Follow Us @farahzu

Monday, December 30, 2019

Tentang Perempuan yang Memilih Tak Henti Berjuang

8:36 PM 0 Comments
pejuang
photo was taken in 2008 maybe (lupa saking udah lamanya, maap)
Assalamualaikum Readers! Apa kabar? :)
Kali ini saya mau cerita tentang perjuangan beberapa perempuan yang saya kenal. Yang ketika menyimaknya saya merasa takjub, betapa kuatnya mereka, betapa kuatnya hati seorang perempuan Allah ciptakan. Dan betapa payahnya saya kalau melewati ujian yang tak seberapa saja banyak mengeluhnya.
Seorang perempuan yang saya kenal memang kuat sejak kuliah dulu, saat ini sedang berjuang dengan kesehatannya. Bayangkan, dia 5 kali punya tumor. Saya pernah punya sebuah tumor, itu rasanya sudah emejing pisaaaaan nahan sakitnya, bikin saya merasa jadi orang paling sakit di dunia. Bagaimana lelahnya menempuh pengobatan hingga selesai. Betapa traumanya. Takut sekali ada yang tumbuh lagi. Tapi saudari saya ini, dia mengalaminya 5 kali! Dan dia masih bisa bersikap santai, positif, bahkan masih bisa menginspirasi orang lain, di tengah rasa sakit yang menderanya. Bagaimanalah dia bisa sekuat itu? Teman-teman bisa mengunjungi ceritanya di sini dan sharingnya tentang tumor di sini.
Ah ya, saya baru ingat cerita seorang perempuan yang di tahun 2015 kalau tidak salah, sudah 9 kali mengidap kanker dan menjalani kemoterapi sampai selesai, berkali-kali. Orangnya santaaai sekali menjalaninya. Beliau pun menceritakan dengan penuh humor, tapi menggetarkan karena kami tertawa sambil menangis. Saya sampai tidak ingat namanya. Saya hanya ingat ia menyebut dirinya “Utik” alias Ustazah Matic. Kenapa matic? Karena sudah tidak punya gigi, efek kemoterapinya berkali-kali. Mau ketawa? Gakpapa, dia juga tertawa kok ketika cerita itu. Takdir Allah memang yang membuat tubuhnya kuat menjalani banyak sekali sakit dan kemo itu; artinya saya tidak memandang negatif orang yang tidak kuat dikemo atau meninggal dalam perjuangannya melawan kanker, sama sekali tidak. Semuanya Allah yang sudah tentukan. Namun bagaimana ia menerima dan menyikapi keadaannya, saya pikir ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil.

Ada pula perempuan yang gigih sekali memperjuangkan nilai-nilainya. Nilai kebaikan yang ingin dia sebarkan, beserta orang-orang yang sangat ingin dia jangkau dengan kebaikan itu. Dia berjuang keras, bahkan menerima penolakan dan intrik-intrik menjatuhkan, itu sudah biasa. Berkali-kali ia berhenti untuk bernapas dan meluruskan niatnya kembali. Tidak jarang pula ia menangis. Tapi setelahnya, ia kembali maju. Berkali-kali pula ia berpikir untuk berhenti saja, namun cinta tak mengizinkannya pergi. Ia mencintai nilai-nilai kebaikan yang berusaha ia sebarkan itu. Ia mencintai orang-orang yang ingin ia jangkau itu. Maka ia melanjutkan perjuangannya.
Banyak juga perempuan yang berjuang untuk keluarganya, tak terhitung jumlahnya. Ada yang seorang diri membesarkan anak-anaknya, merawat anak/suami yang sakit parah, dan sebagainya. Bahkan perempuan yang berjuang melawan kezhaliman terhadap dirinya pun banyak. Mereka semua pahlawan, luar biasa kuatnya.
Cerita terakhir, ini bukan tentang manusia. Adalah seekor kucing betina yang selalu ‘menyatroni’ rumah saya. Kenapa menyatroni, karena saya terintimidasi dengan kehadiran binatang ini, apalagi dia. Namanya Buking (iBU KucING, karena seringnya dia hamil). Buking ini, nampak sekali perjuangannya untuk memberikan kenyamanan untuk anak-anaknya yang masih piyik-piyik itu (ini gue ngetik sambil merinding loh). Ia menempuh segala kesulitan; manjat pagar, kadang dalam keadaan hamil besar, nyolong ikan di rumah tetangga, berlari kencang dari ujung jalan ketika mendengar suara pintu terbuka, mengemis-ngemis makanan dan belaian. Iya, belaian, iyuuh. Meskipun saya gak suka kucing, apalagi Buking ini termasuk yang nakal dan keras kepala banget (udah kenal baik kayaknya Far?). Namun hikmah bisa datang dari siapa saja bukan?
Maka tidak heran ya kalau banyak jargon-jargon Perempuan hebat, perempuan kuat. Karena perempuan memang kuat. Secara lahir dan tampilan memang nampaknya dan umumnya tidak lebih kuat daripada lelaki. Namun secara batin, banyak sekali perempuan kuat di dunia ini, sejak dulu hingga kini. Bahkan sejarah telah banyak yang mencatatnya.

