Follow Us @farahzu

Showing posts with label My Thought. Show all posts
Showing posts with label My Thought. Show all posts

Sunday, June 25, 2023

Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini (Minat Literasi)

6:37 AM 0 Comments

Anak 2 tahun memilih membuka buku baru lebih dulu dibanding mainan baru (dari jenis yang dia suka) ketika disodorkan bersamaan; ibunya bahagia dan bersyukur sekali. Habis itu mainannya diambil juga sih, dan tentu dia suka juga. Tapi itu menunjukkan dia lebih tertarik pada bukunya. Mungkin nilainya 9 untuk buku dan 8,5 untuk mainannya.

 

Betul bahwa menumbuhkan minat baca itu tidak instan; tapi tidak sulit juga. Kuncinya, paparkan anak dengan buku-buku yang sesuai dengan usianya. Untuk anak usia dini, tentu saja picture book ya, jangan novel hahaha…

 

Sebenarnya kalau menurut saya pribadi, buku anak itu tidak perlu yang punya fitur-fitur unik atau gimana-gimana sih, yang biasanya malah membuat buku anak jadi mahal. Bergambar saja itu sudah cukup.

Yang takut anak bosan dan tidak tertarik itu orang tuanya, yang mungkin sudah punya pengalaman membosankan dengan buku. Anaknya? Belum!

Anak masih netral, belum punya pengalaman, jadi ketika diberikan buku, dia akan memperlakukannya sama dengan mainan pada umumnya. Dilihat, dibuka-buka, dilempar, digigit, dirusakin; itu bukan berarti dia tak suka buku. Seperti biasa, dia hanya eksplorasi.  Ingat, anak belum punya memori traumatis pada buku, tidak seperti (mungkin) sebagian orang dewasa. Jadi, santai saja.

Dilempar, dibuang; tenang. Besoknya kasih lagi, lagi, lagi, nanti juga dia mau. Akan ada masanya dia pasti tertarik dengan bendanya, gambar-gambarnya, hingga nanti dia akan terbiasa.

Fyi, anak saya kecilnya sungguh tidak anteng. Tidak santai, bahkan boardbook saja rusak. Jangan tanya rentang fokus, pendek sekali. Sebenarnya normal sih untuk usianya saat itu. Tapi saya tidak menyerah membacakan buku untuknya. Meskipun direbut, ditinggal, dicuekin; tetap saya bacakan. Akhirnya mungkin dia kasihan dia penasaran juga. Hingga di usia 2 tahunnya, dia sanggup duduk menikmati cerita cukup panjang dalam waktu 8 menit atau lebih, maasyaa Allah. (Rata-rata 4-6 menit untuk anak usia 2 tahun; 2-3 menit dikali usia dalam tahun).

 

Jadi tips berikutnya adalah memperlakukan buku dengan netral, tanpa atensi negatif, sama seperti benda lainnya atau mainan.

meskipun mati lampu; atau karena tertarik senternya ya >.<

Tips berikutnya adalah mengenalkan buku pada anak sejak sekarang. Sedini mungkin. Bila memungkinkan bahkan bisa dari sebelum anak lahir. Kalau sudah terlanjur ya tidak apa-apa, segera kenalkan anak dengan buku sejak sekarang. Sedini mungkin. Yah kan pake ngulang. Wkwkwkwk

 

Bhaiqlah, itu saja dari saya, semoga bermanfaat ya. Assalamualaikum!


Saturday, June 24, 2023

Orang Ekstrovert dan Introvert, dan Kebutuhannya dalam Bersosialisasi

2:41 PM 0 Comments

 Tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pastinya sudah akrab sekali di telinga kita ya, karena pembagiannya cukup sederhana dan mudah dipahami oleh orang awam sekalipun. Eh, tapi pengertian introvert dan ekstrovert ada banyak lho. Kita bahas yang awam diketahui saja ya, karena pokok bahasan ini bukan pada definisi-definisi kok. Hehehe..

sumber gambar

Menurut salah satu kakeknya ilmu psikologi, Carl Jung (1920), orang ekstrovert mendapat energi/gairah dari interaksi sosial; itulah mengapa kepribadian ekstrovert biasanya dipahami sebagai kepribadian yang terbuka dan senang bergaul. Sedangkan orang introvert mendapatkan energi dari menyendiri. Biasa dipahami, orang introvert cenderung tertutup dan lebih suka menyendiri (sumber: link). 


Apa iya begitu? Let’s cekidot!

Oh ya, bagaimana pula kedua tipe ini ketika bersosialisasi dan bekerja sama dengan orang lain? Kita bahas lewat cerita ya.


Meskipun nampak ceria dan termasuk mudah bergaul, saya ini orang yang introvert. Saya bisa bersosialisasi dengan siapa saja, memulai pembicaraan dengan orang baru, suka bercanda, bahkan usil. Tapi iya, saya introvert. Di mana introvertnya?


Salah satunya, bahwa saya mengeluarkan energi untuk melakukan hal-hal tersebut. Ada masanya saya terlibat dalam sebuah project yang sangat intens bersama tim. Berkumpul sejak pagi-pagi sekali, sampai lewat tengah malam bersama orang-orang. Karena saya mengeluarkan energi untuk itu, tentu saja ada batas habisnya dong. Saya yang bisa bersikap sangat proper di pagi hingga sore hari, mulai sewot ketika sudah tengah malam tapi orang-orang di sekeliling saya masih bisa bercanda dengan berisiknya di sela-sela pekerjaan. Cuma ke teman kanan-kiri sih sewotnya, ga sampe semua tau.


Iya, saya sewot dan uring-uringan sekali saat itu. Rasanya mau nangis karena saking capeknya, pengen pergi aja dari situ, saya lelah, saya ingin mereka serius agar pekerjaan cepat selesai dan saya bisa istirahat untuk mengisi kembali energi saya. 


Nah, di sini bedanya dengan orang ekstrovert. Bagi orang ekstro, melihat saya yang uring-uringan saat itu pasti kesal. Dan mereka akan bilang, jangan gitu lah, sabar, kita semua juga capek. Jadi jangan merusak suasana lah gitu kali ya maksudnya.

%@#&^%#&^@%*@^&@^$!&^@$^@#^(@&#*@#&@??!!!

Sedangkan orang intro kalau mau nyolot akan bilang, ya kalau lo capek ya serius lah biar cepet selesai, bisa cepet istirahat, jangan malah haha hihi! Bete kan?

Kenapa bisa begitu? Kalau orang introvert udah dijelasin di atas ya, mereka bukan ga bisa atau ga suka bersosialisasi, bukan ga bisa asik; tapi karena orang introvert mengeluarkan energi untuk itu. Sedangkan orang ekstrovert, mendapatkan energinya dari interaksi sosial. Jadi pada saat energi untuk bersosialisasi si introvert mulai habis, dia perlu ruang untuk dirinya sendiri agar energinya kembali terisi dan siap berinteraksi kembali.

Orang ekstrovert sebaliknya. Ketika mereka lelah berpikir dan bekerja sendiri (karena kerjaannya kan masing-masing), bertemu banyak orang dan bercanda dengan mereka merupakan aktivitas charging-nya yang bisa membantu mereka tetap normal.

