Follow Us @farahzu

Wednesday, December 4, 2019

Provocative Coaching; Bukan Coaching Biasa

Assalamualaikum para Koleha yang budiman 😃

Saya mau cerita atau sedikit sharing nih tentang Provocative Coaching atau disebut juga Challenge Coaching, yang saya dapat dari enrichment class Kubik Coaching pekan lalu. Apaan tuh ya? Kok kayak menarik kalau lihat dari namanya. Iya, saya juga penasaran banget pas dapat undangannya. Apalagi yang sharing Papa Coach favorit Fauzi Rahmanto hehe.. Yuk cus kita bahas.

coaching challenge
Mungkin di antara pembaca sudah banyak yang familiar dengan istilah coaching ya. Atau malah sudah pernah atau sedang menjalani prosesnya. Pada dasarnya, coaching adalah sebuah proses taught provoking (provokasi pemikiran) di mana coachee menjadi center selama prosesnya. Dia sendiri yang akan menentukan goal-nya, pun dia sendiri juga yang nanti akan mencari jalan untuk mewujudkannya. Yang pernah menjadi coachee mungkin awalnya ada yang suka kzl karena cuman ditanya-tanya doang, ga dikasih solusi, hehe.. Jadi memang coaching bukanlah proses memberikan saran atau solusi dan mengajarkan cara-cara seperti dalam training atau mentoring ya.


Coachee (orang yang di-coaching) memang menjadi center dari proses ini. Demikianlah yang sudah umum dipahami, oleh saya juga demikian, sampai pada suatu hari saya tersadarkan ketika mengikuti enrichment kemarin.

Dari sudut pandang seorang coach, benar bahwa membangun hubungan yang baik dengan coachee itu penting, tapi perlu diingat, bukan itu tujuannya. Mungkin saja coach bisa mendapatkan trust dari coachee-nya dan coachee merasa nyaman serta didukung oleh coach-nya, namun belum tentu coachee bisa menunjukkan performance yang maksimal setelah proses coaching berjalan.

Kalau coach menilai coachee kurang berani menantang dirinya, mungkin tidak jadi masalah bila hanya melihat coachee sebagai self-nya saja. Dah mentok. Orang dia cuman maunya itu tok, ya udah, kan center-nya ada di coachee. Maka, unsur ekologis perlu dijadikan konteks yang menempel tak terpisahkan dari proses coaching. Maksudnya adalah mengaitkan coachee dengan peran-peran yang sedang ia jalani, baik itu di perusahaan maupun peran sosial lain yang penting baginya. Jadi sekarang fokusnya sudah agak bergeser nih, menjadi bagaimana membuat coachee menunjukkan high performance dalam perannya di perusahaan atau di lingkungan yang menuntut kontribusinya.

Manusia perlu menghadapi challenges (tantangan) untuk memaksimalkan munculnya potensi terbaik yang dia punya. Tapi kita (bahkan dia sendiri) tidak akan tahu sejauh mana ia mampu sebelum ia mencobanya langsung. Dia pun belum tentu dapat terpikir untuk menantang dirinya sendiri untuk melompat lebih jauh dari yang selama ini sudah ia usahakan. Untuk itu, dia perlu orang lain. Dia perlu seorang coach yang bisa memberikan challenges dan membuatnya bersemangat untuk membuktikan, di samping seorang coach yang membuatnya nyaman untuk berinteraksi.  

Nah, lalu bagaimana untuk bisa memainkan sesi coaching yang provocative/challenging ini? Hhhmmmm pembahasannya cukup panjang. Tapi jika dirangkum, ada 5 hal yang perlu dilatih bagi seorang coach: yaitu memberikan feedback baik di level individu, tim, maupun organisasi coachee; memastikan coachee accountable di semua lingkup baik terhadap dirinya, terhadap kontrak, dan perusahaannya; mendorong coachee untuk memiliki dan mengejar courages goal; mengelola tense selama proses coaching; dan menggunakan system thinking.

Mohon maaf saya tidak bisa membahasnya satu-persatu dalam artikel ini karena kepanjangan. Lagipula yang lebih utama didahulukan adalah memahami prinsip kan, sebelum mengetahui cara-caranya? (Seriusan ini bukan ngeles)

Nah, demikianlah sekilas tentang provocative coaching yang saya pahami. Bahwa memberikan challenge tidak bisa dipisahkan dari peran seorang coach, selain kepandaian membangun trust dan respect. Keseimbangan dan ketepatan dalam memberikan support dan challenge itulah yang bisa membantu coachee menjadi high perform dalam menjalani peran yang diharapkan darinya.

Semoga bermanfaat.


No comments:

Post a Comment