Baca Juga: Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan


Wednesday, December 4, 2019

Provocative Coaching; Bukan Coaching Biasa

10:16 PM 0 Comments
Assalamualaikum para Koleha yang budiman 😃

Saya mau cerita atau sedikit sharing nih tentang Provocative Coaching atau disebut juga Challenge Coaching, yang saya dapat dari enrichment class Kubik Coaching pekan lalu. Apaan tuh ya? Kok kayak menarik kalau lihat dari namanya. Iya, saya juga penasaran banget pas dapat undangannya. Apalagi yang sharing Papa Coach favorit Fauzi Rahmanto hehe.. Yuk cus kita bahas.

coaching challenge
Mungkin di antara pembaca sudah banyak yang familiar dengan istilah coaching ya. Atau malah sudah pernah atau sedang menjalani prosesnya. Pada dasarnya, coaching adalah sebuah proses taught provoking (provokasi pemikiran) di mana coachee menjadi center selama prosesnya. Dia sendiri yang akan menentukan goal-nya, pun dia sendiri juga yang nanti akan mencari jalan untuk mewujudkannya. Yang pernah menjadi coachee mungkin awalnya ada yang suka kzl karena cuman ditanya-tanya doang, ga dikasih solusi, hehe.. Jadi memang coaching bukanlah proses memberikan saran atau solusi dan mengajarkan cara-cara seperti dalam training atau mentoring ya.


Coachee (orang yang di-coaching) memang menjadi center dari proses ini. Demikianlah yang sudah umum dipahami, oleh saya juga demikian, sampai pada suatu hari saya tersadarkan ketika mengikuti enrichment kemarin.

Dari sudut pandang seorang coach, benar bahwa membangun hubungan yang baik dengan coachee itu penting, tapi perlu diingat, bukan itu tujuannya. Mungkin saja coach bisa mendapatkan trust dari coachee-nya dan coachee merasa nyaman serta didukung oleh coach-nya, namun belum tentu coachee bisa menunjukkan performance yang maksimal setelah proses coaching berjalan.

Kalau coach menilai coachee kurang berani menantang dirinya, mungkin tidak jadi masalah bila hanya melihat coachee sebagai self-nya saja. Dah mentok. Orang dia cuman maunya itu tok, ya udah, kan center-nya ada di coachee. Maka, unsur ekologis perlu dijadikan konteks yang menempel tak terpisahkan dari proses coaching. Maksudnya adalah mengaitkan coachee dengan peran-peran yang sedang ia jalani, baik itu di perusahaan maupun peran sosial lain yang penting baginya. Jadi sekarang fokusnya sudah agak bergeser nih, menjadi bagaimana membuat coachee menunjukkan high performance dalam perannya di perusahaan atau di lingkungan yang menuntut kontribusinya.

Manusia perlu menghadapi challenges (tantangan) untuk memaksimalkan munculnya potensi terbaik yang dia punya. Tapi kita (bahkan dia sendiri) tidak akan tahu sejauh mana ia mampu sebelum ia mencobanya langsung. Dia pun belum tentu dapat terpikir untuk menantang dirinya sendiri untuk melompat lebih jauh dari yang selama ini sudah ia usahakan. Untuk itu, dia perlu orang lain. Dia perlu seorang coach yang bisa memberikan challenges dan membuatnya bersemangat untuk membuktikan, di samping seorang coach yang membuatnya nyaman untuk berinteraksi.  

Nah, lalu bagaimana untuk bisa memainkan sesi coaching yang provocative/challenging ini? Hhhmmmm pembahasannya cukup panjang. Tapi jika dirangkum, ada 5 hal yang perlu dilatih bagi seorang coach: yaitu memberikan feedback baik di level individu, tim, maupun organisasi coachee; memastikan coachee accountable di semua lingkup baik terhadap dirinya, terhadap kontrak, dan perusahaannya; mendorong coachee untuk memiliki dan mengejar courages goal; mengelola tense selama proses coaching; dan menggunakan system thinking.

Mohon maaf saya tidak bisa membahasnya satu-persatu dalam artikel ini karena kepanjangan. Lagipula yang lebih utama didahulukan adalah memahami prinsip kan, sebelum mengetahui cara-caranya? (Seriusan ini bukan ngeles)

Nah, demikianlah sekilas tentang provocative coaching yang saya pahami. Bahwa memberikan challenge tidak bisa dipisahkan dari peran seorang coach, selain kepandaian membangun trust dan respect. Keseimbangan dan ketepatan dalam memberikan support dan challenge itulah yang bisa membantu coachee menjadi high perform dalam menjalani peran yang diharapkan darinya.

Semoga bermanfaat.