Follow Us @farahzu

Wednesday, November 12, 2008

Zona Nyaman; Jangan Pernah Kau Tinggalkan (Penting, baca sampai habis)

*enak ya, jadi observer*
       Berawal dari kedatangan telat-ku di kelas pelatihan hari ini, Senin 10 November 2008. Yaaahh, 5 menit saja,, ngerasain juga akhirnya duduk di parking lot. Jadi observer. Tidak punya hak bicara. Alhamdulilah, pendengaran tidak perlu diatur haknya.
       Jadi observer. Meski kadang gatal untuk bicara, tapi aku merasakan keadaan psikologis yang sangaaaaaatt nyaman. Tak ada sedikitpun ancaman ataupun ketakutan. Juga tidak perlu merasa bersalah jika salah menjawab atau berpendapat. Atau ketika tidak tau sama sekali tentang jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan dosen. Nyaman,, Sebenar-benar nyaman.
      Tapi…aku tidak bisa mendapat sebanyak yang teman-teman lain dapatkan jika datang tepat waktu. Ilmu. Yeah, pelajaran. Soft skills. Kekuatan mental. Kelapangan dada. Sabar. Pengetahuan yang lebih mendalam dan komprehensif. Dan keterjagaan (keaktifan menghindarkan kita dari ngantuk, hehe..).
      Tapi (lagi), kondisi itu tidak nyaman! Itu sebabnya, sebagian besar peserta ajar (siswa, mahasiswa, hingga mutarabbi) menunduk dan menghindari tatapan pengajar ketika pertanyaannya terlontar. Sekali lagi, tidak nyaman. Dulu, aku yang belum tau “hukum umum” itu terjebak mata dosen karena tidak ikut menunduk saat dosen bertanya. Jadilah aku yang tatapannya “tertangkap” harus menjawab pertanyaan yang sesungguhnya aku sama sekali tidak tau jawabannya.
      Setiap kita punya zona nyamannya masing-masing. Sering, kita sangat enggan untuk meninggalkan zona itu. Ah, sudah nyaman. Yang penting gua senang. Hidup ngapain dibikin susah... Yah, biasanya seperti itu. Atau, ada ketakutan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan yang ada di luar zona nyaman kita.
     Hhmm,, jadi ingat. Dulu waktu "kecil", waktu masih di legislatif mahasiswa fakultas, aku mendapat banyak sekali pelajaran tentang ini. Di fakultas (duh, malu nih mau ngaku) aku selalu uring-uringan.. Kalo lagi kesel sama POMDA atau bendum2 senat yang tentu saja tidak sebaik seperti sekarang terhadap bendum MPM, aku selalu melarikan diri menemui partner kerjaku yang lain: Emi, bendum FUSI. Haha, lucu rasanya. Kalo ada Mba Mira sang ketua BPM, p[ada beliau lah aku menumpahkan segalanya.
      Hingga akhirnya aku menemukan hal yang sangat menyenangkan. "Bermain-main" di tingkat UI. JAdi PJ Humas Pokja Pemilihan Rektor UI. Hwaaaa,,, aku baru benar-benar merasakan kenyamanan itu. Meski capek, tapi senang. Nyaman. Dan gerakku pun lebih sempurna (jauh lebih baik lah,,).
  Nah, setelah Pokja Pilrek berakhir dan aku menemukan bahwa "UI" itu menyenangkan,, setiap kali burn out dengan kerjaan di fakultas, aku melarikan diri. Bukan mencari orang lain. Tapi mencari fakultas lain (Haha,, kalo ingat payah banget dehh) yang membuatku nyaman. Biasanya aku "nongkrong" di mushola FKM. Menikmati nyamannya mushola indah itu sambil bermimpi fakultasku memiliki mushola serupa, Bertemu teman-teman yang luar biasa ramah dan menyenangkan sangat... Menyenangkan sekali...
     Tapi lama kelamaan, kupikir aku tidak bisa terus seperti itu. Lambat laun aku "semakin besar" dan menyadari, bahwa aku harus kuat di setiap situasi. Meski di legisltif dulu aku "digampar-gampar" ke sana kemari, lantas "kabur" menyelamatkan diri, kupikir, sudah saatnya aku dewasa. Berani menghadapi semua yang ada di hadapanku. Toh, semuanya juga pilihanku.
      Pilihanku untuk belajar lebih banyak di sana. Untuk lebih kuat dari yang lain. Pilihan untuk bertumbuh dengan optimal dan menjadi pribadi (dan kader da'wah) "tahan banting". Meski sulit, tapi pasti bisa! Kadang orang yang "mau" lebih bermanfaat daripada orang yang "mampu" (kata-kata indah penyemangat dari Cune). Bahwa, seperti pada cerita awalku di atas, tidak akan banyak yang bisa didapat bila kita terus berada dalam zona nyaman kita.
         Nah,, setelah kujalani dan kurenungkan kembali,,, Rasanya aku akan lelah kalau keluar dari zona nyamanku untuk menjalankan amanah-amanah ini. SAmpai kapan? Berharap "medan"-ku akan berubah? Kapan?? Akhirnyaaa... Kuputuskan bahwa aku tidak akan keluar dari zona nyamanku. Tapi aku akan belajar untuk meluaskan zona nyaman itu. Jadi apapun kondisinya, aku bisa terbiasa untuk nyaman, sekeras apapun, dan bekerja seoptimal saat aku merasa benar-benar nyaman.
   Yaaah, itulah mungkin, ladang amal yang Allah sediakan untukku. Ya Allah, luluskanlah hamba dhaif-Mu ini dalam ujian keimanan indah ini...

