Follow Us @farahzu

Tuesday, September 29, 2015

Dendeng Balado Basah (Recipe)

9:10 AM 0 Comments

Mungkin karena foto merah cabai yang berminyak itu membangkitkan selera siapapun, qadarullah postingan saya di facebook beranak komentar nagih resep. With my pleasure sista, tapi maaf nih, saya tidak menyertakan jumlah bahan dan bumbu yang digunakan. Tanpa diukur soalnya. So, kira-kira aja lah ya.. emak-emak biasanya jago nih soal ini. Hehehe.. Oh ya sebelum menyesal (??) saya informasikan bahwa proses untuk memasak dendeng balado ini cukup boros gas yaaa...

Dendeng Balado (basah)

Bahan:
Daging sapi tanpa lemak
Air untuk merebus daging
Minyak untuk menggoreng

Bumbu:
Cabai merah keriting (sebanyak selera pedas anda)
Cabai merah besar (4-5 buah, untuk rasa sedap saja bukan untuk pedas)
Bawang merah
Garam
2 iris jeruk nipis

Cara memasak:
1. Rebus daging dengan air yang kira-kira kalau hampir sat, dagingnya sudah empuk. Sampai hampir sat dan menyisakan sedikit kaldu.
Sambil menunggu, siapkan bumbu.
2. Rebus cabai merah keriting, cabai merah besar, dan bawang merah sampai matang. Kalau kurang matang, kelak dendengnya tak tahan basi.
3. Setelah direbus, haluskan cabai merah keriting dengan garam, sampai halus.
4. Setelah halus, campurkan dengan cabai merah besar dan bawang merah, asal dihancurkan saja jangan sampai halus.
5. Menunggu (seringkali sangat membosankan *ebiet mode: ON)
6. Bila daging sudah empuk dan kaldunya hampir sat sisa sedikit, angkat dan potong daging tipis-tipis dan lebar.
7. Tambahkan garam secukupnya pada kaldu yang tinggal sedikit tersebut.
8. Tumbuk-tumbuk (pakai cobek) daging yang sudah diiris tipis dan lebar sampai pipih (tapi pelan-pelan jangan sampai hancur), lalu masukkan pada kaldu yang sudah diberi garam. Aduk-aduk.
9. Tumis bumbu yang sudah disiapkan tadi, PLUS masukkan sisa kaldu bergaram tersebut dalam tumisan bumbu. Hhhhmmmmmm ini yang paling bikin maknyusss...
Ah ya supaya agak seger, kasih perasan jeruk nipis. 
      10.   Setelah matang, secara terpisah goreng daging yang sudah dipipihkan dalam minyak panas dan api sedang, sampai kering. Tiriskan.
      11.   Campurkan daging yang sudah digoreng kering dengan bumbu yang sudah matang. Tidak perlu pakai api lagi.
      12.   Selesai!

This is it!




Mudah kan? Iya mudah. Boros gas kan? Iya boros banget untuk nunggu kaldunya hampir sat. Tapi in sya Allah akan terbayar dengan wajah-wajah penuh kepuasan anggota keluarga yang menyantapnya. Hehehehe... selamat mencobaaaa...

Monday, September 28, 2015

Cut Nyak Dien; Sebuah Novel Epik Perang Aceh

3:58 PM 0 Comments
Judul                  : Cut Nyak Dien; Sebuah Novel Epik Perang Aceh
Penulis               : Sayf Muhammad Isa
Penerbit Qanita
Cetakan I, April 2015
Jumlah halaman : 789 halaman


perang aceh


Saya suka sekali membaca sejarah berbingkai cerita seperti buku ini. Bahwa belajar sejarah bukanlah menghafal nama-nama dan tanggal-tanggal. Belajar sejarah adalah mengambil spirit perjuangan di masa lalu untuk dikobarkan kembali di masa kini. Dengan bentuk yang berbeda, silahkan. Tapi bisa juga sama. Karena Jas Merah kata Bung Karno. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah, karena sejarah selalu berulang. Lihat saja.

Jujur awalnya saya berharap novel ini mengisahkan perjuangan pahlawan kita Cut Nyak Dien sebagai tokoh utama. Yang konon perlawanannya tidak sesimpel dan sesederhana seperti digambarkan buku-buku sejarah di sekolah. Tapi ternyata cerita tentang beliau hanya pelengkap di buku ini, sedikit-sedikit. Tapi buku ini tetap recommended buat dibaca. Banget.

