Follow Us @farahzu

Monday, January 13, 2020

Semakin Banyak Kita Punya, Semakin Banyak Kita Tak Punya

11:30 AM 8 Comments
banjir 2020
Perbincangan di sekitar saya masih sekitar banjir Jabodetabek di awal tahun 2020 dan pemulihannya. Yang saya mau ceritakan sekarang juga sama. Hehehe… Suatu hari saya bertemu seorang kawan. Rumahnya kebanjiran parah dan tidak memiliki lantai 2. Semua barang-barangnya habis rusak terkena banjir. Barang-barang elektroniknya tidak ada yang berfungsi.


Dia bilang, “ Semua hancur kak. TV, komputer, baju. Alhamdulillah gak punya kulkas sama mesin cuci. Kalau punya mah, rusak juga pasti.” Eh, alhamdulillah ya? Iya, alhamdulillah hanya punya televisi dan komputer, jadi yang rusak ya hanya televisi dan komputer. Kalau dia (atau orang lain) memiliki yang lainnya juga, tentu akan sama kondisinya. Seperti tetangga saya kebanyakan, sesama korban banjir.

Ternyata, semakin banyak yang kita miliki, akan semakin besar juga potensi kehilangan kita, Teman. Pelajaran yang jelas bisa diambil dari cerita kawan saya di atas. Orang-orang yang tidak punya kendaraan pastinya tak akan mengalami kendaraannya rusak terendam banjir, harus mengeluarkan banyak uang untuk biaya angkut dan reparasi, dan lain-lain, kan? Juga barang-barang elektronik, pakaian, dan sebagainya.

Kepemilikan kita atas sesuatu, seperti yang pernah kita bahas di blog ini, hanyalah titipan, dan semuanya akan ditanya. Kita gak punya apa-apa sejatinya. Jangankan harta atau keluarga, raga dan jiwa kita sendiri pun bukan milik kita, melainkan hanya titipan Yang Maha Kuasa. Kapanpun Yang Punya mau ambil milik-Nya, kita gak bisa apa-apa. Sama seperti musibah banjir kemarin, dan bencana-bencana lainnya. Mungkin kemarin hanya di Jabodetabek, kenapa? Ya karena Allah menghendaki di situ. Yang lain, tetap saja harus memiliki cara pandang yang sama (bahwa semua hanya titipan), karena bumi ini milik Allah. Semua di bawah kehendak-Nya.

Jadi, atas apa yang sedang kita miliki dan apa yang sedang hilang dari hidup kita, ikhlas saja ya. Baik atau buruk, semuanya ada hikmahnya. Jangan berhenti hanya di memikirkan kehidupan dunia, karena dunia itu sebentar.

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan). Sumber: link

Gitu ya Guys, orang yang paling cerdas itu yang begitu. Makasih ya sudah baca, semoga bermanfaat :)



Friday, January 10, 2020

Bersegera Di Jalan Allah; Cerita Dikunjungi Sahabat

10:04 PM 0 Comments

Saya dikunjungi oleh seorang sahabat yang lama tidak bertemu karena dia pindah domisili. Nanyanya hanya, ‘hari ini ada di rumah ga? Kangeeenn….’ Terus dia datang beberapa waktu habis maghrib, sesuai yang disepakati sebelumnya. Cuma sebentar, beberapa menit setelah azan isya, beliau pulang.

Selama mengobrol kami banyak membahas tentang Maha Baik dan Maha Kuasanya Allah, Maha Kaya lagi Pemberi Rezeki. Saya tau sahabat saya ini bukan orang yang banyak harta (setidaknya menurut pengakuannya), meskipun selalu Allah cukupkan rezekinya dan keluarganya, Allah mudahkan rezekinya ketika kebutuhan datang. Mungkin karena iman dan bertaqwa. Aamiin.
“… Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya…”(QS: Ath-thalaq: 2-3)
Sahabat saya ini datang membawa hadiah terbungkus. Dengan merendah dia bilang seadanya, tak bisa kasih yang mahal. Dengan alasan sopan-santun, saya menunda membukanya sampai dia pulang. Ketika saya buka, saya kaget karena ternyata isinya adalah sesuatu yang sangat berharga buat saya. Selain itu, harganya memang mahal.

Tapi, apa yang dia berikan pada saya malam itu, tidak bisa dibilang murah. Sungguh tidak bisa. Jangankan untuk memberikan hadiah untuk orang lain, untuk saya pakai sendiripun, saya pasti akan berpikir berulang kali untuk membelinya. Karena mahal. Tapi dia dengan keyakinannya, memberikan hadiah itu untuk saya. Ya Allah

Ya Allah, terima kasih sudah memberikan aku nikmat hadiah tersebut, sekaligus menegurku dengan manis. Betapa selama ini aku seringkali perhitungan untuk-Mu. Padahal aku tau Engkau mencintai perbuatan seseorang yang menyenangkan saudaranya. Ini bukan hanya menyenangkan hati saya. Ini sangat menyenangkan buat saya. Itu satu.

Kedua, kenapa saya tidak bongkar apa yang ada di rumah untuk dibawakan sebagai oleh-oleh? Padahal saya tau yang terbaik adalah menginfakkan sesuatu yang kita cintai. Ah, terlambaaatt faaar, dia sudah pulaaaaang.

Ketiga, dia datang dengan rindu dan keceriaannya yang begitu menghangatkan buat saya. Saya juga kangen berat. Dia banyak sharing dan cerita hikmah-hikmah yang dia alami, memberi nasihat buat saya, dan itu sungguh menguatkan saya. Ya Allah, betapa berkah seseorang saudara yang baik. Bertemu setengah jam saja, meninggalkan kebaikan yang banyak buat saya. Banyaaakk sekali.

Jazakillah khayr, kakanda. Semoga Allah senantiasa menjagamu dalam kebaikan. Aaminn.. Semoga pelajaran berharga yang kuambil darimu malam ini, bisa membantuku istiqomah untuk memperbaiki diri lagi.

Baca Juga: Hanya Titipan