Kalau dihitung-hitung, ongkos saya pulang dari Depok ke Bekasi tuh mahal juga lho... Lebih dari Rp15.000. Sekali jalan, hanya pulang, bukan bolak-balik ya! Setelah dihitung-hitung lagi,,, ternyata yang membuat mahal adalah ongkos becak dari depan buaran sampai depan pagar rumah. 5.000 rupiah, bayangkan, sama dengan ongkos bis kota dari Kp.Rambutan ke Bekasi, via Tol Cikunir (yang lebih mahal daripada via UKI)!
Sebenarnya sih kalau jalan bisa-bisa aja... Tapi, males. heheh.. Saya pikir, "yah, kan seminggu sekali ini..." Lagi pula, setiap pulang ke rumah, bawaan saya selalu ga asoy buat diajak jalan kira-kira 1 km, berat luar biasa -maklum, anak kos, hhee-. Jadi, sekalian sudah kenal juga dengan abang-abang becak yang mangkal di buaran, ya sudah lah, becak aja, sekali-sekali (lagi).
Bersyukur banget, ada motor. Jadi Rp5.000-nya bisa lebih produktif, lumayan, bensin seliter.. Jadi kalau sedang beraktivitas di sekitar Bekasi, motor-lah andalanku (serasa lebih macho ga siihh??) =)
Kalau dibandingkan ojeg, menurut saya becak itu serba lebih.
- Lebih inspiring!! Selalu ingin buat tulisan kalau sedang naik becak =)
- Lebih nyaman karena sendirian,
- Lebih aman dari fitnah -ga boncengan ama abangnya, apalagi kalo abangnya masih muda-,
- Lebih ramah lingkungan,
- Lebih terlihat sederhana karena digerakkan dengan tenaga manusia,
- Lebih aseli budaya kita (iya ga ya?), terus,,,
- Yah, betul, lebih mahal. Coba saja bandingkan. Tapi jangan bandingkan dengan tarif ojeg di UI ya, mahal soalnya.
Jadi, becak = konsumtif??
Dibilang iya, memang jelas iya, mahal bo,
Tapi dibilang tidak, bisa juga. Coz becak itu membawa kesan tradisional dan bersahaja. Tapi, yah, niatkan saja kita bantu-bantu abangnya ya,,, sukur-sukur bisa ngasih lebih =)
-Tunjukkan padaku, siapa di antara kalian yang masih banyak becak di rumahnya-
Depok, 29 Desember 2008