Latar utama cerita ini adalah Perang Sabil di Aceh, yang dimaksudkan sebagai perang fi sabilillah (berjuang di jalan Allah) untuk mengusir kaum kaphe Belanda yang hendak menjajah dan menghancurkan negeri Islam, yakni Kesultanan Aceh. Digambarkan betapa Khilafah Islamiyah di Turki saat itu telah digerogoti oleh Barat dan Liberalisme, sehingga menolak memberikan bantuan untuk negeri Islam yang notabene ada di bawah perlindungannya, dengan mengemukakan alasan yang memalukan: Aceh adalah negeri yang jauh dari Turki. Hhmmfftt!

Buku ini benar-benar mengobarkan semangat juang di dada pembacanya. Bahwa pertahanan terbaik adalah tetap melawan. Meskipun musuh lebih kuat. Persenjataannya jauh lebih canggih. Jumlah pasukan terlatih lebih banyak. Dan tak boleh ada celah sedikitpun untuk merasa lemah, karena kemudian yang ada hanyalah menyerah, dan kalah. Tak boleh pula ada celah sekecil apapun untuk berdamai dengan pihak yang telah jelas ingin menjajah kita. Karena kalaupun mereka berjanji, janji itu tak ada nilainya, tak bisa dipercaya karena dengan mudahnya mereka langgar. Lagipula apa artinya hidup dengan kehinaan, tanpa kehormatan?

Majulah, karena janji Allah itu pasti. Lawan, karena mereka yang syahid itu tidak mati; mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki. Karena hanya ada 2 pilihan: hidup mulia atau mati syahid. Ya ampun... hidup di dunia cuma 1,5jam hitungan akhirat!

*istighfar*

Salah satu insight lain yang sangat penting dari buku ini juga, adalah bahwa sejatinya kita tak memiliki apapun. Istri/suami kita bukan milik kita. Anak dan orang tua kita juga bukan milik kita. Rumah, harta benda, apapun, semua bukan milik kita, hanya titipan Allah. Karena kita tak memiliki apapun, maka kita tak akan kehilangan apapun. Betul kan?


Baca Juga: Manajemen Teller - Jangan Ribet Sama Jodoh!


Pride and Prejudice - Jane Austen - Review

3:19 PM 0 Comments

Judul                  : Pride and Prejudice 
Penulis               : Jane Austen 
Penerbit Qanita, Edisi kedua, cetakan ke-3, Juli 2015
Jumlah halaman : 585 halaman


jane austen

Pertama baca judulnya waktu jalan-jalan ke toko buku, kok kayak akrab sekali ya? Ada kok di mata kuliah tertentu yang (tentu saja) saya lupa. Selang 2 hari saya bertemu senior dalam sebuah perjalanan kerja ke Kalimantan, dan dia memecahkan teka-teki itu: matkul Psikologi Sosial! Oh iyaaaa namanya aja ‘prejudice’ ya >.<

Roman ini sudah berumur lebih dari 150 tahun tapi konon katanya masih melegenda. Mbah Jane Austen menggunakan latar sosial kaum menengah dan kelas atas di Inggris pada abad ke-19. Dalam roman ini dipaparkan betapa kebanggaan sebagai anggota kelas atas yang dimiliki oleh beberapa tokoh sangat membatasi bagaimana mereka berperilaku dan memandang orang lain yang ‘setara’ dan bagaimana memandang dan berinteraksi dengan orang lain yang ‘lebih rendah’ dari kelas sosial mereka. Itulah ‘pride’; kebanggaan akan darah biru yang mengaliri nadi segelintir orang. Dan bagaimana orang-orang di kelas lebih rendah memandang mereka dengan penuh kekaguman dan sepenuh pengharapan untuk mendapatkan kaum lelakinya sebagai menantu mereka.

Tapi kala itu tidak semua kaum bangsawan terpelajar, apalagi kaum wanitanya. Namun tetap ada segelintir pemuda dan pemudi terpelajar dari kedua golongan tersebut. Yang cara pandangnya melewati batas warna darah yang mengaliri nadi manusia karena takdir menggariskannya demikian. Kaum terpelajar dari kelas rendah tetap percaya dengan dirinya sendiri. Mereka tidak rendah diri dengan bangsawan manapun yang ditemuinya karena memandang mereka setara dengan dirinya. Dan nampaklah bahwa kecerdasan memang memiliki pesonanya sendiri.
*ouch, kenapa saya suka sekali dg kata-kata itu*

