments
Saya sudah pernah bilang belum sih, kalau saya suka sekali warna pink? Meski kesannya kekanakan, ndakpapa, saya suka! Dulu sukanya toska, sebelumnya lagi saya suka sekali warna ungu, sampai pernikahan saya nuansanya ungu. Love! Waktu itu, saya melihat warna pink sebagai warna yang cantik, namun terlalu remaja dan anak-anak, sedangkan ungu sama manisnya tapi mengesankan lebih dewasa, hehehe...⠀

Lama-lama seiring bertambah tuanya usia, eh kok saya malah lebih suka yang sebelumnya saya bilang warna anak-anak. Pink! Cat dinding rumah juga dominan pink, hahaha... Sedangkan ungu, sudah biasa saja. Gitu dia mah, bosenan anaknya.⠀

Tapi kesukaan terhadap warna pink ini sudah beberapa tahun terakhir ini sih. Mungkin sudah dari lama, namun gengsi karena ingin mencitrakan diri sebagai pribadi yang dewasa (anjay, jadi selama ini pencitraan). Akhirnya secara tidak sadar saya tekan untuk tidak muncul, tapi yang ada malah masuk ke 𝘶𝘯𝘤𝘰𝘯𝘤𝘪𝘰𝘶𝘴 𝘮𝘪𝘯𝘥 saya. Saya tidak sadar sampai sahabat saya sejak SMA mengatakan ketika saya main ke rumahnya dan mengenakan jilbab warna pink, “Warna wajib Farah ya Far dari dulu,” tentang jilbab saya. Eh, iya juga ya. Apapun bahan kain kerudung yang saya punya, pasti ada warna pinknya. 🙈 Kemudian di satu bahan yang sama, kadang saya punya beberapa gradasi warna pink. Kalau mata lelaki mah melihatnya sama saja kali ya, sama-sama pink, apa bedanya? 😛⠀

Lalu, semua pasti setuju kalau pink itu kan mengesankan 𝘨𝘪𝘳𝘭𝘺 ya... Terus bagaimana kalau cowok yang pakai?⠀

Beberapa spektrum warna pink masih ada yang cocok untuk dipakai cowok sih menurutku. Aku sendiri pernah membelikan kemeja pink buat suami. Seperti ini. ⠀
Masih fit lah ya pinknya 😀
 Bukan baby pink tentunya yaaa, hehe... Karena kalau melihat cowok pakai baby pink, saya masih 𝘦𝘧𝘧𝘰𝘳𝘵 buat nahan mulut gak nyengir dan gak komentar 🙊 wkwkwkwk. ⠀
Nah, kalau pink yang dipakai di foto Papa Coach ini bagaimana menurut kalian Guys? ⠀

Foto diambil tanpa izin, 
namun disebarkan dengan izin sepenuh hati oleh si empunya 

 #30dwc #30dwcjilid22 #day 12⠀

Friday, February 28, 2020

Food Photo&Review: Martabak Orins

10:03 PM 0 Comments
H+1 banjir, alhamdulillah saya mendapat kiriman makanan yang enak banget, berasa mevvah dan di saat yang paling membahagiakan: sore, sedang dingin setelah 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘪𝘳 berjam-jam, dan lelah setelah seharian beberes rumah dan perabot bekas banjir. Martabak telur. Panas. Enak. Banyak. Enak (lagi) banget. Maa sya Allaah. ⠀
Martabak telur
Martabak Telur Orins. Sekotak lengkap, cukup besar. Besar banget sih. Waktu datang, isinya masih hangat cenderung panas yang pas banget suhunya untuk dimakan. Tebalnya kira-kira 2 kali martabak telur abang-abang, juga besarnya secara keseluruhan.

Ketika digigit, campuran telur, bumbu, daun bawang yang tidak berlebihan, terasa sangat enak. Ditambah dengan potongan daging sapi yang juga gak kebanyakan, berasa tapi. Enak lah pokoknya. Saya yang lagi diet langsung lupa seketika. Eh, baru inget, emang udah gak diet ding 🙊 ya maap namanya juga lupa.