Jadi buat kita semua yang senantiasa harus/perlu berinteraksi dengan orang lain, pandai-pandailah mengenali diri sendiri, dan bijak-bijaklah menentukan respon yang tepat terhadap orang lain. Jangan sampai aktivitas charging kita malah makin menghabiskan energi orang lain yang sedang ia irit-irit. Temukanlah cara agar dalam tim kita semuanya win, semuanya menang dan tidak ada yang dirugikan, sehingga kerja tim berlangsung kondusif dan produktif.


Tidak hanya untuk tim kerja ya, tim di rumah tangga juga sama! Cara mudahnya kalau kita awam dan ga tau pasangan kita tipenya apa, tanya aja: Kalau lagi begini kamu maunya aku bagaimana?


Jadi pengen sharing kan Gaes, boleh ga? Pernah suatu kali, di hari Ahad yang semua orang Indonesia tau itu adalah hari libur, suami saya dapat pekerjaan yang sangat pelik dan menuntut konsentrasi tinggi. Sebagai istri yang baik, saya ingin mendukung suami saya dengan memberinya ruang dan tidak mengganggunya. Saya mengerjakan banyak hal di ruangan lain, termasuk dapur dan membuat makanan/minuman yang saya harap bisa membantunya. Karena saya pikir, kalau saya sedang serius kerja, maunya digituin. Jangan diganggu.


Tapi ternyata tetoooott! Dia malah memanggil saya, minta ditemenin. Ditemeninnya menurut saya aneh; saya boleh ambil apapun (handphone, buku, bahkan mungkin adonan di dapur) yang penting saya ada di satu ruangan dengan dia yang sedang kerja itu. Bahkan dia membolehkan saya nyanyi kenceng-kenceng di situ! Mak, ini bukan gua banget. Yeah fyi, suami saya ekstrovert. (Hhmmm tapi mungkin juga dia ambivert sih).


Begitulah gambarannya. Empati boleh, tapi jangan pukul rata bahwa kebutuhan orang lain itu sama dengan kebutuhan kita ya! Daripada salah respon, mending komunikasikan saja, tanya orang yang bersangkutan, maunya apa.

Mudah-mudahan bermanfaat ya!


Catatan: Artikel ini ditulis pada bulan Juli 2018

Monday, November 23, 2020

Hamil Pertama Setelah Hampir 8 Tahun Pernikahan

3:02 PM 0 Comments

Assalamualaikum!

Kali ini saya mau cerita tentang kehamilan pertama saya. Apa?? Iya! Alhamdulillah saat ini saya sedang menjalani kehamilan pertama saya, tepatnya di usia kehamilan 26 minggu pada saat tulisan ini dibuat. Kehamilan pertama setelah hampir 8 tahun pernikahan yang penuh penantian namun alhamdulillah kami tetap (harus) bahagia. Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah.


Alhamdulillaahilladzii bini’matihi tatimmushshaalihat


Ini adalah kehamilan yang sangat tidak kami sangka-sangka. Bahkan periksa pertama kali ke dokter kandungan, usia janin sudah 12 minggu. Maasya Allah, terharu banget. Kirain baru 5-6minggu, baru kantung kehamilan dan embrio, ternyata sudah lengkap dari kepala sampai kaki, dengan bentuk yang sesuai dengan usianya tentu saja. Pantesan, masa baru 5 minggu idung gue udah gede yaah… masa baru 5 minggu sudah ada linea nigra (garis hitam vertikal memanjang di perut) yaah..


Pasti pertanyaannya, kok bisa Far? Emang ga nyadar kalau gak haid?


Jadi begini ya Saudara/i, di tulisan ini saya akan cerita saja tentang kehamilan awal yang tak terdeteksi selama hampir 3 bulan lamanya ini. Ini adalah bagian yang membuat saya makin takjub dengan rencana dan ke-Maha Kuasa-annya Allah.


Setahun belakangan (sebelum hamil), saya merasa hormon saya agak bermasalah. Ketika haid, biasanya darah baru deras di hari ke-3, ke-4, atau ke-5. Gak sakit sih, makanya saya ga buru-buru periksa ke dokter. Paling minum ramuan-ramuan herbal yang sudah jadi maupun buatan sendiri aja. Nah puncaknya pada saat Ramadhan, 1 bulan sebelum HPHT (hari pertama haid terakhir, yang menjadi patokan usia kehamilan), haid saya baru lancar di hari ke-7. Nah banyak dong hutang puasa saya Bulan depannya, darah haid saya tidak keluar, hanya bercak-bercak saja meskipun sudah lewat hari ke-7. Saya pikir, ini adalah puncak ketidakseimbangan hormon saya. Sempat sih terlintas sambil iseng, ‘jangan-jangan gua hamil’. Tapi langsung kutepis, ‘ngaco lu Far’, hormon lagi kacau parah gini kok bisa hamil. Hihihii sotoy memang.


Dikarenakan sedang pandemi, jadi saya hanya konsultasi dengan dokter kandungan secara online di Halodoc. Saya pilih dokter kandungan yang available dan secara jam terbang paling banyak, sudah belasan tahun. Setelah saya ceritakan, si dokter bertanya apakah saya hamil. Saya yang sedang tidak berharap apa-apa, menjawab ‘tidak dok, saya sudah 8 tahun menikah dan belum hamil’. Singkat cerita, dokter menyimpulkan seperti perkiraan saya, masalah hormonal. Saya disuruh rajin olahraga untuk menyeimbangkan hormon-hormon saya. Memang jarang olahraga sih. Dah gitu aja, gak dikasih obat apapun.


Bhaique! Besoknya saya langsung ajrut-ajrutan zumba di rumah. Setelahnya, keluar bercak darah. Saya pikir, alhamdulillah, bagus nih, mulai keluar haidnya. Tapi besoknya kok gak keluar lagi darah haidnya. Oqeh, saya zumba lagi. Sampe capek. Teruuuuuss aja gitu sampai hari maksimal haid dan saya kembali shalat. Bulan depannya (bulan kedua), repeat. Persis.  


Naaaah barulah di bulan ketiga, saya sadar saya benar-benar tidak datang bulan. Biasanya belum pernah telat, jadi saya testpack sejak telat 5 hari kalau ga salah. Waktu itu malam hari. Maa sya Allah, 2 garis pertama dalam hidupku setelah penantian panjang bertahun-tahun. Barulah saat itu saya mulai berusaha menjaga diri hihi… besoknya, biar lebih afdhal, saya testpack lagi ketika bangun tidur. Alhamdulillah masih sama hasilnya 😊


Dengan perhitungan kehamilan (kalau benar positif hamil, bukan hamil anggur atau hamil kosong) baru 4 mingguan, saya menunda periksa ke dokter kandungan 1 minggu lagi, supaya sudah bisa terlihat kantung kehamilan dan embrionya. Ini hasil dari browsing dan tanya-tanya ke teman yang dokter juga sih. Satu minggu kemudian saya testpack lagi, sekalian lah ngabisin stok testpack gratisan hihi.. garis 2 jelas sekali. Kemudian kami ke dokter kandungan.

kata orang-orang, testpack itu semakin murah akan semakin akurat! dari 3 testpack ini, saya hanya beli 1, yang 2 saya dapet gratis hehe.. bener-bener murah (gratis)


Setelah menceritakan pada dokter, saya langsung diperiksa dalam (USG Transvaginal). Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, kami pun kaget dan tentunya terharu banget karena ternyata usia kehamilan sudah menginjak 12 minggu, sudah terdengar detak jantungnya juga. Ya Allaah, alhamdulillah.


