Follow Us @farahzu

Monday, October 6, 2008

Malam Terakhir


--di Usia 20
Hoaahhmm, sedih rasanya. Sedih sekali. Makin banyak waktuku terbuang. Makin banyak tuntutan yang harus terpenuhi seiring dengan berjalannya usia. Tak boleh lagi berpikir seperti anak kecil, bahwa masih ada orang lain yang akan menyelesaikansemuanya. Aku hanya membantu. Tidak. Kini aku harus bisa menjadi pemeran utama dalam hidupku. Bukan lagi orang tuaku. Atau siapapun di luar diriku. Just my self.
Aku menyadarinya setahun lalu, saat tak bisa lagi memungkiri berjalannya waktu yang menuntunku ke gerbang usia berkepala 2. Tapi tetap saja kadang masih ada takut menghadapinya. Masih adaingin untuk memungkiri itu semua. Tak mempedulikan teori perkembangan Barat bahwa usiaku telah masuk dewasa muda, hanya menggunakan teori Mas Ito (Prof. Sarlito) bahwa di Indonesia, seseorang masih disebut remaja hingga usianya 24 tahun selama ia belum menikah. Padahal dalam Islam, ketika seseorang sudah baligh, maka ia sudah dikatakan dewasa. Dan ia harus dewasa.
Sebenarnya aku masih senang jadi anak-anak (kalau seseorang berinisial ‘I’ membaca tulisan ini, ia pasti menuduh, “dasar anak bungsu, manja”). Riang, penuh keceriaan. Ringan memandang hidup. Tak punya masalah berarti. Tapi,anak-anakjuga tak harus bertanggung jawabatas perbuatannya. Anak-anak juga tak mengenal BEM, makalah, KAUP, apalagi skripsi. “Apa itu?”, pasti itu komentar mereka mendengar kata-kata di atas. Tugas perkembangan mereka:bermain. Oh senangnya…
Sebagai manusia normal yang tidak memiliki gangguan psikis, alhamdulillah, aku tetap harus menghadapi semuanya. Tidak ada lari. Karena di depan ada rahmat dan surga Allah menanti dengan pintunya yang banyak. Aku mau masuk dari… Semua pintu!
Aku tidak mungkin menjadi pelayan di surga. Karena jelas, sampai saat ini aku masih hidup, sedangkan mereka adalahmanusia-manusia tak berdosa yang meninggal ketika masih kecil.Jadi aku ingin memiliki istana di sana. Dan aku tahu pasti–kau juga—surga beserta segala ‘fasilitas’ dan kenikmatannya tidaklah gratis. Hanya ketaqwaan dan amal shalih yang bisa jadi penebusnya.
Dan anak-anak? Tidak. Biarlah itu jatah mereka. Karena tidak diuji, mereka menjadi pelayan (tetep aja, di surga yang abadi, bo!). Namun hanya pelayan (meskipun di surga).
Selamat datang hari! Akusiap menyambut hidupku!!
Bekasi, 3 Oktober 2008

6 comments:

  1. hmmm...............farah........aku padamu..hehehe...iya nih sekarang udah 21 kaaaaaaaaan....met milad ukhtiku cay..love u so muchhhhhhhhhhhhhhhhh

    ReplyDelete
  2. heh...tentang inisial I itu belakangya put ya?
    haha...
    21...2 yang 1...
    hehe...

    ReplyDelete
  3. bukan, "wan"

    @penjelejahsemesta&kelinciputih: iya nih k'iman,, doain yaa
    @tikafikriah: tiktik, akupadamu juga. kangen deh..

    ReplyDelete
  4. kunci surga:

    seseorang yang berwudhu dgn khusyu kemudian mengucapkan:

    Asyhaduallaa ilaa ha illAllah, wa asyhaduanna Muhammadan abduhu wa rasuluh...

    maka ia bisa memasuki surga dari pintu mana saja yg ia kehendaki...

    ReplyDelete