Follow Us @farahzu

Monday, December 29, 2008

Ritual Malam MInggu (Part 2), Cerita Sepasang Insan

Ritual malam minggu,,, pekan lalu saat aku pulang, ibuku berbagi cerita lama tentang “sejarah hidupnya”, sambil menunggu pangeran berkuda putihnya (ayahku) pulang malam itu. Sejak kecil, remaja, hingga bertemu dengan ayah. Juga cerita tentang masa-masa awal mereka berumah tangga. Parah. Namun lucu. Dan cerita itu semakin memperbesar cintaku pada ayah, selalu. Dan kasihku pada ibuku. Sebenarnya cerita-cerita itu telah sangat sering kudengar sejak ku kecil, bahkan aku sampai hafal alur ceritanya. Namun selalu ada hal baru yang belum pernah kudengar. Padahal ceritanya itu-itu saja. Yah, pengalaman memang memberi terlalu banyak pelajaran dan kesan (experiential learning, David Kolb). Tak cukup diwariskan hanya melalui cerita.
Awalnya ibuku bercerita tentang bagaimana sulitnya menjadi menteri keuangan dan menteri dalam negeri sekaligus di masa-masa awal. Kugali lebih dalam terutama tentang menjadi menteri keuangan dalam sebuah republik bernama rumah tangga. Beliau juga membagi tips untuk menjadi menteri keuangan yang prestatif. Di mata suami, keluarga, dan yang terpenting di mata Allah. Berkali-kali beliau menekankan, jangan pernah lupa atau merasa berat untuk bersedekah. Harta yang kita sedekahkan adalah sejatinya harta yang kita punya. Allah tidak akan memiskinkan orang yang bersedekah. Bahkan Allah akan melipatgandakan rezeki untuknya. Tak lupa yang paling penting, Allah akan melimpahkan keberkahan dalam rezeki dan kehidupannya. Ternyata, inilah rahasia kelapangan hidup ayah dan ibuku.
Ritual malam minggu,,, pekan lalu aku mendapat banyak sekali pelajaran dari ibuku. Pekan ini saat aku pulang,,, giliran ayahku beraksi. Malam itu aku menggali banyak sekali kisah dan pelajaran dari “sejarah hidup” ayahku –malam itu permaisurinya sedang ada pengajian, salah satu cara menjadikannya bidadari abadi. Cerita tentang masa kecil hingga dewasanya yang telah menempa mental beliau menjadi sekuat baja namun berhati selembut sutera. Ayahku pahlawan. Untuk dirinya, keluarganya dulu, ibu dan adik tirinya, rekan-rekannya, bawahannya, hingga istrinya, dan anak-anaknya kini. Berbagai deraan yang menimpanya kian meringankan hatinya untuk senantiasa ikhlas dan tulus. Ikhlas, dan tulus.
Bekasi, 27 Desember 2008

6 comments:

  1. SubhanalLoh...
    masih (hampir) sama dengan komen sebelumnya..

    Jadi pingin segera punya permaisuri... ^^

    ReplyDelete
  2. *samajugadehdengansebelumnya*

    Aamin,, ka jams uda nyari emangnya?

    ReplyDelete
  3. Ayahnya farah punya kuda putih? Wah, hebat. Kudanya masih ada gak?

    *jadi inget pengalaman berkuda di bromo*

    ReplyDelete
  4. ehm...
    ...
    ...
    ...
    *mengunci mulut rapat-rapat*

    ReplyDelete
  5. ehm...
    ...
    ...
    ...
    *mengunci mulut rapat-rapat*

    ReplyDelete
  6. .....................................

    ReplyDelete