Follow Us @farahzu

Monday, March 16, 2020

Lockdown Imbas Corona Belum Diberlakukan di Indonesia; Bagaimana Kita Bersikap

Terkait dengan merebaknya virus Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan virus Corona, beberapa negara telah memberlakukan aturan lockdown di negaranya. Di Indonesia sendiri, pemerintah belum menetapkan apakah kita juga akan mengikuti negara lain dalam menerapkan aturan lockdown, karena sesungguhnya sistem ini tidaklah sesederhana semua orang diam di rumah, tidak berkeliaran di jalan atau tempat umum.
bandara syamsudin noor
(ilustrasi, pribadi)
Bila semua orang bersabar diam di rumah selama minimal 14hari saja, menurut berbagai prediksi yang beredar di whatsapp dan social media, in sya Allah persebaran virus ini akan mudah dihentikan. Bersabar sedikit aja, demi kemaslahatan bersama, masa sih gak mau? Egois banget.

Hhmmhh. Di sini, saya sungguh menyayangkan ada banyak orang yang punya cukup informasi, cukup level pendidikan, bahkan juga punya akses ke berbagai lembaga terkait, yang menghujat dengan keras orang-orang yang tidak setuju dengan lockdown, atau pemerintah daerah yang tidak ikut menutup tempat-tempat umum di wilayahnya. Sungguh disayangkan.

Saya memang bukan pakar kesehatan apalagi ekonomi, namun saya bisa memahami kenapa ada orang atau pejabat yang menolak sistem lockdown diberlakukan.

Fyi, rumah saya ini dekat dengan SD Negeri. Setiap pagi, jalanan depan rumah ramai oleh lalu-lalang orang tua yang mengantar anaknya, anak-anak yang berangkat sekolah bersama-sama atau sendirian, tukang ojek, dan juga para pedagang makanan, minuman, dan mainan yang mangkal di SD itu. Tadi pagi, 16 Maret 2020, jalanan depan rumah sepi karena seluruh tingkat sekolah diliburkan (belajar di rumah).

Gaes, ada banyak sekali orang-orang yang penghasilannya didapat harian. Jika mereka berdagang hari itu mereka dapat uang untuk beli makan, kalau tidak ya tidak ada uang. Di China, pemerintahnya menanggung semua kebutuhan warga Wuhan ketika diberlakukan lockdown, warga dilarang keluar rumah dan dijaga oleh aparat (sumber). Bagaimana dengan di sini? Golongan masyarakat menengah ke bawah ini banyak jumlahnya di negeri kita. Kalau mereka tidak jualan selama 14 hari, apa ada yang menanggung kebutuhan makan mereka? Apakah orang-orang yang menghujat dengan keras dan menuduh orang egois karena tidak bisa diam di rumah itu mau memberikan makan keluarga mereka selama 14 hari itu?

Lalu siapa yang egois kalau begitu? Bisa-bisa ada banyak orang yang mati bukan karena corona, tapi karena gak makan. Gimana coba? Kalau dibilang itu takdir, kalau begitu jangan salahkan juga orang yang tetap keluar rumah karena berprinsip mati itu takdir juga.

Saya bukannya sedang mendukung atau mengkritisi pemerintah terkait ini. Saya berusaha memahami kedua belah pihak yang punya pendapat berbeda ini. Percayalah, orang selalu punya alasan untuk memilih a atau b, untuk diam di rumah agar wabah virus ini cepat selesai atau tetap keluar rumah menjemput rezeki untuk keluarganya.  

Maka, gak usah menuduh orang lain egois. Lihat dari kacamata orang lain juga. Tidak setuju boleh, tapi mbok ya biasa aja, jangan berpikir pemikiran kita ini paling benar. Gitu ya, plis.

Baca Juga: Happiness Blogger

No comments:

Post a Comment