Setelah habis 3 potong yang cukup besar dan merasa kenyang, saya baru teringat belum bikin tulisan untuk kemarin dan hari ini. Oh ya, foto martabak ini bagus kayaknya. Sekalian review. Hihi... ⠀

Saya jadi teringat ceramah seorang ustadz, bahwa pahala, atau nilai sebuah ibadah itu tergantung seberapa keras usaha/kadar lelah seorang hamba untuk melakukannya. ⠀
“Pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan,” (HR. Muslim). ⠀
Semakin susah, semakin besar usaha yang dikeluarkan untuk melakukannya, semakin besar pula pahala yang akan didapatkan. Maka, tentu saja sedekah yang terbaik, besar nilainya, tentu beda dengan sedekah yang sekadarnya.⠀

Jazakumullah khayran katsir, dear Tetangga Baik Hati 😊⠀

Baca Juga: Hak Guna Pakai Rezeki
#30dwc #30dwcjilid22 #day11

Happiness Blogger

6:02 PM 0 Comments
Sebagai blogger, saya tuh bukannya kepingin bikin buku. Yah meskipun kalau ada yang nawarin bikin buku bareng juga bakal dipertimbangkan sih, hehehe... Saya lebih suka artikel-artikel pendek saya tersebar meski sedikit-sedikit dan gratis, tapi menjangkau sebanyak mungkin orang yang bisa dijangkau. Baik oleh saya, orang lain, maupun oleh mesin bernama internet. Laman farahzu.com ya jangan lupa dibaca 😌

Bukan juga sekedar ingin terkenal, bukan. Tapi saya ingin bisa menebar kebaikan (meskipun sedikit-sedikit) dan menyentuh sebanyak mungkin hati. Tujuannya apa?
Saya ingin semakin banyak orang berbahagia di dunia ini. 𝘐𝘴 𝘪𝘵 𝘴𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 𝘦𝘯𝘰𝘶𝘨𝘩, 𝘰𝘳 𝘴𝘰 𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘪𝘤𝘢𝘵𝘦𝘥? Saya ingin menjadi penambah kebahagiaan, bukan membuat orang tertawa.

Orang tertawa mungkin saja gembira. Namun belum tentu orang yang banyak tertawa lebih bahagia daripada orang yang banyak menangis, dan sebaliknya. Ada lho orang yang menertawakan ketidakbahagiaannya. Tidak sedikit juga kan orang yang menangis saking bahagianya?

Bila orang sudah menemukan kebahagiaan yang HQQ (baca: hakiki, bahasa anak 𝘫𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘯𝘰𝘸), maka ia sudah melepaskan (𝘳𝘦𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦) hal-hal negatif yang tak perlu dari hidupnya, hama atau racun yang mengotori hatinya. Dia akan mudah memaafkan; kesalahan di masa lalu, dirinya, dan orang lain. Kalau orang sudah menemukan bahagia yang HQQ, maka bagaimana pun keadaannya di mata manusia, dia tak akan risau. Dia tahu di mana puncak kebahagiaannya nanti tak kan berujung: akhirat, yang luasnya seluas langit dan bumi. Dia tak risau, dia lapang, dia bahagia.

Kalau hidup sudah bertemu dengan kebahagiaan yang HQQ, berarti dia sudah terhubung dengan Tuhannya, sumber segala kebahagiaan. Dia paham bahwa setiap dosa ada balasannya, setiap jengkalnya menjauhkannya dari rido Tuhannya, maka dia lekat dengan taubat.

Kalau banyak orang sudah menemukan jalan-jalan menuju kebahagiaan HQQ-nya melalui huruf demi huruf dari artikel saya, berarti saya adalah orang yang paling berbahagia. Karena arti nama ‘bahagia’ yang saya sandang setiap detik ke mana-mana ini, terlalu kecil bila dimaksudkan hanya untuk kebahagiaannya sendiri saja.

Dear Kamu, kalau suatu saat kita bertemu dan ternyata aku membawakanmu kesedihan atau luka, tolong ingatkan aku akan namaku ya. Kamu berhak untuk itu 🙂

Friday, February 21, 2020

Memetik Pahala Setelah Meninggal Dunia

12:37 PM 0 Comments
Saya punya kebiasaan mendengarkan ceramah online, baik melalui youtube maupun podcast. Lebih sering sih saya unduh (𝘥𝘰𝘸𝘯𝘭𝘰𝘢𝘥) dulu baru disimak, supaya tak terkendali sinyal ketika sedang serius mendengarkan. Tapi yang namanya anak setengah-visual setengah-kinestetik kek ane nih, mana bisa dengerin audio doang sambil diem. Biasanya saya dengarkan sambil mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tak perlu berpikir, seperti beberes rumah, memasak, atau selama perjalanan di kereta atau transjakarta. (Sponsor: tapi tetap di-𝘱𝘢𝘶𝘴𝘦 kalau sedang transit yaa). Kalau badan diam, selain ngantuk, gak ada waktunya juga hihihi... Jadi pekerjaan selesai, tujuan sampai, ilmu dapat, waktu tak sia-sia (bengong).