Setiap memori tentang latar belakang, lingkungan tempat tinggal, teman-teman, tetangga, saudara, dan semua orang yang kita bergaul dengannya, akan berkumpul menjadi semacam ringkasan di dalam otak yang biasanya kita jadikan dasar untuk menilai perilaku seseorang. Yang belum terjadi sekalipun. Bahkan, belum tentu benar. Itulah prejudice, prasangka. Dan kerennya, roman ini benar-benar memutarbalikkan segala prasangka yang dimiliki oleh semua tokohnya. Yes. S e m u a ! Menjelang akhir, satu-persatu semua orang dihadapkan pada pembuktian bahwa prasangkanya selama ini salah total. Sama sekali. Iya sih, ini fiksi, tapi Mrs. Jane benar-benar ingin menunjukkan bahwa prasangka apapun terhadap siapapun, tidak layak dijadikan dasar untuk menilai.


Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa...” (QS: Al Hujurat: 12)


Main-main ke Tambang Batu Bara

10:52 AM 0 Comments
It's a very late post


Dalam sebuah rekor training terpanjang tanpa jeda (12 hari), di hari ke-13 kami diajak visit tambang. Semata-mata agar lebih memahami realita para peserta training yang kami fasilitasi. Wah. Ini pengalaman pertama buat saya. Kami naik bis sarana yang sudah disiapkan. Pertama kami menuju safety office. Untuk diberikan induksi (pengenalan) daerah tambang berikut apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Kami datang sudah mengenakan APD (Alat Perlindungan Diri) standar visitor, mencakup rompi reflektor, helmet, dan safety shoes. Di sana ditambah lagi dengan kacamata, terutama untuk teman-teman yang tidak berkacamata.


Supir bus kami memasang bendera yang lebih tinggi lagi daripada sebelumnya ketika masih di jalur hauling (transportasi barang tambang) pada saat akan memasuki area tambang. Terang saja, itu alat tambang masya Allah besssaaaaarrrr banget. Harus pasang bendera tinggi-tinggi supaya terlihat.

Perhentian pertama kami di workshop (bengkel) tempat para mekanik dan level-level di atasnya bekerja. Kami bertemu lagi dengan banyak peserta training kami di hari sebelumnya. Hehehe. Tetep jaim dong yah jangan sampai nampak noraknya. Hihihi.


WS PHE 2 (Plant Heavy Equipment)
PC 4000, "alat keruk" raksasa
da aku mah apa atuh...cuma butiran debu yang tak terlihat...
all team kubik lagi katasis
saya dan HD (Huge Definition). Ah, setinggi bannya saja tak sampai..hheheh

Puas dari workshop, kami menuju sebuah tempat untuk melihat proses blasting tepat pada pukul 12.00 WITA. Wuuiiddiiihhh masya Allaah itu tambang gede banget. Fyi ini memang tambang batu bara terbesar di Asia Tenggara. Alat-alat yang kami lihat sebelumnya di workshop begitu raksasanya, terlihat seperti titik dari tempat ini. Ya Allah.

liat ga tuh titik kuning? itu alat raksasa yang tadi kami foto-fotooooo... apa?? ga keliatan???
waiting for blasting

Blasting. Sudah sejauh itu saja bumi rasanya masih bergetar. Sedikit sih. Kata suami di site yang lain yang lebih kecil, setiap blasting pasti getarannya terasa sampai ke ruang pelatihan.

Naaahh di sini kami bertemu dengan seorang Section Head yang jadi idola kami para fasil cewek. Tanya kenapa. Bukan karena ganteng, seriously. Karena dia pinter baaaangeeeeddd! Kami bertekad mau foto bareng beliau tapi pada malu. Minta tolonglah kami sama Mas Aan (orang HC) untuk fotoin. Awalnya foto semuanya yang ada di sana. Setelah itu, “Pak maaf, boleh sama Pak Himawan aja?” >.< thanx mas aan! Hahaha kacaww...

atas: all team; bawah: HFC. orang PAMAnya ga akan nyangka deh kalo doi dapet fans club

Habis itu selesai, kami pamit pulang. Fyi saat itu bulan puasa. Tambang panasnya subhanallah. Udah pada lemes. Hihi.. Pada kesempatan selanjutnya ke Tanjung, saya bawa cadar dong untuk melindungi wajah dari sengatan matahari yang mantabh seqalih. Eh taunya ga tambang visit lagi hahahaha ciaaaann...

Alhamdulillaah.. pengalaman baru lagi.. Love my job!