Sedang ingat dulu waktu mahasiswa (ehm); waktu membuat visi, misi, atau tagline buat kampanye, project, maupun lembaga. Seingat yang saya pernah terlibat, hampir semuanya diilhami oleh sebuah hadits yang sudah cukup populer,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”
(HR Bukhari-Muslim)
Itu, wajar lah ya, namanya juga mahasiswa: sukarela, memang untuk belajar, memang untuk berkontribusi, memberi manfaat. Tidak berorientasi pada profit.
Selanjutnya, setelah lulus dan mulai membaca beberapa profil perusahaan, saya sangat tertarik dalam mencermati visi, misi, dan nilai-nilai yang melandasinya. Ternyata kebanyakan perusahaan bukan bertujuan profit material semata lhoh. Seolah menemukan benang merah, saya menyimpulkan bahwa ternyata perusahaan-perusahaan besar itu memiliki visi untuk memberi manfaat bagi kehidupan manusia.
Baiklah kita ambil contoh Panasonic (ideas for life). Mereka didasari oleh misi sebagai berikut:
Panasonic generates ideas for life… today and tomorrow. Through innovative thinking, we are commited to enriching people’s live around the world. (http://panasonic.co.id/web/tentangpanasonic/panasonicideasforlife)
Atau Starbucks dengan misinya menyuguhkan secangkir kopi hebat kepada dunia. Bagi sang CEO, prinsip membangun sebuah perusahaan dengan jiwa sangat melekat dalam hati dan pikirannya. Prinsip ini yang membuat Howard Schultz, CEO Starbucks saat itu, sangat memperhatikan kesejahteraan pegawainya. Setiap pegawai, tetap maupun tidak tetap, berhak mendapat tanggungan kesehatan komprehensif, termasuk pasangannya.
Terhadap petani yang meningkatkan standar kualitas, kepedulian lingkungan, sosial dan ekonomi, Starbucks menghadiahinya status ‘pemasok pilihan’ dan membayar kopinya dengan harga tertinggi. Dampaknya, petani Kolombia lebih suka menanam kopi daripada koka (bahan kokain yang merusak masyarakat). (sumber: Spiritual Company, Ary Ginanjar Agustian). Ckck.. mantap ya..?
Jadi, tujuannya bukan untuk menjadi perusahaan yang terunggul atau menjadi yang terbesar… mungkin ambisi untuk itu ada, tapi tetap landasan utamanya adalah untuk ‘memberi’, bukan ‘menjadi’. Visi manfaat itulah yang mendorong inovasi terus-menerus sehingga perusahaan itu berkembang pesat. Lalu dipercaya oleh publik. Akhirnya trust juga yang membuat konsumen dan masyarakat jadi loyal.
Visi manfaat itu juga yang mungkin mendorong para pegawainya untuk semangat bekerja: karena mereka menemukan makna dari pekerjaan mereka, bukan sebatas penggugur kewajiban. Visi manfaat adalah hal utama yang membuat perusahaan terus berkembang. Menjadi perusahaan terbesar? Itu hanya efek samping yang akan mengikuti dengan pasti. ^_^
Dalam lingkup pribadi, menyitir kata-katanya Oki Setiana Dewi, ia menjadi lebih bermakna ketika mengubah prinsip hidupnya; dari menjadi yang terbaik, jadi
melakukan yang terbaik.
Menjadi yang terbaik, ia akan melakukan apa saja, termasuk bersaing ketat dan bisa saja saling 'senggol' dengan orang lain alih-alih saling membahu menghasilkan yang terbaik. Tapi melakukan yang terbaik, ia sama akan mengerahkan usaha terbaiknya, selain itu, ia juga dapat bersinergi dengan orang lain.
Memang lebih meniadakan ke’aku’an, tapi akan lebih bernilai di mata Allah. Insya Allah.
Setiap perbuatan baik adalah sedekah (HR Bukhari, no.6021)
Inspired by:
Tim PSAU BBM (Bersama Beri Manfaat)
BEM UI 2009 (BEM Kita, Bergerak Bersama, Bermanfaat Bagi Semua)
Spiritual Company; Kecerdasan Spiritual Pembawa Sukses Kampiun Bisnis Dunia (Ary Ginanjar Agustian)