Nah, kemarin ketika sedang cari ceramah di podcast, nemu ceramah KH. Zainudin MZ (Allahu yarham). Judulnya sih ceramah lucu beliau. Kangen juga sih, akhirnya saya simak.⠀

Iya sih jamaahnya sering tertawa, tapi tertawa tersindir atau menyindir. Misal, “Manusia kalau akalnya kalah, bisa lebih rusak dan rakus dari binatang. Senafsu-nafsunya sapi, makanannya rumput doang. Kalau manusia? Aspal, kabel telepon, dan lain-lain bisa dimakan juga!” Sekilas lucu sih, tapi itu sebenarnya beliau menyindir pejabat yang korupsi proyek aspal dan kabel telepon, pada masa itu. Mau gak mau saya meralat kata ‘lucu’ itu. Itu gak lucu. Itu sindiran. Meskipun hanya sinis, tidak sampai sarkasme. ⠀

Selain lucunya, mendengarkan ceramah beliau bisa bikin mewek juga. Karena mungkin hatinya selalu terhubung dengan Allah, jadi sangat mengena ketika menyentuh hati kita. Salah satunya ketika beliau bilang, “Nabi Adam ‘alaihis salam dosanya satu, dikeluarin dari sorga. Lah kita dosanya banyak, pengen masuk! Untungnya Tuhan kita tuh bukan Tuhan pendendam. Allah ramah dan Maha Rahman. Kalo masuk surga cuma ngandelin ibadah sendiri, roman-romannya sulit nih. Rasa-rasanya sulit masuk surga. Saya tau solat saya seberapa. Sedekah saya berapa duit. Ibadah yang lain juga, saya tau, bakal sulit diandelin.”⠀
Lah gimana ane, Ustad?😭⠀
Dan masih banyak yang lainnya. Cari sendiri aja ya Guys. Biar lengkap, biar afdhal. ⠀

Insight apa yang mau saya share di tulisan ini? Apa ya?⠀
Bahwa orang shalih itu, usianya lebih panjang daripada tahun-tahun hidupnya di dunia. Setelah meninggal dunia pun, masih bisa memetik pahala dari hati-hati yang tersentuh, yang tergerak untuk beramal, hati-hati yang bertaubat. Pe er bagi kita, bagaimana agar setelah kita mati nanti, jariyah kita tetap mengalir teruuuuuuss-menerus. ⠀

Bagaimana caranya? ⠀
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)⠀

Yuk tanam amal jariyah! Jangan kebanyakan mikir dan negosiasi sama setan, nanti kita ga beramal-amal. Yang terakhir ini pesan dari Ust. Khalid Basalamah. Dengerin ceramahnya di Youtube dan Podcast juga hehehe...

Baca Juga: Hanya Titipan
#30DWC #30DWCJilid22 #Day6

Thursday, February 20, 2020

Tampilan Luar Bisa Menipu

5:31 PM 0 Comments
Photo source: link
Ceritanya, suatu sore saya pergi ke swalayan dekat rumah dengan mengendarai motor. Meskipun dekat saya tetap pakai helm lho pemirsa (iklan safety hehehe). Ketika sedang parkir, lewatlah beberapa orang karyawan yang salah satunya membawa brosur. Dia menyelipkan brosurnya di 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 motor yang dia pilih. Beberapa, tidak semuanya. ⠀
“Yang bagus-bagus aja lah yang Gua kasih”, katanya setengah menggumam sendiri. ⠀
Salah seorang temannya menanggapi, “Eh, bisa jadi yang bagus itu masih 𝘯𝘺𝘪𝘤𝘪𝘭 lho, atau yang motor jelek malah beli tunai!”⠀
Si mbak pembawa brosur nyengir sambil bilang, “Biarin”, lalu melanjutkan memilih motor bagus untuk diselipkan brosur.⠀