Lah emangnya gak mual-mual Far? Mual sih. Tapi saya santai aja karena saya pikir maag lagi kumat, karena memang sedang malas makan juga. Jadi saya anteng aja minum Proma*. Ya Allaah.. Lalu badan memang sering lemas, kepala pusing, kirain ya biasa aja. Karena saya gak suka saya lemah, jadi saya lawan dengan minum Habbatussauda’, kurma, zaitun, kopi herbal, hahah.. Di mana setelah saya tahu, herbal-herbal itu (habbat, kurma, zaitun) semuanya bersifat panas dan tidak direkomendasikan untuk ibu hamil di trimester awal. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.


Selain zumba, obat maag, herba-herba bersifat panas, saya pun sedang rajin-rajinnya ngebolang naik motor yang jauh-jauh sama suami. Selain itu juga seperti biasa saja, mengangkat barang berat, galon, dus madu, haha… Sempet keluar flek sih, tapi ya ga mikir apa-apa. Bahkan setelah keluar flek itu, saya dan suami masih menikmati kosongnya jalanan Jakarta ketika Idul Adha, lalu besoknya saya masih bantu jadi panitia qurban di masjid yang kerjaannya jongkok-berdiri-jongkok-berdiri. Begitulah kalau sudah kosong lama tak kunjung dapat 2 garis, udah ga mau geer lagi kayak waktu dulu masih penganten baru. Hihihi… Tapi alhamdulillaah, janin dalam kandungan saya sehat dan tumbuh sebagaimana normalnya. Maa sya Allah Tabarakallah. Semoga tetap sehat sempurna hingga lahir nanti dan seterusnya. Aamiinn… Saya minta doanya yaaa…

waktu ngebolang bekasi-depok ini, berarti saya sudah hamil 2 bulanan, tapi belum sadar

Begitulah. Cerita ini selalu ditanyakan bila saya memberi kabar gembira kehamilan ini kepada kerabat atau sahabat, karena memang agak aneh sih kok ya ga nyadar kalau hamil tau-tau udah 3 bulan >.<


Alhamdulillah. Doain yaa Om dan Tante 😊


Baca Juga: Laparoskopi Mioma/Fibroid



Wednesday, March 18, 2020

Menghambat Penuaan; Orang yang Tidak Akan Tua

12:20 PM 0 Comments

Zaman sekarang ini, lazim sekali ya kalau orang berusaha menghambat penuaan dirinya, baik penuaan dini maupun penuaan yang wajar bila dia sehat. Tidak sedikit yang dilakukan, seperti rajin berolah raga untuk kesehatan jantung dan organ-organ tubuh, memakan makanan sehat dan menerapkan pola hidup sehat, atau menggunakan skincare dengan kandungan anti-aging agent bagi kaum hawa.

Tapi tetap saja ada yang keukeuh banget bilang, “Yah, tua mah tua aja. Karena tua itu pasti.”

Tua itu pasti, dewasa itu pilihan

Klise ya? Meskipun ada benarnya sih. Dewasa itu ga sepenuhnya juga pilihan, bisa juga terpaksa karena keadaan. IMHO.
Eh. Kata siapa tua itu pasti?
Ada kok orang yang gak bakal mengalami penuaan. Meskipun makanannya tidak sehat, tidak rajin berolahraga, tidak merawat kulit, merokok, dan sebagainya. Siapa?

Orang yang tak mengalami penuaan itu adalah orang yang mati muda. Mati sebelum dia tua. Maka dia tidak menua kan?

Bisa jadi dia tetap muda bila jasadnya utuh di dalam kubur karena kesolihannya. Tapi bisa jadi juga langsung hancur bila disiksa malaikat kubur. Na’udzubillah min dzaalik. Maka Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihu wa sallam mengajarkan kita agar membaca doa ini di pagi dan petang hari,

”Allaahumma innii a’uudzubika minal kufri wal faqr, wa a’uudzubika min ‘adzaabil qabri, laa ilaaha illaa anta.
Ya Allah. Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Tidak ada Tuhan selain Engkau.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Boleh-boleh aja sih merawat diri agar awet muda. Tapi jangan lupa ya kalau mati itu lebih dekat daripada tali sandal kita (Abu Bakr Ash-Shiddiq, sumber: link).
Mati itu nunggu ajal kan, bukan nunggu tua? 
sumber: sebuah whatsapp group

Monday, March 16, 2020

Lockdown Imbas Corona Belum Diberlakukan di Indonesia; Bagaimana Kita Bersikap

3:49 PM 0 Comments
Terkait dengan merebaknya virus Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan virus Corona, beberapa negara telah memberlakukan aturan lockdown di negaranya. Di Indonesia sendiri, pemerintah belum menetapkan apakah kita juga akan mengikuti negara lain dalam menerapkan aturan lockdown, karena sesungguhnya sistem ini tidaklah sesederhana semua orang diam di rumah, tidak berkeliaran di jalan atau tempat umum.
bandara syamsudin noor
(ilustrasi, pribadi)
Bila semua orang bersabar diam di rumah selama minimal 14hari saja, menurut berbagai prediksi yang beredar di whatsapp dan social media, in sya Allah persebaran virus ini akan mudah dihentikan. Bersabar sedikit aja, demi kemaslahatan bersama, masa sih gak mau? Egois banget.

Hhmmhh. Di sini, saya sungguh menyayangkan ada banyak orang yang punya cukup informasi, cukup level pendidikan, bahkan juga punya akses ke berbagai lembaga terkait, yang menghujat dengan keras orang-orang yang tidak setuju dengan lockdown, atau pemerintah daerah yang tidak ikut menutup tempat-tempat umum di wilayahnya. Sungguh disayangkan.

Saya memang bukan pakar kesehatan apalagi ekonomi, namun saya bisa memahami kenapa ada orang atau pejabat yang menolak sistem lockdown diberlakukan.

Fyi, rumah saya ini dekat dengan SD Negeri. Setiap pagi, jalanan depan rumah ramai oleh lalu-lalang orang tua yang mengantar anaknya, anak-anak yang berangkat sekolah bersama-sama atau sendirian, tukang ojek, dan juga para pedagang makanan, minuman, dan mainan yang mangkal di SD itu. Tadi pagi, 16 Maret 2020, jalanan depan rumah sepi karena seluruh tingkat sekolah diliburkan (belajar di rumah).

Gaes, ada banyak sekali orang-orang yang penghasilannya didapat harian. Jika mereka berdagang hari itu mereka dapat uang untuk beli makan, kalau tidak ya tidak ada uang. Di China, pemerintahnya menanggung semua kebutuhan warga Wuhan ketika diberlakukan lockdown, warga dilarang keluar rumah dan dijaga oleh aparat (sumber). Bagaimana dengan di sini? Golongan masyarakat menengah ke bawah ini banyak jumlahnya di negeri kita. Kalau mereka tidak jualan selama 14 hari, apa ada yang menanggung kebutuhan makan mereka? Apakah orang-orang yang menghujat dengan keras dan menuduh orang egois karena tidak bisa diam di rumah itu mau memberikan makan keluarga mereka selama 14 hari itu?

