Follow Us @farahzu

Monday, May 17, 2010

Belajar Renang, Belajar Hidup; Sebuah Filosofi

Apa hubungannya hayoo?? Jadddiii, sebenarnya dalam apapun hal yang kita lakukan, lalui, atau amati dalam hidup, tersimpan sejuta makna yang dapat memperkaya kita sebagai manusia. Dengan catatan, asal kita mau membuka indera, pikiran, dan hati lebar-lebar untuk menangkap makna-makna itu. Itulah sebabnya Rasul saw bilang, “Hikmah itu milik orang mu’min yang hilang; di manapun ia menemukannya, ia berhak atasnya”, kira-kira demikian.
Begitupun dengan renang. Konon katanya, renang itu adalah olahraga yang paling baik. Itulah mengapa Rasulullah Muhammad saw menganjurkannya. Dan kata Umar Bin Khaththab sang jagoan,
“Ajarilah anakmu berenang sebelum menulis. Karena ia bisa digantikan orang bila tidak bisa menulis, tapi ia tidak bisa digantikan orang lain bila tidak bisa berenang”.
Ih wow, saya bahkan baru tau ketika membaca bukunya Anis Matta. Tapi sayangnya renang bukan olahraga paling murah. Hehe… renang juga olahraga yang paling menyenangkan karena kita bermain dengan sejuknya air. Jadi ingat waktu SD dulu, ketika guru saya bertanya siapa yang hobi renang, semua anak mengacungkan tangannya, kecuali satu. Sisanya, menganggap aneh 1 anak yang tidak suka renang itu. Olahraga apa coba yang bikin capek tapi tidak membuat kita berkeringat? Ya renang lah ;D
Berbekal nguping waktu seorang pelatih sedang mengajari ibu-ibu bagaimana mengajari anaknya berenang, saya mencoba mempraktekkan beberapa hal pada orang-orang yang mempercayakan saya sebagai pelatihnya (contoh: ibu saya dan temannya). Ketika seseorang baru pertama kali belajar renang, pertama-tama sekali, ia harus dikenalkan dulu dengan ‘dunia barunya’: air. Caranya, dalam posisi berdiri (boleh berpegangan pada dinding kolam), celupkan muka ke dalam air dengan mata terbuka, lalu lihatlah kakimu sendiri di dalam air itu. Ingat, mata harus terbuka. Lakukan beberapa kali, hingga anda/ia terbiasa dan tidak ‘takut’ lagi dengan air.
Filosofinya, sebelum kita dapat beraktivitas dengan leluasa dalam hidup, kita harus kenali dulu sekeliling kita, mengakrabinya. Kita tidak akan menikmati suatu suasana kalau kita takut menghadapinya kan? Membuka mata di dalam air ketika renang merupakan hal yang penting, karena dengan demikian kita baru akan bisa “menikmatinya”. Aku pernah iseng mengerjai teman yang sudah bisa meluncur. Kuminta ia meluncur sejauh jarak antara aku dan dia. Ketika hampir sampai, aku mundur, mundur, mundur, ada yang aneh. Kok, gak ada yang protes ya? Ternyata selama di dalam air dia merem! Tidak sadar aku kerjain. Pantas saja lama bisanya karena ia masih ‘panik’ dengan air. Kenali dulu dunia kita, buka mata, nikmati sensasinya ;D
Kedua, kita harus percaya pada air. Trust. Yang harus dipahami adalah bahwa, air itu sebagaimana kita memperlakukannya. Seperti halnya manusia, air juga butuh ditsiqohi (akhirnya terjawab di sini, haha..) Kalau kita percaya air tidak akan menenggelamkan kita, ya air akan mengambangkan kita. Biasanya cara untuk membuat orang yang masih sangsi dengan hal itu adalah dengan menenggelamkan diri kita sendiri sambil menahan napas, tanpa melakukan perlawanan apapun terhadap air, pasrah saja. Lalu, air akan mengambangkan tubuh kita dengan sendirinya. Yah, seperti, maaf ya, mayat yang mati di air dan telah mengapung.
Nah, analoginya, mengapa mayat bisa mengapung, alih-alih tenggelam? Jawabannya karena, ia pasrah, tidak memberikan perlawanan apapun pada air di sekelilingnya. Dan air pun tidak melawan… Filosofinya, ternyata dalam hidup, banyak kejadian yang tidak mengenakkan ternyata dimulai oleh diri kita sendiri: prasangka. Kita takut orang akan jahat atau mencurangi kita, maka kita membuat semacam pertahanan diri darinya. Akhirnya jadi sinis-sinisan deh. Padahal kan belum tentu.
Nnaaahh, yang terakhir, dari saya si pelatih gadungan (oleh karena itu boleh percaya boleh juga tidak, hehe..), renang itu mengajarkan kita untuk bahagia. Mengajar kita bagaimana menikmati masalah-masalah yang mendera dalam hidup. Seperti telah dibahas sebelumnya, kita tidak akan bisa menikmati kalau kita panik. Iya kan?! Dalam belajar renang, kita belajar untuk tenang di dalam air, hingga kita mampu sepenuhnya mengontrol pikiran dan gerak anggota tubuh kita. Waktu saya belajar sih, saya menenangkan diri saya sendiri dengan berpikir, “Tenang Farah, ga ada hiu, ga ada hiu…”
Sebenarnya untuk poin terakhir ini, saya terinspirasi dari 3 orang sahabat. Ketiganya sama-sama belajar renang dengan pelatih yang sama, bayaran yang sama, dan jumlah jam latihan yang sama. Dua di antaranya sudah sangat pandai berenang, namun 1 sisanya, dari mulai pertama kali saya belajar sampai beberapa bulan saya bisa setelahnya, dia masih saja belum bisa. Menurut kedua sahabatnya sih, dia masih saja sering takut ketika berada di air. Mereka bilang, “Dia memang sehari-hari juga gitu, banyak takut, orangnya”. Oh, kasihan sekali, pikirku. Ketika mereka bertiga berada di tepi kolam dan mengobrol, tidak sengaja saya mendengar 2 orang yang sudah bisa itu mengkritik sahabatnya, kira-kira begini, “Makanya lo tuh ga bahagia kan? Jujur deh, lo pasti ga bahagia selama hidup ini”… Hiks, jadi nelangsa sendiri gue dengernya T_T.
Yah teman, itu saja dulu ya. Semoga bermanfaat, dan Selamat berbahagia! ;D
(Alhamdulillah,
akhirnya kelar juga nih tulisan)