Mendengarnya, saya jadi nyengir dalam hati, memikirkannya lebih jauh. ⠀
Bisa jadi, si mba berpikir dia sudah bekerja cerdas dengan menargetkan 𝘱𝘳𝘰𝘧𝘪𝘭 tertentu untuk memasarkan produknya. Sangat mungkin dia tidak berpikir kalau ada kemungkinan motor bagus itu 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘯𝘺𝘪𝘤𝘪𝘭, sampai temannya mengatakan demikian. ⠀
Namun bisa jadi juga, si mba memutuskan tetap memilih motor yang bagus-bagus saja untuk dia selipkan brosur, meskipun mungkin motor itu cicilan, karena perihal 𝘨𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 atau kebiasaan. Maksudnya begini. ⠀

Kalaupun memang itu motor cicilan, 𝘸𝘩𝘪𝘤𝘩 𝘪𝘴 si pemilik tidak punya uang kontan untuk beli tunai, besar kemungkinan dia akan tidak sayang mengeluarkan uang untuk cicilan yang kedua. Atau yang kesekian. Get my point? Menganggap bahwa nyicil/kredit itu biasa. Jadi kemungkinan beli produk si mba lebih besar dong, dibanding dengan orang yang bersabar mengumpulkan uang untuk beli motor dengan tunai? Ibaratnya, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘴𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘩 𝘥𝘶𝘪𝘵 𝘨𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳.⠀

Boleh juga Mbak mikirnya. ⠀

Tapi saya tetap mengingatkan Guys, jangan kebiasaan ngutang apalagi bermudah-mudah ambil cicilan ya. Kamu boleh ngutang kalau memang mendesak sekali, misal udah gak ada duit buat beli makan, atau kebutuhan mendesak lainnya. Itupun berhutang. Yang benar-benar ga boleh kalau ada ribanya. Inget, riba itu dosanya beraaadd..kamu ga akan sanggup. Dan jangan ragu, Allah Maha Kaya. Minta pada-Nya, sebanyak apapun. Allah tuh malu kalau tidak mengabulkan doa hamba yang berdoa mengangkat tangannya. Okei?⠀

Nb: buat kamu yang kenal saya, pasti tau saya tuh cuma cerewet kalau saya peduli. 𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢, tentu saja. I love you all Guys because of Allah ❤️⠀
* saya tidak mengatakan bahwa semua motor bagus itu cicilan yaaa.. bisa dicermati semuanya saya kasih kata ‘mungkin’ atau ‘bisa jadi’.

Baca Juga: Mengaktifkan Mode Siap Kerja
#30DWC #30DWCJilid22 #Day5

Wednesday, February 19, 2020

Mintalah Seseorang Sekali Saja

9:50 AM 0 Comments

Aku mau sharing satu hal nih temans, bahwa dalam banyak contoh pergaulan sesama orang dewasa, kita hanya perlu meminta seseorang melakukan sesuatu itu, cukup satu kali saja. kalau mau nasihatin orang tuh, cukup sekali saja. Tak perlu lah diulang-ulang, mengulang sampai 2 kali itu sudah maksimal lah. Dalam hal orang itu normal ya, punya kecerdasan/IQ rata-rata atau lebih. Bisa terhadap pasangan, saudara, teman, atau orang lain pada umumnya. Kalau anak-anak? Ya tergantung sampai tahap mana kematangan akalnya. Hehehe…

Percaya deh, orang yang paham pembicaraan kita, maksud kita, keinginan kita, punya waktunya sendiri untuk berubah.

Baca Juga: People Change

Apa yang kita katakan atau kita inginkan dia berubah, pasti masuk ke pikirannya dia. Artinya, dia memikirkan hal itu. Tinggal terserah dianya mau mengikuti atau tidak, atau mengikutinya tapi nanti.
Kalau orang itu nampaknya tidak mau menurut atau mengikuti nasihat atau saran dari kita, santai dulu aja, kamu harus tetap waras. Berpikirlah begini, “Nanti juga kalau sudah dipikirkan dia akan tau saran/maksud kita baik”. Atau, “porsi saya hanya memberi saran/nasihat, kalau dia punya opsi lebih baik, itu pilihannya.”

