Follow Us @farahzu

Wednesday, August 12, 2015

Pasar Terapung, Banjarmasin

10:39 PM 0 Comments
*latepost*

Qadarullah kami sedang sering dikasih kesempatan training di Kalimantan Selatan. Dari Banjarbaru (bandara dan sekitarnya), Banjarmasin, Martapura, sampai Tanjung Tabalong ke arah KalTeng. Setelah menginjak Martapura, pada kesempatan selanjutnya saya mulai ingat-ingat dan cari informasi mengenai tempat yang akan kami kunjungi selanjutnya. Pilihannya jatuh padaaaa... Pasar Terapung! And this is a story ‘bout that.

Kami sudah tanya-tanya resepsionis mengenai transportasi ke Pasar Terapung. Menurut informasi, sebaiknya kami berangkat pukul 3 dini hari dengan memesan taksi. Tarifnya 200ribu sekali jalan dari Banjarbaru. Fyi, di sana taksi ga ada yang berkeliaran mencari penumpang, melainkan baru keluar kalau ada pesanan. Fyuh. Kami berempat; saya, Mulia, Rizki, dan Fajar. Fajar adalah leader perjalanan kami sejak berangkat dari Jakarta. Awalnya dia enggan ikut karena takut terburu-buru jadwal pesawat pulangnya. Tapi setelah tau paling lambat jam 7 pagi kami sudah bisa sampai mess kembali, dia berubah pikiran dan formasi kamipun lengkap.

Awalnya kami sepakat patungan untuk transport. Tapi fajar berinisiatif mengabari pic Pama karena kami ada di bawah tanggung jawab beliau selama di sana. Niatnya itu saja. Seriously! Tapi alhamdulillaah.. akhirnya kami disediakan transport dan supir gratisss. Alhamdulillaah, rejeki anak soleh-solehah =)

Kami sudah siap dari pukul 04.00 dini hari, berdasarkan saran dari pic. Tapi supir dan mobilnya baru datang jam 04.30. Rrrrrgghh..risiko nebeng ga boleh protes. Mungkin ngebut (mungkin, karena kami semua tidur di mobil), kami sampai di lokasi jam 05.00 bertepatan dengan subuh. Shalat lah kami di sebuah masjid bersejarah, yaitu Masjid Sultan Suriansyah di Kuin Utara. Lumayan megah dan terawat, lantainya kayu besi, kubahnya menyala warna-warni. Jamaahnya juga lumayan. Tapi kebanyakan orang tua dan, pelancong seperti kami ini.
Masjid Sultan Suriansyah, Kuin Utara

interior please find at instagram @farahzu

Kami sempat ragu waktu disuruh pakai life-vest. Malu. Keliatan banget turisnya. Hihihi... tapi ketika Fajar bilang pernah ada karyawan yang mati tenggelam, tanpa ragu kami langsung mengenakannya. Bodo amat deh yang penting safety first!

Kami menyewa perahu yang tak bisa turun harga meski ditawar, 250ribu pulang-pergi. Jelas aja ga bisa turun, orang yang nawar pake life-vest gitu. Hahah.
sudah di atas perahu, (akhirnya) pake life-vest
 Sepanjang sungai, di kanan-kiri, kami menjumpai banyak sekali mushola atau surau atau langgar. Kota seribu surau katanya.

waiting for sunrise


 Meskipun sudah pagi-pagi, ternyata kami telaaaaattt... ternyata... pasar itu ramainya jam 2 s.d. jam 3-an.. kalau seperti kami yang hanya melancong, mungkin dianggap cukup dengan bisa sarapan di atas perahu. Huhu. Tapi tetep alhamdulillah. Ini pengalaman indah buat kami. Para pedagang yang tinggal sedikit itu berlomba mengayuh perahunya mendekati kami, para pelancong ber live-fest mencolok. Mangsa empuk! Ibu-ibu tua pada gesit banget mendayung perahu. Kami membeli seadanya yang bisa dibeli, pisang dan sebuah buah aneh yang saya lupa namanya (csdfkjwefncjnciwrhglakfpqwk). Hafal dengan perilaku pelancong macam kami ini, pemilik perahu berusaha mendekati perahu penjual sarapan yang sudah dirubung 2-3 perahu pelancong lain. Mepet-mepet canggih, akhirnya kami bisa merapat. Yaa setelah perahu lainnya pergi sih karena isinya udah pada kenyang. Hehee..

Kami sarapan di atas perahu. Nasi, mengambil gorengan dan kue-kue dengan tongkat panjang yang disediakan, dan semuanya memesan teh manis kecuali saya. Saya bawa minum air putih dengan perasan jeruk nipis. Saya nyicip juga sih tehnya Mulia.

pilih-pilih kue di perahu sebelah
saya tau kalau lagi makan itu pasti ga caem difoto. thats why ane nunduk aja gan. hehe..




 Bapak-bapak penjual sarapan di perahu samping kami. Dengan santainya ia melayani pembeli, lalu sambil menunggu ia mencuci gelas bekas pembeli dengan sabun cuci piring dan...dan...membilasnya dengan air sungai. Wkkhh! Kami berempat terdiam saling berpandangan. Mau muntah. Bayangin ajaaa itu kita mau nyelupin tangan ke air aja geli. Soalnya di sisi lain sungai, banyak penduduk sedang ‘bersih-bersih’ di sungai yang sama, dengan air yang sama. T____T Seketika lah bekal minum saya –yang agak asam itu— langsung habis, disambar 4 orang yang ingin mencuci mulutnya. Hahahahaha!


botol bekal minum untuk 'mencuci' mulut kami
 Well. Seru kok pengalaman barunya. Sunrise kami nikmati di atas perahu sambil mengisi perut (inget makanannya aja ya, minumannya ga usah!).




Buat saya, ini perjalanan menjelajah budaya, meskipun hanya di permukaannya. Bagaimana masyarakat sekitar sungai menjalani kehidupan yang sangat berbeda dengan kita-kita yang biasa memijak tanah tanpa risiko tenggelam atau sekedar goyangnya perahu terkena ombak dan arus air dari dan menuju laut. Bagaimana anak-anak di sana saling bermain, kalau loncat dari rumah saja sudah langsung bisa berenang. Seru lah pokoknya. Alhamdulillah. 
udahmandi-belummandi-belummandi-udahmandi




habis belanja!






*photos were taken by Fajar w/iphone 4s. Foto-foto saya raib karena sd card-nya rusak. Hiks! Ada sih beberapa di instagram. Feel free to see @farahzu. Thank you!