Lalu siapa yang egois kalau begitu? Bisa-bisa ada banyak orang yang mati bukan karena corona, tapi karena gak makan. Gimana coba? Kalau dibilang itu takdir, kalau begitu jangan salahkan juga orang yang tetap keluar rumah karena berprinsip mati itu takdir juga.

Saya bukannya sedang mendukung atau mengkritisi pemerintah terkait ini. Saya berusaha memahami kedua belah pihak yang punya pendapat berbeda ini. Percayalah, orang selalu punya alasan untuk memilih a atau b, untuk diam di rumah agar wabah virus ini cepat selesai atau tetap keluar rumah menjemput rezeki untuk keluarganya.  

Maka, gak usah menuduh orang lain egois. Lihat dari kacamata orang lain juga. Tidak setuju boleh, tapi mbok ya biasa aja, jangan berpikir pemikiran kita ini paling benar. Gitu ya, plis.

Baca Juga: Happiness Blogger

Thursday, March 5, 2020

Seberapa Sih Kita Harus Sadar Kalau Punya Masalah?

9:50 PM 0 Comments
Namanya orang hidup, pasti ada aja masalahnya kan ya? Mau sederhana atau pelik, ya ada aja. Wajar kok. Dulu, guru saya pernah bilang, bahwa hidup itu sebenarnya hanya perpindahan dari satu masalah ke masalah lainnya. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menghadapinya. Karena dalam setiap masalah, ada ujian untuk kita naik kelas, atau penghapusan dosa-dosa kita. Hhmm... ngomong dan nulis sih gampang emang ye.. tapi kesadaran akan hal ini semoga bisa membantu melegakan hati ya Guys. Aamiinn. 

Kalau seseorang sadar dia punya masalah, itu bagus. Artinya dia tau apa yang perlu diusahakan untuk menyelesaikannya, lalu beranjak mencari solusi. Namun pada tahap tertentu ketika orang terlalu sadar dengan masalah, malah bisa menghambat lho. Dia jadi teringat terus akan masalah, akhirnya pikiran dan hidupnya jadi fokusnya ke masalah, bukan ke tujuannya. Padahal masalah akan selalu mengiringi setiap tujuan yang ingin dicapai kan? Efeknya banyak, bisa membuat orang mumet, sedih dan tertekan, susah bersyukur, mengabaikan orang dan hal-hal baik di sekitarnya, dan tentu saja, sulit bahagia 😖

Nah, bagaimana kalau orang merasa tidak punya masalah yang berat? Ada yang bilang, “Justru itu masalahnya (kamu tidak sadar kalau kamu punya masalah).” Haduh, jleb deh mbacanya... Hhhmmm... menurut saya sih itu tidak selalu tepat ya. 

Kalau kita tidak merasa punya masalah yang berarti, ya gakpapa. Harusnya bersyukur sih, bukan malah mencari-cari masalah untuk dipusingkan biar sama kek orang-orang. Dengan catatan, selama orang lain tidak terganggu dengan kita. Ya mungkin punya sih masalah mah, tapi tidak sampai menjadikan kita pusing atau mumet atau sedih apalagi sampai mengganggu fungsi sehari-hari. Everything is under control lah istilahnya. Kalau begitu, ya tidak ada yang lebih layak selain bersyukur. Juga harus bersabar dengan nikmat itu, agar tidak lupa diri. 
Happiness

Tapi kalau orang lain terganggu dengan kita sedangkan kita merasa baik-baik saja dan tidak punya masalah, ya itu berarti masalahnya memang ada, tapi tidak mau mengakui. Kalau itu baru berarti tidak sadar kalau punya masalah. Yang seperti ini yang perlu diselesaikan, apakah melalui introspeksi, diskusi, konsultasi, atau konseling.

Jadi, tidak selalu merasa tidak punya masalah, itu masalah ya. Salah satu patokannya adalah fungsi sosial, apakah orang lain sampai terganggu atau tidak. Terima lah bahwa Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya itu berbeda-beda. Gak usah iri-irian, Allah lebih tau ujian apa yang paling cocok buat kita. Cyeilee, cocok. 

Semoga bermanfaat yaa! 

#30dwc #30dwcjilid22 #day19
*Terinspirasi dari Penjelasan tentang Konseling dari Coach &Counsellor Angesty Putri

Wednesday, March 4, 2020

Berempati Saat Kita Membutuhkan Empati

7:57 PM 0 Comments
Kata empati, terdengarnya mudah dan ideal ya, memang harus seperti itu, semua orang juga tahu. Berempati adalah memahami apa yang dirasakan orang lain, dari sudut pandangnya. Tentu tidak semua orang bisa mempraktekkannya ya, makanya perlu dilatihkan.

Bagaimana dengan saya? Ssst, saya juga sering kesulitan... Kalau kondisi diri sedang prima sih hayuk aja. Dan sebagai orang yang bergerak di pengembangan SDM, mau gak mau saya sering berlatih bagaimana melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, memahami apa yang ia pikir, rasa, ingin, dan tidak-inginkan. Lalu memilih respon yang tepat untuk membuatnya merasa lebih baik atau nyaman. Bisa? Alhamdulillah bisa.

Masalahnya, saya tidak selalu berada dalam kondisi prima kan? Kadang sudah paham bagaimana kondisi orang lain, perasaannya, apa yang sedang dia alami, dan apa yang dia harapkan. Saya juga tahu harusnya bersikap bagaimana dan memberikan respon apa. But life is never flat ya. Ada saat-saat di mana energi saya sudah tipis, sudah lelah dan kadang sensitif. Di kondisi itu, ketika ada tuntutan untuk memahami orang lain lagi, rasanya berat. ‘Kenapa bukan saya yang dipahami??!’, mungkin demikian teriak sesuatu dalam kepala panas saya.

Lalu apa yang harus dilakukan bila berada di kondisi tersebut?
Saya sendiri awalnya bingung, jadi saya bertanya. Hehe, ini jawabannya dan menurut saya cukup bijak untuk kita adopsi. Yang pertama, diamlah. Jangan katakan apapun. Beri waktu untuk silence. Percaya atau tidak, diam lebih bisa membuat hati lega lho daripada meluapkan amarah. Tapi kalau diam terus mendendam, ya bahaya. Jangan ya. Lebih baik diam, lalu lihat lagi kondisi dia yang sedang lebih perlu kita pahami.

Baca Juga: Pentingnya Meminta Maaf dan Memaafkan dalam Kehidupan Rumah Tangga

Kedua, beresponlah seperlunya. Misalnya menyatakan persetujuan pada apa yang dirasakan orang itu seperti, “Wajar kalau kamu merasa begitu.” Atau dukungan, “Saya paham bagaimana rasanya kalau berada di posisi kamu saat ini”.