31 comments:

  1. kutipan yang menarik, hahahahaha...ya iyalah gak bisa digantiin..
    oiya tapi kalo kata nisa kan ada pelampung..
    *maafOOT*
    tapi tetep like this!

    ReplyDelete
  2. deeuu, jurus barunya mantabs deh ra... ;D
    kan ga selamanya berenang hanya di kolam renang yang ada pelampung. kalo terpaksa lagi di laut atau sungai gimana? ayo nis, belajar..! ;)

    ReplyDelete
  3. eeeeh? shocked! gara2 ga (bisa) berenang?

    ReplyDelete
  4. belajar makanya... biar belajar "hidup" ;D

    ReplyDelete
  5. "Kenapa berenang penting? Karena ketika bahtera rumah tangga pecah, kita masih memiliki harapan untuk selamat."

    :D

    (Calon ff baru sy niy.)

    ReplyDelete
  6. bukkaaannn.... T_T terbalik de.. dalam hidupnya, dia selalu banyak memiliki ketakutan, jadinya ga bahagia menjalani hidup. Dan hal itu nampak ketika ia belajar berenang yang ga bisa-bisa...

    ReplyDelete
  7. hahahahahahahahaaa.. luccccu kak! cantumin ya: "inspired by farahzu". ;D

    ReplyDelete
  8. aku bisanya berenang gaya dada...
    kalo di kolam cuman bisa ngomong "dadaaaaaah...!!!! blep...blep...blep...blep..."
    *tenggelam sambil melambaikan tangan

    ReplyDelete
  9. O_o ga kalah lucu ama yg atas.. --"

    ReplyDelete
  10. Yuph. Sepakat. Mood kita kalo lagi renang emang harus bagus. Aku ngrasa banget trappen kadang bisa kadang nggak, trgantung mood. Hehe..