Ga usah diulang-ulang untuk memastikan dia mengikuti yang kita inginkan. Jangan cerewet, nanti dia bisa ilfeel (ilang feeling). Bisa jadi, dia malah tidak mau melakukannya sama sekali.
Selain itu, memang ada orang yang templatenya nolak aja dulu. Mikir kemudian. Hahaha. Jadi jangan baper.
Kecuali, nasihat itu memang penting sehingga diperlukan internalisasi dengan mengulang-ulangnya. Mengulang boleh saja sih, yang jangan itu ‘mencecar’. Artinya, lebih baik mengulang pesan pada waktu-waktu yang berbeda, bukan berkali-kali mengulang pesan yang sama dalam 1 waktu atau kesempatan yang sama. Terkesan seperti mandor yang, ‘lakukan seperti ini, sekarang, saya awasi sampai benar’. Dan itu tidaklah nyaman apalagi bagi orang yang kedudukannya setara dengan kita atau di atas kita. Seperti digurui dan dimandori, seperti anak-anak saja. Tidak diakui harga dirinya, tentu saja membuat orang semakin kesal pada kita.

Jangan sampai kan, niat baik kita malah berbuah kekesalan orang yang dituju pada kita. Kalau sudah begitu akibatnya bisa makin parah, sudahlah dia tidak mau mengikuti permintaan kita, ditambah pula dia tidak menyukai kita. Ya makin tidak sampai lah pesan yang ingin kita berikan. Tul ga?

#30DWC #30DWCJilid22 #Day4

Tuesday, February 18, 2020

Insight dan Kebijaksanaan

4:37 PM 2 Comments
Insight adalah pemahaman mendalam mengenai sesuatu, yang terkait dengan diri kita. Insight ini biasa juga disebut dengan hikmah atau pembelajaran. Insight apa yang didapatkan? Hikmah apa yang diperoleh? Pembelajaran apa yang bisa diambil? Ketika seseorang ditanya apa insight yang didapat dari sebuah pelajaran, kalimat jawabannya selalu menambah pemahaman dan kebijaksanaan dirinya.
psikologi

Meskipun ada banyak orang sekaligus mempelajari hal yang sama, di kelas yang sama, dengan pengajar yang sama, dan mengerjakan tugas yang sama, uniknya, insight yang didapat sangat bisa berbeda-beda setiap individu. Hal ini dikarenakan insight itu tergantung pada beberapa hal. Yang pertama, tergantung pada hal apa yang penting menurut seseorang, atau yang menjadi isu dalam hidupnya. Bila relationship (hubungan sosial) sedang menjadi isu dalam hidupnya, biasanya insight yang dia ambil ya di sekitar itu; seperti, “ooo, berarti kita perlu memahami diri sendiri dulu ya sebelum memahami apa maunya orang lain”, misalnya.

Kedua, insight/hikmah/pembelajaran itu tergantung juga pada prior knowledge seseorang, atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Orang cenderung akan mengaitkan hal baru yang didapatnya dengan pengetahuan-pengetahuannya yang sudah ada, jadi dia bisa menempatkan pengetahuan baru itu di tempat yang sesuai di kepalanya. Ia akan menyelaraskan pelajaran barunya dengan pengetahuan yang ia miliki sebelumnya, sehingga menjadi pemahaman baru yang lebih kaya dan ajeg terhadap sesuatu. Nah, tapi tidak hanya menambah pemahaman, insight yang diperoleh juga bisa mengganti pemahaman lamanya lho. Tergantung sekuat apa pelajaran baru itu membekas pada dirinya.

Mengambil/merumuskan insight itu penting, Guys. Eh, kenapa merumuskan? Karena memang kita perlu membiasakan diri mengambil hikmah dari pelajaran atau kejadian apapun. Kalau tidak, sayang sekali, ilmu baru yang didapat hanya akan lewat di alam kognisi (pikiran), tanpa membekaskan apapun pada pendewasaan diri kita. Selain itu juga akan cepat dilupakan. Meskipun mungkin kadang-kadang kita sulit untuk menemukan sebuat insight/hikmah dari sebuah kejadian misalnya, gakpapa, sebut saja dulu beberapa kata sebagai awalan, nanti insight itu pelan-pelan akan teramu dengan sendirinya. Karena berbicara dan menulis itu juga membantu proses kita berpikir kok 😊 Contoh kalimat awalannya seperti, "Yang saya pelajari dari materi BMC ini adalah bahwa, selama ini ternyata..."

Bahkan, anak-anak saja bisa menjawab ketika ditanyakan insight apa yang didapatnya setelah melihat sebuah kejadian. Tentu saja setelah dikasih pengertian ya, apa itu insight, dan bagaimana contohnya. 
Ma sya Allah Tabarakallah. Coba bayangkan, kalau sejak kecil anak sudah dibiasakan mengambil hikmah/insight dari kejadian sehari-hari, tentu dia akan belajar lebih banyak dan tumbuh lebih dewasa dan matang.   