Ketiga, ambillah jarak. Kamu butuh waktu untuk sendiri, mengenali emosimu dan keadaan emosi orang itu. Atau sekedar memberikan ruang untuk menikmati tarikan dan hembusan nafasmu sendiri. Istirahat.

Yang perlu dicatat, jangan sampai kita mengeluarkan uneg-uneg saat itu, apalagi sampai marah. Kita tetap perlu mengontrol apa yang keluar dari lisan kita, jangan sampai menyesal nantinya. Percayalah, marah itu lebih bikin capek daripada diam dan bernafas saja. Tentu saja ya kan..

Sayangnya saat seperti itu, marah terasa enak dan mudah. Tapi itu godaan setan kawan, setelah hubungan kita memburuk dengan orang, dia (setan) ga bakal mau tanggung jawab. Orang dia emang pengennya bikin rusak.. Tinggal kita deh yang sesak karena menyesal. Na’udzubillah.
Menyesal

Sekian sharing solusi dari curhatan ane sendiri ya Guys, hehe. Semoga kita bisa lebih dewasa dan bijak mengatur emosi dan respon kita sendiri. Kalau sudah begitu, in sya Allah kita bisa memiliki hubungan yang sehat dengan orang-orang yang penting dalam hidup kita. Aamiinn...

Terima kasih sudah membaca!
#30dwc #30dwcjilid22 #day18

Tuesday, March 3, 2020

Percaya: Pegangan Hidup Manusia

8:51 PM 0 Comments

Ada kan ya, orang yang tidak bisa mempercayai dirinya sendiri? Ada, banyak malah. Lalu bisa gak yah, orang yang tidak percaya pada dirinya sendiri, tapi malah percaya pada orang lain? Bisa saja, bisa banget bahkan. Justru karena dia melihat dirinya minus dan orang lain plus, jadi memang dia akan mencari. Tentu saja tidak percaya pada dirinya sendiri itu bukan hal yang positif ya. Karena seseorang, seburuk apapun, pasti memiliki kebaikan atau kelebihannya sendiri, tinggal bagaimana dia bisa melihat sisi positif dari dirinya.

Namun intinya, menusia selalu membutuhkan pegangannya, yaitu sesuatu atau seseorang yang dapat dia percayai. Maka itu, beruntunglah orang-orang yang percaya pada Tuhannya. Yang dipercayanya itu tidak akan pernah khianat, tidak akan pernah salah atau khilaf. Tidak pernah akan mengecewakan.

Lalu bagaimana kalau tidak ada satupun yang dipercaya dalam hidupnya, bahkan Tuhan? Kalau dirinya sendiri masih bisa dia percaya sih, mending. Meskipun sampai suatu saat, pastinya dia akan kesulitan sendiri. Karena yang namanya hidup kan, pasti ada tantangannya ya, bisa jadi malah lebih banyak susahnya daripada mudahnya. Bila ia hanya percaya pada dirinya sendiri, ketika terjatuh, dia akan merasa sakit sekali. Dia berdarah-darah sendiri, lelah sendiri, sedih sendiri, dan putus asa pun sendirian karena gagal setelah mengeluarkan usaha yang keras. Tentu saja usaha keras, karena dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri kan?

Lalu bagaimana kalau sama sekali tidak ada yang dia percaya, pun dirinya sendiri? Wooooaaah gimana tuh? Bisa jadi usaha yang dia keluarkan untuk hidupnya memang tidak banyak alias terbatas. Ya untuk apa? Bagaimana dia bisa punya keinginan yang kuat kalau dia tidak pernah yakin bahkan pada dirinya sendiri? Siapa yang akan jadi tokoh utama dari mimpinya? Siapa yang akan mencapai keinginannya itu? Dan tentunya, siapa yang akan mengeluarkan effort untuk berproses dalam mewujudkan keinginannya tersebut? Tidak ada kan…

Maka sekali lagi, bersyukurlah wahai orang-orang yang beriman. Nikmat iman yang Allah berikan dalam hatimu, itu adalah nikmat sangat besaaaaaarrr yang Dia berikan untuk seorang hamba.
#30dwc #30dwcjilid22 #day17

Storage Memori di Tubuh Kita

8:28 PM 0 Comments

Sebagaimana komputer, ternyata kita punya lho tempat-tempat penyimpanan memori di tubuh kita. Yang pertama tentu saja otak ya, khususnya otak kiri bagian bawah sebagai pusat memori. Nah, selain otak, ternyata manusia juga bisa menyimpan memorinya di otot, di setiap sel yang kita miliki.

Itulah salah satunya, mengapa para penuntut ilmu zaman dahulu itu selalu membudayakan aktivitas mencatat. Kata Imam Syafi’I, karena mencatat itu bisa mengikat ilmu. Jadi bukan hanya mendengarkan dari guru atau membaca dari buku atau kitab, selain itu juga agar aktivitas mata yang melihat dan tangan yang menulis bisa menguatkan ingatan. Bisa jadi karena ilmu itu terekam juga di memori otot. Selain itu, fyi, sekarang juga sedang booming kembali Psychodrama, yaitu sebuah terapi psikologis yang menggunakan memori yang tersimpan di sel-sel tubuh, yang sering kali tidak disadari oleh alam sadar kita. Dengan kata lain, dipendam secara sadar dan sengaja atau tidak ke alam bawah sadar kita.

Pertama kali mengetahui tentang muscle memory atau memori otot ini sih dari bukunya Prof. Rhenald Kasali yang berjudul Myelin, Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan. Reviewnya sudah saya posting di sini ya, klik aja. Selain itu, saya pernah mendapat sharing juga dari seorang HR Expert waktu training dari kantor yang lama tentang hal sejenis. Katanya, beliau saat itu sedang belajar menyimpan memori di tangan. Ia mendasarkan teorinya itu dari Al-Quran Surah Yaasiin ayat 65,
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Maka dari situ, ia menyimpulkan bahwa tangan bisa menyimpan ingatan. Secara teknis saya gak paham sih maksudnya seperti apa, hehehe…  

Selain brain dan muscle memory, masih ada satu lagi nih tempat menyimpan memori di tubuh kita. Ada yang bisa tebak? Tebak aja, soalnya ini juga sumbernya dari celetukan salah seorang peserta training wkwkwkwk… Tempatnya di hati. Kalau yang ini sumber ilmiahnya sih belum saya temukan, hanya common sense saja. Eh ternyata dulu saya pernah nulis juga tentang ruang-ruang hati, tempat menyimpan kenangan dengan orang-orang berbeda.
Baca Juga: Ruang-ruang Hati

Yah intinya sih, yang terakhir ini jangan terlalu ditanggapi serius apalagi di analisis segala hehehe…
Kesimpulannya, dari ketiga sumber daya storage yang kita punya ini, kita bisa memilah mau menyimpan memori apa di storage yang mana. Ada hal-hal yang sudah cukup hanya dengan disimpan di otot, tidak usah sampai ke hati. Misalnya kalau kita belajar naik sepeda, kita tidak perlu memaknai setiap kayuhan kanan, kiri, naik, dan turunnya kaki kita. Lakukan saja, ga usah banyak mikir. Nanti in sya Allah bisa.
Katanya sih, hidup yang sudah ribet ini jangan dibikin tambah ribet, iya gak? ;)