***
Teman, kita tidak akan bisa berkembang lebih baik bila terus berada di zona nyaman kita. Seperti teori 3 steps model dari Lewin, seseorang yang berada dalam kondisi “freeze” harus mengalami disekuilibrium untuk dapat moving/change, unfreeze…lalu refreeze, dengan tingkah laku baru yang lebih adaptif (haduh, maaf, gara-gara lagi kuliah Pelatihan)
Depok, 10 November 2008

20 comments:

  1. berhenti sejenak di zona nyaman..
    *sering*

    ReplyDelete
  2. saran: buatlah pembaca untuk tidak lelah membaca
    misal, dalam satu baris tidak terlalu banyak kalimat
    supaya pergerakan mata pembaca tidak lelah

    moga bermanfaat

    ReplyDelete
  3. duh, gara2 telat ya... awas nanti disuruh push up ama dosen (bercanda, cuma di PTK kali...)

    setuju... mahasiswa gak sharusnya mencari zona aman, krn masih punya idalisme dan mimpi...

    ReplyDelete
  4. ehem...kayaknya akrab bgt nih ama ni teori...
    hehe...

    ReplyDelete
  5. Bahkan seorang petualang zona pun membutuhkan sebuah zona nyaman yang selalu ada ketika dibutuhkan..
    Keluarga..

    ReplyDelete
  6. hahahahahahahha,,, k iman,,, udah "demam" ya ka???

    ReplyDelete
  7. sepakat..
    biar nyaman kite bacanya.. hehehe.. ;)

    ReplyDelete
  8. kedewasaan memang butuh proses, butuh waktu..tak bisa dipaksakan

    ReplyDelete
  9. trus kapankah kita tau kalo kita sudah dewasa? *tak tau jawabnya..

    ReplyDelete
  10. ho'oh.. aku juga blum tau.. apa sih yaa? *bingung

    ReplyDelete
  11. mari kita sama sama tanyakan pada rumput yang bergoyang..

    yah rumputnya gag ada yang bergoyang..
    ada juga monyet yang lagi joget..

    ReplyDelete
  12. bukan joged itu mah, tapi muter2 kaya gasing.. heheh.. :p

    ReplyDelete
  13. eh iya salah..
    ini baru joget!!

    yo semua,,tangan di atas!!

    ReplyDelete
  14. aduh..aduh..gag bisa joged. lagi enchoque

    ReplyDelete
  15. kalo gag bisa joged,,
    lebih baik minum minum saja..

    hoho!!

    ReplyDelete