Btw, bisa gak ya orang tidak mendapatkan insight setelah ia mempelajari sesuatu? Hhmm bisa tentu saja. Yang pertama mungkin karena ia enggan dalam mempelajari sesuatu itu. Jadi, dia tidak ingin mengaitkan materi tersebut dengan apapun yang ia ketahui sebelumnya, enggan memasukkannya ke alam pikirannya. Bisa jadi karena ia menilai sesuatu itu tidak penting, atau tidak relevan dengan kehidupan yang dijalaninya atau nilai yang dianutnya. Ya, itu pilihan.

Kedua, bisa jadi memang tidak ada dot/titik di kepalanya yang bisa dihubungkan dengan materi baru tersebut. Entah karena kesulitan memahami, atau memang tidak ada space dikepalanya yang sesuai untuk menempatkan pelajaran baru itu agar selaras dengan pikirannya.

Jadi, yuk kita perbanyak dot-dot dalam pikiran kita. Semakin banyak hubungan antara dots (titik-titik) itu, maka semakin cerdas lah seseorang. Artinya semakin banyak yang ia tahu, semakin banyak juga ‘amunisinya’ dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; yang berarti, makin cerdas dia.

Caranya tentu saja dengan banyak belajar, dan juga yang terpenting, banyak mengambil pembelajaran/hikmah dari apapun. Karena kata hikmah (insight/pembelajaran) itu dekat dengan hakim, artinya bijaksana. Orang yang pandai mengambil hikmah, akan menjadi orang yang bijaksana. In sya Allah. 

#30DWC #30DWCJilid22 #Day3

Monday, February 17, 2020

Beda Tipis antara Kepo dan Peduli

2:25 PM 0 Comments
Kepo, yang merupakan kata serapan dari bahasan Hokkian ‘kay poh’ atau ‘kaypo’ (bukan dari bahasa Inggris ‘knowing every particular objects’ ya), biasanya kita lekatkan pada orang yang serba ingin tahu, terutama urusan orang lain. Dan biasanya, sifat kepo ini bermakna negatif. Biasanya juga, orang risih ketika ada orang yang kepo tentangnya.
Kay po

Tapi kalau saya nih, senang-senang aja sih dikepoin. Artinya kan orang itu peduli sama saya,  hehehe. Bagaimana tidak, saya saja tidak pernah mencari tahu tentang dia, eh dia dengan senang hati meluangkan waktu, tenaga, dan kuotanya buat sekedar ingin tau tentang saya. So sweet ga sih? Hihihi… maaciii kamu baik sekaliiii…

On the other hand, saya merasa, saya nih orang yang sangaaaaaat tidak kepo. Buat saya, semakin banyak yang saya ketahui, berarti semakin banyak juga tanggung jawab saya. Sebaliknya kalau saya tidak dikasih tahu sesuatu, berarti itu bukan urusan saya. As simple as that. Kalau saya bertanya lebih jauh/detail, itu berarti memang ada hal penting atau keperluan dibaliknya. Atau bisa juga karena saya teramat peduli pada orang itu. Sisi positifnya tentu saja, storage pikiran dan hati saya jadi efisien, lega karena tidak memikirkan banyak hal yang bukan urusan saya.

Jangankan pada orang lain, suami sendiri saja mesti berkali-kali ngasih tahu passcode gadgetnya karena saya tidak pernah hafal. Means, saya gak pernah kepoin gadgetnya dia. Apalagi password sosmednya, saya gak pernah nanya. Saya percaya. Saya titipkan dia selalu pada Allah Al-Mukmin, Yang Maha Menjaga. Lalu, selesai. Apa yang dikasih tahu ke saya, berarti urusan/masalah saya juga. Yang tidak ya biarlah.