#30dwc #30dwcjilid22 #day16

Saturday, February 29, 2020

Hati-hati Mencurahkan Hati (Tentang Curhat)

9:44 PM 0 Comments
Siapa di sini yang suka curhat ke orang lain atau sahabat? Meskipun biasanya kaum perempuan yang paling suka curhat, jangan salah lho, para lelaki juga kok fyi, meskipun 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘴&𝘤𝘰𝘯𝘥𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴-nya lebih banyak, hihihi. ⠀
Biasanya setelah mengeluarkan segala ganjalan hati dengan mengungkapkannya melalui kata-kata, kita merasa lebih tenang. Lebih plong dan masalah menjadi lebih ringan. Apalagi kalau yang dicurhati adalah pendengar yang baik dan ahli ya.. ⠀

Nah, melalui artikel ini saya hanya mau mengingatkan, 𝗵𝗮𝘁𝗶-𝗵𝗮𝘁𝗶 ya. Ketika kita sedih atau punya masalah berat sehingga harus curhat pada orang lain, ingat ini. Orang yang kita curhati itu hanya 2 kemungkinannya: teman atau lawan. Kalau teman, mendengar kesedihan kita, dia akan ikut sedih. Sedangkan kalau lawan, dia akan senang melihat kita susah. Rela? Jadi? ⠀

Setelah mengetahui ini, saya pribadi jadi berpikir, untuk apa? Mau buat teman kita sedih atau lawan kita senang di atas kesedihan kita, keduanya bukan pilihan yang saya inginkan. ⠀

Kita harus lebih berhati-hati jika merasa butuh curhat. Tidak sembarangan, ke banyak orang, apalagi ke media sosial. Untuk apa? Kalau teman kita banyak, mungkin kita bisa mendapatkan simpati. Lalu berharap dikasihani? ⠀

Seorang ustadz yang bijak mengatakan, “Curhatnya orang beriman itu kepada Allah. Silahkan curhat, berkeluh kesah, menangis, dalam doa kepada-Nya.” Dijamin aman! Gak bakal bocor. Lalu beliau melanjutkan, “Kita boleh menceritakan masalah kita pada manusia,  hanya dalam rangka 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗼𝗹𝘂𝘀𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗮𝗵𝗹𝗶𝗻𝘆𝗮. Misalnya, mengeluhkan sakit kepada dokter agar mendapat diagnosis dan solusi terbaik untuk kesembuhannya. Atau kepada psikolog anak atau pakar parenting dalam hal pendidikan anak. Dan kepada orang yang ahli di bidang lain, sesuai dengan masalah kita.  ⠀

Curhat kepada manusia juga harus hati-hati, kalau tidak ingin rahasia kita menjadi konsumsi publik. Tidak jarang ada kasus, seseorang bercerita masalahnya dengan menambahkan kalimat, “Jangan bilang siapa-siapa ya.” Ternyata orang yang diceritakan itu menceritakannya lagi pada orang lain dengan kalimat tambahan yang sama: jangan bilang siapa-siapa. Terus begitu hingga rahasia itu menjadi rahasia umum, diketahui banyak orang sedang dia sendiri tidak menyadarinya. Miris kan? Ya tapi itulah yang banyak terjadi.⠀

Selama belum keluar dari mulut kita, kata-kata itu sepenuhnya milik kita, di bawah kontrol kita. Tapi sekali dia keluar, dia sudah bukan milik kita lagi. Meskipun isinya tentang kita, cerita kita. Bisa menyebar kemana pun kepada siapapun, tak bisa lagi kita kontrol. Maka, hati-hati ya. Hati-hati. ⠀

Terakhir, saya hanya menyampaikan, sebagai kewajiban mengingatkan sesama. Namun saya juga masih belajar. Saling mengingatkan ya 😊⠀

Baca Juga: Tentang Mampu senDiri dan Butuh Orang Lain (Coaching Insight)
#30dwc #30dwcjilid22 #day13



Pink dan Kaum Adam Zaman Now

11:44 AM 2 Comments
Saya sudah pernah bilang belum sih, kalau saya suka sekali warna pink? Meski kesannya kekanakan, ndakpapa, saya suka! Dulu sukanya toska, sebelumnya lagi saya suka sekali warna ungu, sampai pernikahan saya nuansanya ungu. Love! Waktu itu, saya melihat warna pink sebagai warna yang cantik, namun terlalu remaja dan anak-anak, sedangkan ungu sama manisnya tapi mengesankan lebih dewasa, hehehe...⠀

Lama-lama seiring bertambah tuanya usia, eh kok saya malah lebih suka yang sebelumnya saya bilang warna anak-anak. Pink! Cat dinding rumah juga dominan pink, hahaha... Sedangkan ungu, sudah biasa saja. Gitu dia mah, bosenan anaknya.⠀

Tapi kesukaan terhadap warna pink ini sudah beberapa tahun terakhir ini sih. Mungkin sudah dari lama, namun gengsi karena ingin mencitrakan diri sebagai pribadi yang dewasa (anjay, jadi selama ini pencitraan). Akhirnya secara tidak sadar saya tekan untuk tidak muncul, tapi yang ada malah masuk ke 𝘶𝘯𝘤𝘰𝘯𝘤𝘪𝘰𝘶𝘴 𝘮𝘪𝘯𝘥 saya. Saya tidak sadar sampai sahabat saya sejak SMA mengatakan ketika saya main ke rumahnya dan mengenakan jilbab warna pink, “Warna wajib Farah ya Far dari dulu,” tentang jilbab saya. Eh, iya juga ya. Apapun bahan kain kerudung yang saya punya, pasti ada warna pinknya. 🙈 Kemudian di satu bahan yang sama, kadang saya punya beberapa gradasi warna pink. Kalau mata lelaki mah melihatnya sama saja kali ya, sama-sama pink, apa bedanya? 😛⠀

Lalu, semua pasti setuju kalau pink itu kan mengesankan 𝘨𝘪𝘳𝘭𝘺 ya... Terus bagaimana kalau cowok yang pakai?⠀

Beberapa spektrum warna pink masih ada yang cocok untuk dipakai cowok sih menurutku. Aku sendiri pernah membelikan kemeja pink buat suami. Seperti ini. ⠀
Masih fit lah ya pinknya 😀
 Bukan baby pink tentunya yaaa, hehe... Karena kalau melihat cowok pakai baby pink, saya masih 𝘦𝘧𝘧𝘰𝘳𝘵 buat nahan mulut gak nyengir dan gak komentar 🙊 wkwkwkwk. ⠀
Nah, kalau pink yang dipakai di foto Papa Coach ini bagaimana menurut kalian Guys? ⠀

Foto diambil tanpa izin, 
namun disebarkan dengan izin sepenuh hati oleh si empunya 

 #30dwc #30dwcjilid22 #day 12⠀

Friday, February 28, 2020

Happiness Blogger

6:02 PM 0 Comments
Sebagai blogger, saya tuh bukannya kepingin bikin buku. Yah meskipun kalau ada yang nawarin bikin buku bareng juga bakal dipertimbangkan sih, hehehe... Saya lebih suka artikel-artikel pendek saya tersebar meski sedikit-sedikit dan gratis, tapi menjangkau sebanyak mungkin orang yang bisa dijangkau. Baik oleh saya, orang lain, maupun oleh mesin bernama internet. Laman farahzu.com ya jangan lupa dibaca 😌

Bukan juga sekedar ingin terkenal, bukan. Tapi saya ingin bisa menebar kebaikan (meskipun sedikit-sedikit) dan menyentuh sebanyak mungkin hati. Tujuannya apa?
Saya ingin semakin banyak orang berbahagia di dunia ini. 𝘐𝘴 𝘪𝘵 𝘴𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 𝘦𝘯𝘰𝘶𝘨𝘩, 𝘰𝘳 𝘴𝘰 𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘪𝘤𝘢𝘵𝘦𝘥? Saya ingin menjadi penambah kebahagiaan, bukan membuat orang tertawa.