    *Afwan yaa ga bales smsmu. Gada pulsa. Tulisannya layak terbit kok, far. Like this! n_n

    ReplyDelete
  11. cuma bisa gaya spons, gimana dong? :D

    ReplyDelete
  12. Iya., bener dan setuju dengan apa yang anda tuliskan.

    Saya pernah tenggelam di kolam renang dewasa ketika umur (kira2) 3,5 tahun. Waktu itu terpeleset ketika main-main di pinggir-nya.
    Berteriak dalam air, meronta, membelalakkan mata.
    hampir satu menit, hingga tiba-tiba ada orang yang menolong saya.
    Setelah kenyang air dan batuk-batuk, saya nangis.

    (kira2) 7 tahun setelahnya. Kembali saya alami yang demikian.
    Dengan tempat berbeda. Sungai.

    Ketika itu saya sengaja menceburkan diri dan yakin bahwa saya bisa berenang. Meluncur dari tempat yang dalam ke tempat yang cetek. Ternyata tak sampai dan nafas sudah habis duluan. Jadilah tenggelam.
    Tak lama ditolong salah seorang teman.

    Beberapa minggu setelah itu, masih mencoba berenang di tempat yang sama: Sungai.

    Memperhatikan bagaimana teman-teman saya bisa dengan mudahnya. Pelan-pelan kuikuti gayanya.

    Usaha yang saya lakukan ga sia-sia.
    Sejak itu bisa dengan leluasa bermain di seluruh bagian sungai.

    Sungai yang jernih di lereng bukit. Suasana yang alami. Terdengar bunyi-bunyian burung. Dedaunan yang tertiup angin. Bambu yang saling bergesekan.

    Berenang mengajarkan saya banyak hal. Salah satunya tentang tsiqoh tadi.

    Sepenuhnya setuju dengan filosofi yang dituliskan di atas.

    Karena berenang itu asik.
    Se-asik menikmati hidup.

    ReplyDelete
  13. btw, belajar renang di mana?
    khusus perempuan gitu. ^^

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah saya bisa berenang walau belakangan ini VO2 max nya agak berkurang

    ReplyDelete
  15. keliikk... kalo udah nyadar akan tenggelam harusnya kamu banyak-banyak dzikir ^_^ bukannya dadah-dadah...

    ReplyDelete
  16. yang ini bisa juga kebalikan ay. karena renang mood kita jadi bagus. kan memproduksi hormon endorfin ;D

    eh ay, aku ga bisa water trap. pas belajar, jadinya malah kayak gaya anjing berenang T_T

    ReplyDelete
  17. maksudnya wen?? sponge bob bisa lari-lari lhoh di dalem air ^_^

    ReplyDelete
  18. wiw. trims udah share... *untung saya duluan yang bikin jadi tulisan ;D

    iya, betulbetulbetul... *senang ada dapat pendukung ^_^

    ReplyDelete
  19. maksudnya wen?? sponge bob bisa lari-lari lhoh di dalem air ^_^

    ReplyDelete
  20. wih. rahasia lah.. di jabodetabek mah banyak (eh nggak juga deng, tapi ada)

    ReplyDelete
  21. VO2 max tuh apa? volume Oksigen maksimal? ;D

    ReplyDelete
  22. Ya kira2 terjemahan ala citayemnya kayak gitu deh

    ReplyDelete
  23. Icad: yah.salah lagi si om. Yg benar itu Citayam, bukan citayem... *.*

    ReplyDelete
  24. Abis klo di terminal depok sopir angkotnya teriaknya Tayem.. Tayem.. gitu..

    ReplyDelete
  25. iya pertama ngambang, lama2 kelelep..

    ReplyDelete
  26. hahaha.. iya.. berenang itu seru lahir batin dah kak! sepakat banget!
    anyway, serius lho, ka farah tough banget buat menguasai skill yang satu ini.. jempol-jempol!

    ReplyDelete
  27. hehe.. Alhamdulillaah.. Terinspirasi nenek2 ter.. ;D

    ReplyDelete