Follow Us @farahzu

Monday, September 28, 2015

Pride and Prejudice - Jane Austen - Review


Judul                  : Pride and Prejudice 
Penulis               : Jane Austen 
Penerbit Qanita, Edisi kedua, cetakan ke-3, Juli 2015
Jumlah halaman : 585 halaman


jane austen

Pertama baca judulnya waktu jalan-jalan ke toko buku, kok kayak akrab sekali ya? Ada kok di mata kuliah tertentu yang (tentu saja) saya lupa. Selang 2 hari saya bertemu senior dalam sebuah perjalanan kerja ke Kalimantan, dan dia memecahkan teka-teki itu: matkul Psikologi Sosial! Oh iyaaaa namanya aja ‘prejudice’ ya >.<

Roman ini sudah berumur lebih dari 150 tahun tapi konon katanya masih melegenda. Mbah Jane Austen menggunakan latar sosial kaum menengah dan kelas atas di Inggris pada abad ke-19. Dalam roman ini dipaparkan betapa kebanggaan sebagai anggota kelas atas yang dimiliki oleh beberapa tokoh sangat membatasi bagaimana mereka berperilaku dan memandang orang lain yang ‘setara’ dan bagaimana memandang dan berinteraksi dengan orang lain yang ‘lebih rendah’ dari kelas sosial mereka. Itulah ‘pride’; kebanggaan akan darah biru yang mengaliri nadi segelintir orang. Dan bagaimana orang-orang di kelas lebih rendah memandang mereka dengan penuh kekaguman dan sepenuh pengharapan untuk mendapatkan kaum lelakinya sebagai menantu mereka.

Tapi kala itu tidak semua kaum bangsawan terpelajar, apalagi kaum wanitanya. Namun tetap ada segelintir pemuda dan pemudi terpelajar dari kedua golongan tersebut. Yang cara pandangnya melewati batas warna darah yang mengaliri nadi manusia karena takdir menggariskannya demikian. Kaum terpelajar dari kelas rendah tetap percaya dengan dirinya sendiri. Mereka tidak rendah diri dengan bangsawan manapun yang ditemuinya karena memandang mereka setara dengan dirinya. Dan nampaklah bahwa kecerdasan memang memiliki pesonanya sendiri.
*ouch, kenapa saya suka sekali dg kata-kata itu*

Setiap memori tentang latar belakang, lingkungan tempat tinggal, teman-teman, tetangga, saudara, dan semua orang yang kita bergaul dengannya, akan berkumpul menjadi semacam ringkasan di dalam otak yang biasanya kita jadikan dasar untuk menilai perilaku seseorang. Yang belum terjadi sekalipun. Bahkan, belum tentu benar. Itulah prejudice, prasangka. Dan kerennya, roman ini benar-benar memutarbalikkan segala prasangka yang dimiliki oleh semua tokohnya. Yes. S e m u a ! Menjelang akhir, satu-persatu semua orang dihadapkan pada pembuktian bahwa prasangkanya selama ini salah total. Sama sekali. Iya sih, ini fiksi, tapi Mrs. Jane benar-benar ingin menunjukkan bahwa prasangka apapun terhadap siapapun, tidak layak dijadikan dasar untuk menilai.


Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa...” (QS: Al Hujurat: 12)


No comments:

Post a Comment