Orang tertawa mungkin saja gembira. Namun belum tentu orang yang banyak tertawa lebih bahagia daripada orang yang banyak menangis, dan sebaliknya. Ada lho orang yang menertawakan ketidakbahagiaannya. Tidak sedikit juga kan orang yang menangis saking bahagianya?

Bila orang sudah menemukan kebahagiaan yang HQQ (baca: hakiki, bahasa anak 𝘫𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘯𝘰𝘸), maka ia sudah melepaskan (𝘳𝘦𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦) hal-hal negatif yang tak perlu dari hidupnya, hama atau racun yang mengotori hatinya. Dia akan mudah memaafkan; kesalahan di masa lalu, dirinya, dan orang lain. Kalau orang sudah menemukan bahagia yang HQQ, maka bagaimana pun keadaannya di mata manusia, dia tak akan risau. Dia tahu di mana puncak kebahagiaannya nanti tak kan berujung: akhirat, yang luasnya seluas langit dan bumi. Dia tak risau, dia lapang, dia bahagia.

Kalau hidup sudah bertemu dengan kebahagiaan yang HQQ, berarti dia sudah terhubung dengan Tuhannya, sumber segala kebahagiaan. Dia paham bahwa setiap dosa ada balasannya, setiap jengkalnya menjauhkannya dari rido Tuhannya, maka dia lekat dengan taubat.

Kalau banyak orang sudah menemukan jalan-jalan menuju kebahagiaan HQQ-nya melalui huruf demi huruf dari artikel saya, berarti saya adalah orang yang paling berbahagia. Karena arti nama ‘bahagia’ yang saya sandang setiap detik ke mana-mana ini, terlalu kecil bila dimaksudkan hanya untuk kebahagiaannya sendiri saja.

Dear Kamu, kalau suatu saat kita bertemu dan ternyata aku membawakanmu kesedihan atau luka, tolong ingatkan aku akan namaku ya. Kamu berhak untuk itu 🙂

Thursday, February 20, 2020

Tampilan Luar Bisa Menipu

5:31 PM 0 Comments
Photo source: link
Ceritanya, suatu sore saya pergi ke swalayan dekat rumah dengan mengendarai motor. Meskipun dekat saya tetap pakai helm lho pemirsa (iklan safety hehehe). Ketika sedang parkir, lewatlah beberapa orang karyawan yang salah satunya membawa brosur. Dia menyelipkan brosurnya di 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 motor yang dia pilih. Beberapa, tidak semuanya. ⠀
“Yang bagus-bagus aja lah yang Gua kasih”, katanya setengah menggumam sendiri. ⠀
Salah seorang temannya menanggapi, “Eh, bisa jadi yang bagus itu masih 𝘯𝘺𝘪𝘤𝘪𝘭 lho, atau yang motor jelek malah beli tunai!”⠀
Si mbak pembawa brosur nyengir sambil bilang, “Biarin”, lalu melanjutkan memilih motor bagus untuk diselipkan brosur.⠀

Mendengarnya, saya jadi nyengir dalam hati, memikirkannya lebih jauh. ⠀
Bisa jadi, si mba berpikir dia sudah bekerja cerdas dengan menargetkan 𝘱𝘳𝘰𝘧𝘪𝘭 tertentu untuk memasarkan produknya. Sangat mungkin dia tidak berpikir kalau ada kemungkinan motor bagus itu 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘯𝘺𝘪𝘤𝘪𝘭, sampai temannya mengatakan demikian. ⠀
Namun bisa jadi juga, si mba memutuskan tetap memilih motor yang bagus-bagus saja untuk dia selipkan brosur, meskipun mungkin motor itu cicilan, karena perihal 𝘨𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 atau kebiasaan. Maksudnya begini. ⠀

Kalaupun memang itu motor cicilan, 𝘸𝘩𝘪𝘤𝘩 𝘪𝘴 si pemilik tidak punya uang kontan untuk beli tunai, besar kemungkinan dia akan tidak sayang mengeluarkan uang untuk cicilan yang kedua. Atau yang kesekian. Get my point? Menganggap bahwa nyicil/kredit itu biasa. Jadi kemungkinan beli produk si mba lebih besar dong, dibanding dengan orang yang bersabar mengumpulkan uang untuk beli motor dengan tunai? Ibaratnya, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘴𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘩 𝘥𝘶𝘪𝘵 𝘨𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳.⠀

Boleh juga Mbak mikirnya. ⠀

Tapi saya tetap mengingatkan Guys, jangan kebiasaan ngutang apalagi bermudah-mudah ambil cicilan ya. Kamu boleh ngutang kalau memang mendesak sekali, misal udah gak ada duit buat beli makan, atau kebutuhan mendesak lainnya. Itupun berhutang. Yang benar-benar ga boleh kalau ada ribanya. Inget, riba itu dosanya beraaadd..kamu ga akan sanggup. Dan jangan ragu, Allah Maha Kaya. Minta pada-Nya, sebanyak apapun. Allah tuh malu kalau tidak mengabulkan doa hamba yang berdoa mengangkat tangannya. Okei?⠀

Nb: buat kamu yang kenal saya, pasti tau saya tuh cuma cerewet kalau saya peduli. 𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢, tentu saja. I love you all Guys because of Allah ❤️⠀
* saya tidak mengatakan bahwa semua motor bagus itu cicilan yaaa.. bisa dicermati semuanya saya kasih kata ‘mungkin’ atau ‘bisa jadi’.

Baca Juga: Mengaktifkan Mode Siap Kerja
#30DWC #30DWCJilid22 #Day5

Wednesday, February 19, 2020

Mintalah Seseorang Sekali Saja

9:50 AM 0 Comments

Aku mau sharing satu hal nih temans, bahwa dalam banyak contoh pergaulan sesama orang dewasa, kita hanya perlu meminta seseorang melakukan sesuatu itu, cukup satu kali saja. kalau mau nasihatin orang tuh, cukup sekali saja. Tak perlu lah diulang-ulang, mengulang sampai 2 kali itu sudah maksimal lah. Dalam hal orang itu normal ya, punya kecerdasan/IQ rata-rata atau lebih. Bisa terhadap pasangan, saudara, teman, atau orang lain pada umumnya. Kalau anak-anak? Ya tergantung sampai tahap mana kematangan akalnya. Hehehe…

Percaya deh, orang yang paham pembicaraan kita, maksud kita, keinginan kita, punya waktunya sendiri untuk berubah.

