Follow Us @farahzu

Monday, January 5, 2009

TETETETEEEETTTT….DHUARR!!- sebuah tinjauan atas fenomena dunia

-Bekasi, 1 Januari 2009-

Ramai nian malam tahun baru 2009. Suara terompet yang menurutku -maaf- sulit untuk dibilang merdu ‘menghiasi’ jalan depan rumahku. Banyak sekali kendaraan berlalu-lalang, bising sekali. Nonton teve; jalan-jalan penuh,, Ancol dan Taman Mini juga penuhh,,, Seluruh dunia penuuhh!!! Semua bersuka cita merayakan datangnya tahun baru.
Satu hal yang menggelitik benak saya, “TAHU gak ya mereka akan penderitaan rakyat Palestina di saat yang sama???” Hampir semua program berita di semua saluran televisi menyiarkan kabar duka tersebut. Saya asumsikan, mereka tahu.
Nah, pertanyaan berikutnya adalah, “kok bisa ya, mereka masih bersenang-senang bersuka ria di tengah penderitaan ratusan manusia lain di Palestina??”
Asumsi saya berikutnya, sedikit analisis fenomena tersebut berdasarkan teori, afeksi (emosi, perasaan, hati) mereka mungkin belum tersentuh.
Mereka tahu, ya, mereka tahu, secara kognitif (pikiran, pengetahuan). Kognitif mereka telah tersentuh. Tapi mungkin afektifnya belum, baru sekedar ‘kasihan, parah banget’, dll. Sedangkan menurut 3 steps model/change theory dari Lewin, perilaku baru yang menetap dapat dibentuk bila melibatkan afeksi/perasaan seseorang.
Misalnya, saya sih yakin sekali orang yang merokok itu tahu tentang bahaya rokok. Tapi mengapa mereka tidak berhenti merokok? Karena, belum ada suatu peristiwa traumatis/insightful yang “mengguncang” afeksi mereka mengenai bahaya rokok. Kalau ada orang terdekat yang ia kasihi meninggal gara-gara jadi konsumen asap rokoknya, kemungkinan besar ia akan menjauhi rokok.
So, kenapa afeksi mereka belum tersentuh?
Mungkin, yang menderita itu rakyat Palestina. Jauuuhhh sekali dari tempat mereka. Atau, yang terluka hanya “rakyat Palestina”. Bukan siapa-siapa, jadi tidak ada hubungan dengan mereka.
Lain halnya, untuk orang-orang yang merasa bahwa “rakyat Palestina” adalah saudara-saudara yang mereka cintai, bagaikan satu tubuh bahkan. Mereka akan bergerak. Pasti.

1 comment:

  1. sungguh miris nian...tapi begitulah banyaknya umat ini..mereka akan tersentuh jika mereka sendiri atau keluarga terdekat yang merasakan " sentilannya" apakah harus disentil dulu baru bisa merasakan empati? semoga saja tidak..nice artikel...

    ReplyDelete