Tapi akhir-akhir ini saya merasa, sifat gak kepo saya nih sudah hampir keterlaluan. Bedanya antara gak kepo dan gak peduli itu ternyata tipis Guys. Haha.. Saya mulai merasa bahwa ini masalah ketika saya melakukan interview orang lain, yang mana proses ini sangat biasa dilakukan oleh orang-orang dalam bidang SDM. Ketika direview, saya merasa kemampuan probing saya menurun sekali. Banyak hal tidak tergali hanya karena saya merasa sesuatu itu tidak penting, atau, dia tidak katakan, berarti mungkin saya tidak perlu tahu, atau mungkin dia tidak memperkenankan saya untuk tahu. Padahal kan itu asumsi saya, belum tentu benar. Akibatnya ya begitu itu, banyak informasi yang diperlukan tidak saya dapatkan. Insightnya adalah, saya harus mindful banget dalam setiap tanya dan jawab yang dilakukan, apakah ini perlu digali lebih jauh, atau apakah ini kepo saja? Rasanya seperti baru belajar ulang metode wawancara di semester 6 pas kuliah dulu. Hahaha.. Anyway, I’ve learned some important things.

Intinya sih, curiosity atau rasa ingin tahu itu baik, asal tidak berlebihan. Apalagi kalau curiosity itu dilandasi oleh rasa peduli yang tulus, bukan sekedar ingin mendapatkan berita dari tangan pertama untuk kemudian dilanjutkan pada orang lain lagi. Jujur, saya sering sekali merasa diperhatikan oleh beberapa orang yang dicap kepo, tapi malah yang saya rasakan adalah rasa pedulinya yang begitu besar terhadap saya. Meleleh gak siy…

Sudut pandang memang mempengaruhi pemaknaan kita terhadap segala hal. Sesuatu itu bisa jadi positif atau negatif, tergantung bagaimana kita melihatnya. Kecuali tentu saja, yang sudah ajeg pakem hukumnya ya.

Terima kasih sudah membaca Guys, semoga bisa diambil pelajaran, dan kamu makin happy setelah baca blog ini. Assalamualaikum!

Baca Juga: Law of Proximity 

#30DWC #30DWCJilid22 #Day2

Sunday, February 16, 2020

Dipaksa Diri Sendiri Itu Seringkali Menyenangkan

10:13 PM 2 Comments
Assalamualaikum Guys!
Menurut Kamu, seberapa penting sih punya komunitas? Komunitas apapun ya, dari yang resmi dan legal sampai sekedar punya komunitas pertemanan. Dari yang mengemban misi mulia, maupun sekedar geng untuk diskusi atau jalan bareng. Kalau bagi saya sih, penting banget.

Berkumpulnya kita dengan orang-orang yang punya tujuan sama, buat saya sangat membantu untuk mencapai tujuan itu. Kita bisa saling memotivasi, mengingatkan, atau bahkan memaksa; Ayo lakukan! Hahah, yang terakhir ini sebenarnya yang paling efektif buat saya. Jadi, yang paling ngena buat saya dari tergabung dalam komunitas, adalah adanya rasa malu kalau saya kalah sendiri. ‘Kalau yang lain bisa menyelesaikan challenge yang disepakati, kenapa saya engga?’ Yap, saya membuat paksaan untuk diri saya sendiri dengan menggabungkan diri dalam challenge komunitas.

Nah, berhubung saya suka dipaksa (termasuk dipaksa makan, dipaksa liburan, dipaksa beli gadget baru, seriously), saya akhirnya memaksakan diri ikut 30Days Writing Challenge (30DWC) yang sudah masuk angkatan ke 22 ini. Tidak seperti tantangan menulis selama 30 hari lainnya, 30DWC ini berbayar serta punya sistem dan aturan yang ketat. In sya Allah semua yang tergabung akan merasa sayang kalau sampai tidak menyelesaikan challenge yang diberikan. Pesertanya dari seluruh Indonesia, tergabung dalam grup yang terpantau. Selain itu pesertanya juga beragam, dari yang baru mau belajar nulis, sampai yang sudah menerbitkan banyak buku. Pokoknya di situ in sya Allah kamu gak bakal ngerasa sombong dan minder sekaligus deh. Ketje khaann?

Tertarik buat ikutan? Sabar ya, tunggu angkatan/jilid ke-23 dibuka hehehe.. Tinggalkan jejak saja di kolom komentar biar nanti in sya Allah saya informasikan. Terima kasih 😊  

Mudah-mudahan dengan mengikuti dan menyelesaikan challenge ini, saya jadi makin rajin dan berkomitmen untuk membuat tulisan yang bermanfaat ya. Mohon doanya Teman-teman. Karena bagi saya, menulis adalah proses mendokumentasikan pemikiran, sekaligus proses berpikir itu sendiri.

