Setiap anak yang lahir, sudah terinstal tauhid di dalam dirinya. Mengenal dan mengesakan Allah adalah fitrah setiap manusia.
Saya pernah membuktikan pada anak saya (1y7mo waktu itu) dengan bertanya, “Fatih, di mana Allah?” Dia langsung mendongak ke atas secara otomatis.*
Ya, Allah di “atas”, di langit, di atas ‘Arsy.
*cara mengetes ini saya dapatkan dari ceramah Ustadz Khalid Basalamah (KHB), dengan catatan fitrah tauhid anak belum rusak misalnya karena banyaknya tontonan yang salah.
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِیۤ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّیَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدۡنَاۤۚ أَن تَقُولُوا۟ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِینَ﴿ ١٧٢ ﴾
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS: Al-A'raf, Ayah 172)
Dari Abi Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah (muslim)”. (HR. Bukhari Muslim)
‘Programnya’ sudah ada, jadi sebenarnya orang tua “hanya tinggal” mengingatkan dan memanggil memori di alam ruhnya ketika perjanjian dengan Allah itu terjadi. Etapi ternyata gak semudah itu juga. Kenapa ya?
Ya mungkin karena orang tuanya juga masih belajar untuk terus ingat masalah tauhid ini. Jadi, yuk kita mengingatkan diri sendiri sekaligus anak kita, memelihara fitrah tauhidnya agar dia tidak sempat lupa seumur hidupnya. In syaa Allah.
No comments:
Post a Comment