Baca Juga: People Change

Apa yang kita katakan atau kita inginkan dia berubah, pasti masuk ke pikirannya dia. Artinya, dia memikirkan hal itu. Tinggal terserah dianya mau mengikuti atau tidak, atau mengikutinya tapi nanti.
Kalau orang itu nampaknya tidak mau menurut atau mengikuti nasihat atau saran dari kita, santai dulu aja, kamu harus tetap waras. Berpikirlah begini, “Nanti juga kalau sudah dipikirkan dia akan tau saran/maksud kita baik”. Atau, “porsi saya hanya memberi saran/nasihat, kalau dia punya opsi lebih baik, itu pilihannya.”

Ga usah diulang-ulang untuk memastikan dia mengikuti yang kita inginkan. Jangan cerewet, nanti dia bisa ilfeel (ilang feeling). Bisa jadi, dia malah tidak mau melakukannya sama sekali.
Selain itu, memang ada orang yang templatenya nolak aja dulu. Mikir kemudian. Hahaha. Jadi jangan baper.
Kecuali, nasihat itu memang penting sehingga diperlukan internalisasi dengan mengulang-ulangnya. Mengulang boleh saja sih, yang jangan itu ‘mencecar’. Artinya, lebih baik mengulang pesan pada waktu-waktu yang berbeda, bukan berkali-kali mengulang pesan yang sama dalam 1 waktu atau kesempatan yang sama. Terkesan seperti mandor yang, ‘lakukan seperti ini, sekarang, saya awasi sampai benar’. Dan itu tidaklah nyaman apalagi bagi orang yang kedudukannya setara dengan kita atau di atas kita. Seperti digurui dan dimandori, seperti anak-anak saja. Tidak diakui harga dirinya, tentu saja membuat orang semakin kesal pada kita.

Jangan sampai kan, niat baik kita malah berbuah kekesalan orang yang dituju pada kita. Kalau sudah begitu akibatnya bisa makin parah, sudahlah dia tidak mau mengikuti permintaan kita, ditambah pula dia tidak menyukai kita. Ya makin tidak sampai lah pesan yang ingin kita berikan. Tul ga?

#30DWC #30DWCJilid22 #Day4

Tuesday, February 18, 2020

Insight dan Kebijaksanaan

4:37 PM 2 Comments
Insight adalah pemahaman mendalam mengenai sesuatu, yang terkait dengan diri kita. Insight ini biasa juga disebut dengan hikmah atau pembelajaran. Insight apa yang didapatkan? Hikmah apa yang diperoleh? Pembelajaran apa yang bisa diambil? Ketika seseorang ditanya apa insight yang didapat dari sebuah pelajaran, kalimat jawabannya selalu menambah pemahaman dan kebijaksanaan dirinya.
psikologi

Meskipun ada banyak orang sekaligus mempelajari hal yang sama, di kelas yang sama, dengan pengajar yang sama, dan mengerjakan tugas yang sama, uniknya, insight yang didapat sangat bisa berbeda-beda setiap individu. Hal ini dikarenakan insight itu tergantung pada beberapa hal. Yang pertama, tergantung pada hal apa yang penting menurut seseorang, atau yang menjadi isu dalam hidupnya. Bila relationship (hubungan sosial) sedang menjadi isu dalam hidupnya, biasanya insight yang dia ambil ya di sekitar itu; seperti, “ooo, berarti kita perlu memahami diri sendiri dulu ya sebelum memahami apa maunya orang lain”, misalnya.

Kedua, insight/hikmah/pembelajaran itu tergantung juga pada prior knowledge seseorang, atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Orang cenderung akan mengaitkan hal baru yang didapatnya dengan pengetahuan-pengetahuannya yang sudah ada, jadi dia bisa menempatkan pengetahuan baru itu di tempat yang sesuai di kepalanya. Ia akan menyelaraskan pelajaran barunya dengan pengetahuan yang ia miliki sebelumnya, sehingga menjadi pemahaman baru yang lebih kaya dan ajeg terhadap sesuatu. Nah, tapi tidak hanya menambah pemahaman, insight yang diperoleh juga bisa mengganti pemahaman lamanya lho. Tergantung sekuat apa pelajaran baru itu membekas pada dirinya.

Mengambil/merumuskan insight itu penting, Guys. Eh, kenapa merumuskan? Karena memang kita perlu membiasakan diri mengambil hikmah dari pelajaran atau kejadian apapun. Kalau tidak, sayang sekali, ilmu baru yang didapat hanya akan lewat di alam kognisi (pikiran), tanpa membekaskan apapun pada pendewasaan diri kita. Selain itu juga akan cepat dilupakan. Meskipun mungkin kadang-kadang kita sulit untuk menemukan sebuat insight/hikmah dari sebuah kejadian misalnya, gakpapa, sebut saja dulu beberapa kata sebagai awalan, nanti insight itu pelan-pelan akan teramu dengan sendirinya. Karena berbicara dan menulis itu juga membantu proses kita berpikir kok 😊 Contoh kalimat awalannya seperti, "Yang saya pelajari dari materi BMC ini adalah bahwa, selama ini ternyata..."

Bahkan, anak-anak saja bisa menjawab ketika ditanyakan insight apa yang didapatnya setelah melihat sebuah kejadian. Tentu saja setelah dikasih pengertian ya, apa itu insight, dan bagaimana contohnya. 
Ma sya Allah Tabarakallah. Coba bayangkan, kalau sejak kecil anak sudah dibiasakan mengambil hikmah/insight dari kejadian sehari-hari, tentu dia akan belajar lebih banyak dan tumbuh lebih dewasa dan matang.   

Btw, bisa gak ya orang tidak mendapatkan insight setelah ia mempelajari sesuatu? Hhmm bisa tentu saja. Yang pertama mungkin karena ia enggan dalam mempelajari sesuatu itu. Jadi, dia tidak ingin mengaitkan materi tersebut dengan apapun yang ia ketahui sebelumnya, enggan memasukkannya ke alam pikirannya. Bisa jadi karena ia menilai sesuatu itu tidak penting, atau tidak relevan dengan kehidupan yang dijalaninya atau nilai yang dianutnya. Ya, itu pilihan.

Kedua, bisa jadi memang tidak ada dot/titik di kepalanya yang bisa dihubungkan dengan materi baru tersebut. Entah karena kesulitan memahami, atau memang tidak ada space dikepalanya yang sesuai untuk menempatkan pelajaran baru itu agar selaras dengan pikirannya.

Jadi, yuk kita perbanyak dot-dot dalam pikiran kita. Semakin banyak hubungan antara dots (titik-titik) itu, maka semakin cerdas lah seseorang. Artinya semakin banyak yang ia tahu, semakin banyak juga ‘amunisinya’ dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; yang berarti, makin cerdas dia.

Caranya tentu saja dengan banyak belajar, dan juga yang terpenting, banyak mengambil pembelajaran/hikmah dari apapun. Karena kata hikmah (insight/pembelajaran) itu dekat dengan hakim, artinya bijaksana. Orang yang pandai mengambil hikmah, akan menjadi orang yang bijaksana. In sya Allah. 

#30DWC #30DWCJilid22 #Day3