Baca Juga: Kepantasan

Farah Hasan, Squad 5 30DWC Jilid 22
farahzu.com
#Day1jilid22 #Squad5 #30dwcjilid22 #deklarasi

Thursday, February 6, 2020

Review: Wardah Instaperfect Hypergetic Precise Black Liner

6:54 PM 2 Comments
Assalamualaikum Guys! Udah lama nih saya gak review produk, hehe, maaf ya. Produk yang mau saya review kali ini adalah eyeliner dari brand sejuta umat: yes, Wardah Beauty. Tepatnya, Wardah Instaperfect Hypergetic Precise Black Liner.
wardah instaperfect eyeliner
Buat pemakai kacamata tak lepas-lepas kayak saya, mata yang mengecil sudah menjadi keniscayaan. Apalagi saya pakai kacamata udah lama banget, sejak kelas 4 SD. Biasa aja sih, tapi suka kelihatan kuyu kayak orang sakit, padahal lagi sehat dan udah dimelotot-melototin matanya hahaha. Kan sedih, kasihan gitu. Ternyata, pakai segaris eyeliner cukup membantu membuat mata saya terlihat lebih melek dan siap menghadapi tantangan hidup (eh?).

Sayangnya, saya kesulitan menemukan eyeliner yang smudgeproof (tidak mudah belepotan kalau kena air) namun wudhu-friendly. Kebanyakan smudgeproof eyeliner itu waterproof juga, which is menghalangi jatuhnya air pada kulit, sangat tidak dianjurkan untuk dipakai berwudhu. Setelah pencarian cukup lama, akhirnya ketemu lah saya dengan Wardah Instaperfect Eyeliner ini.
wardah instaperfect precise liner
Eyeliner ini dari seri Instaperfect-nya Wardah, jadi warnanya juga senada dengan produk-produk lain dari seri ini, semacam nude pink gitu, kesukaan saya banget lah. Orang-orang bilang eyeliner jenis ini namanya pen eyeliner, tapi buat saya ini eyeliner spidol. Eyeliner bentuk spidol ini favorit banyak orang termasuk saya, karena praktis dan mudah sekali digunakan, cocok banget buat pemula. Waktu awal beli ada dusnya, tapi maaf sudah saya buang sebelum difoto >.< Kalau sedang tidak dipakai, harus dipastikan tutupnya menutup sempurna ya. Karena ada yang bilang produk ini gampang keringnya.
instaperfect hypergetic
maybelline eyeliner
Kuasnya cukup runcing sehingga pas lah kalau di namanya ada kata ‘precise’, memudahkan untuk bikin eyeliner yang segaris doang buat saya. Tapi meskipun runcing, kuas ini tidak keras dan tidak kepanjangan yang bikin letoy. Sangat ergonomis.

Tinta yang dihasilkan Wardah Instaperfect Hypergetic Precise Black Liner ini hitam pekat, tapi yang biasa aja, ga bikin lebay kalau dipakai. Saya bandingkan dengan eyeliner lain yang saya punya ya, Maybelline Hypersharp (waterproof). Masih lebih pekat Maybelline sih. 
wardah vs maybelline eyeliner
Performa Wardah Instaperfect Hypergetic Precise Black Liner ini cukup memuaskan buat saya. Tidak luntur terkena air dan cukup tahan lama. Kalau saya pakai jam 6 pagi dan mau saya hapus jam 9 malam, dia masih on dengan rapihnya. Padahal udah dibasuh berkali-kali wudhu ma sya Allah. Dan karena Wardah menjamin semua produknya halal dan wudhu friendly, saya tenang pakainya. Terobosan banget sih kamu Dah… (wardah tante..)

Di mata saya yang kulitnya normal (tidak oily), eyeliner Wardah Instaperfect ini lebih tahan daripada Maybelline. Si Maybelline ini meskipun mengklaim dirinya waterproof, di saya tetap luntur meskipun ga belepotan. Tapi setiap mau bersihin wajah malam harinya, dia pasti sudah hilang.
Good job Wardah! Proud of you. Produk lokal cuy. Mama bangga. Hiks..

Okedeh, sekian review Wardah Instaperfect Hypergetic Precise Black Liner ini. Semoga membantu ya. Ingat, cari make up harus yang wudhu-friendly ya! Kecuali yang hanya dipakai pada saat sedang tidak shalat. Assalamualaikum!

Baca Juga: Review: Wardah Exclusive Flawless Cover Cushion