Follow Us @farahzu

Friday, April 23, 2010

cerita mudik si abege

Yak. Masih bersama proyek mengabadikan beberapa tulisan di buku harian saya dulu. Kali ini, saya sengaja mengambil tulisan dalam bentuk yang lain dari postingan sebelumnya. Supaya representatif ^_^ Kali ini, cerita.


Senin, 17 Desember 2001, 2 Syawal 1422 H Pagi yang sibuk… Bangun-bangun langsung shalat, mandi, trus beres-beres. Yang rencananya berangkat mudik abis subuh, eh jadinya malah jam 10.30. Tapi udah nyuci, ngepel atas-bawah, nyapu jalan, pokoknya beres deh! Udah ya, jam 11.00 baru jalan dari Hero  Bareng wa Yayat.

Singkat kata hemat kertas, jam setengah 8 malem kami berempat nyampe di rumah uwa, di Cijoho. Tauk deh ke mana dulu wa Yayat. Turun dari mobil dan mu masuk ke dalem, Ceu Erna + Aa Oman udah siap di depan pintu. Lebaran + kenalan. Soalnya, aku belom pernah ngomong sama A Oman. “Ayo, ini siapa?” tanya ceu Erna. Kata A Oman, “Ini FFFarah.” Dueileh, fasih amat “F”nya. “Ini?”, “Waaah, ini sih kawan lama..” sama Kak Aris. Udah lebaran sama semua, aku shalat, trus ngobrol-ngobrol ama semuanya sambil nonton. Aku udah nyantai gini, Eva + keluarga baru nyampe. Nyangkut kemana dulu nich?!

Selasa
Pagi yang dingin…. aku bangun jam 04.00, langsung mandi, trus shalat…. Sekarang lebaran dulu ke Pasir (Tamiang). Di Pasir banyak orang, tapi nggak terlalu rame. Nah, rencananya, hari ini bakar ikan. Si Uul, mancing di balong dapetnya buanyak banget. Gede-gede lagi. Gurame, mas, tawes… Dicki didorong Atop, nyebur ke empang, rutinitas tiap taun.. BYUUURRR…… Udah ah, ceritanya disensor.

Hehe… Di atas ada tanggal hijriah tuh. Bukan karena aku sering memakai, tapi karena aku ingat itu hari kedua lebaran. Hehehe… Jadi ini cerita tentang keluargaku yang pergi mudik ke Perancis (Perapatan Ciamis), kampung ibuku. Memang sebenarnya sih sudah masuk Ciamis, tapi daerahnya jauh lebih dekat ke Tasik daripada ke Ciamis (so, what??). Ada yang kenal sentra kerajinan Tasik, Rajapolah? Nah, aku dan sepupu-sepupuku sering jalan kaki pagi ke sana (jalan-jalan, sarapan kupat tahu dan serabi, atau belanja kerajinan). Tapi pulangnya, terima kasih deh kalau harus jalan kaki juga. Biasanya kami pulang naik andong (delman, ihiy asiknya, desa banget deh,, tapi indahhhh) dari Rajapolah sampai pertigaan Sadikin. Dari situ ke rumah, jalan kaki.

Sebenarnya mungkin tidak seberapa jauh, namun, bisa dibayangkan demikian. Pagi-pagi ketika kami masih segar kami jalan beramai-ramai, menuruni bukit ditemani matahari pagi yang masih malu-malu. Pulangnya, kami sudah letih, matahari mulai meninggi, dan, jalanan menanjak. Hufffhh… kenapa tidak naik andong saja sampai rumah? A Dede sepupuku pernah mencoba, tau apa yang terjadi? Begitu sampai depan rumah, tuh kuda muntah-muntah. +.+

Kalau mudik ke kampung ibuku, kami sekeluarga selalu naik mobil. Kira-kira 5-6 jam perjalanan. Maklum saja, dulu belum ada Tol Cipularang, jadi lewat Cikampek, Purwakarta, dst saya gak hafal. Nah, lokasi Hero ituh, sekarang jadi Bekasi Cyber Park. BCP ini dekat sekali dengan gerbang Tol Bekasi Barat yang langsung terhubung ke Cikampek. Wa Yayat itu, kakak ibuku yang nomor 3 (yang kukenal karena masih hidup ketika aku lahir). Nah, Cijoho itu, nama, apa ya, kelurahan sepertinya, tempat rumah uwak saya yang perempuan (kakak ibu nomor 2), kami memanggilnya Wak Titi. Beliau tinggal di Jakarta, tapi sering mudik. Ceu Erna dan A Oman adalah anak dan menantu keempatnya Wak Titi, di mana saat itu merupakan pengantin baru yang aku belum pernah berbincang dengan A Oman. Kak Haris, itu kakakku. Kalau Eva, itu sepupuku dari adik ibu saya yang bungsu, tepat di bawah ibu saya. Eh, lihat deh kata terakhirnya, ‘nich’, hahaha, bahasa abege bener dah. Kalau Pasir Tamiyang, itu nama kelurahan ‘di atas’ Cijoho. Maklum, di gunung, jadi jalanannya naik-naik dan turun-turun (kalau naik turun kayak roller coaster).
Rumah di Pasir Tamiyang yang sering kami tinggali adalah rumah Wak Toha, uwakku yang paling oke. Hehe, kakak ibuku yang ke-5 (ibuku anak ke-7). Wak Toha ini juga tinggal di Jakarta, tapi punya rumah di kampung.

Gituh..nah, di rumah wak Toha ini, ada beberapa balong (empang/kolam ikan) yang besssssaaaaarrrr-besar. Ikannya pun banyak dan guedddeeee-gede. Jadi kalau keluarga besar lagi ngumpul, agendanya adalah: bapak-bapak “menguras” balong utama, ibu-ibu membersihkan ikan dan meracik bumbu-bumbu, lalu ikan-ikan tadi kami bakar di pinggir balong, di dekat saung. Wah. Luar biasa indah sekali. Pemandangan, kebersamaan, dan rasa ikan bakarnya. Hhhmmmm… Tak lupa, seorang suruhan memanjat pohon kelapa untuk memetik buahnya. Nikmatnya ikan bakar, beragam lalapan dan sambal, nasi panas, dan air kelapa asli langsunggg dari buahnya. *slurrrppp… sambil ngilerrrr nih nulisnya…

Bekasi, 21 April 2010

*foto-fotonya baru sempet ngaplod dikit..

5 comments: