Follow Us @farahzu

Wednesday, May 26, 2010

yang hobi jalan-jalan

           Alkisah, pada suatu hari saya berhadapan dengan seorang manajer HRD sebuah lembaga. Beliau telah membaca curriculum vitae saya, dan mengetahui bahwa saya adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga dan bungsu pula (fyi, kakak saya juga anak laki-laki satu-satunya).
           
           Teman, kau tau kan, kalau ekspresi wajah pada detik pertama adalah ekspresi emosi yang paling jujur (kalau belum tau, tuh kan saya kasih tau ^_^). Beliau tampak kaget mendengar jawaban saya ketika bertanya, “Siap ga kalau ditempatkan di daerah?”. Aku menjawab dengan semangat, “Siap Pak”. Beliau melanjutkan, “Misalnya di Aceh, atau Singgalang, gitu, siap?” Beliau nampak kaget lagi ketika aku juga menjawab siap dengan mata berbinar. “Kalau ditempatkan di Hong Kong?” beliau bertanya (nantangin kali ye) lagi, seperti masih sangsi atas binarnya mataku (lebay). Dan saat itu aku merasa mataku lebih berbinar lagi, lalu menjawab, “Siap Pak!” ^_^
          
          Sudah. Saya ingin bercerita tentang mengapa saya selalu menjawab siap untuk pertanyaan-pertanyaan di atas. Alasan besarnya sih karena saya memang ingin sekali bepergian keliling Indonesia. *sangat berharap dapat pekerjaan yang memungkinkan saya untuk keliling Indonesia. Apalagi kalau ditempatkan di luar negeri ;D. Mumpung masih sendiri, hehe…
        
          Saya ingin keliling Indonesia, karena itu saya suka sekali jalan-jalan. Kenapa? Karena saya senang mengumpulkan gantungan kunci dari berbagai daerah (lhoh?). Bukan, bukan itu (yaiyalah!). Saya senang jalan-jalan karena saya menyukai alam. Apalagi alam Indonesia yang cantik. Dari darat, udara, apalagi lautnya (*gaya, padahal baru pernah snorkeling 1 kali). Selalu senang ke alam bebas! Tapi, saya bukan pecinta kuliner seperti kebanyakan orang yang punya hobi traveling. *Soalnya lidah saya gak peka sama rasa. hehe..
         
          Kedua, saya senang jalan-jalan karena dengan begitu saya bisa belajar banyak hal seperti kebudayaan, sejarah, dan bahasa. Juga banyak bertemu orang-orang baru dengan watak dan karakter yang berbeda-beda. Mengenai watak dan karakter, percaya tidak-percaya, ternyata banyak juga yang dipengaruhi oleh suku lho. Unik kan? Jadi semakin sering jalan-jalan ke daerah yang berbeda, semakin banyak watak dan karakter yang bisa kita temui dan (ehem) pelajari. Hwah, jadi semakin pengen jalan-jalaaann… Senang aja bisa belajar adaptasi dengan karakter orang yang beda-beda.
         
        Hobi jalan-jalan saya sebenarnya muncul baru-baru ini saja. Kira-kira, baru 1 tahun yang lalu lah. Ketika hobi itu mulai muncul, saya semakin mantap menjadikannya sebagai hobi (halah) saat membaca judul majalah Tarbawi kala itu, “Bepergian dan Kekuatan Kepribadian Kita”. Ya, ternyata hijrah atau jalan-jalan ke daerah lain berpengaruh pada kekuatan kepribadian. Dalam majalah itu dicontohkan kisah Imam Ghazali sering yang berpindah tempat dalam hidupnya, sejak ia kecil. Dalam buku Psikologi Kematian, Komarudin Hidayat mempertegas bahwa tidak ada nabi pembawa agama samawi yang ada sekarang yang tidak melakukan hijrah dalam hidupnya; Nabi Musa a.s., Isa a.s, dan Muhammad saw. Hijrah dan bepergian ternyata merupakan hal besar yang dilakukan oleh orang-orang besar! Humh, semakin bersemangatlah saya jalan-jalan. Terlebih masih banyak lagi ayat Al-Quran yang menyuruh kita untuk ‘jalan-jalan’ ^_^
       
         Tidak selalu harus jauh, ketika masih kuliah dulu (kesannya tua banget gue) saya sangat menikmati perjalanan di atas kereta ekonomi dari stasiun UI sampai Bogor. Kalau sedang jenuh dengan kuliah dan amanah di kampus, saya suka iseng naik kereta ke Bogor. Harus ekonomi. Karena di KRL ekonomi itulah saya banyak belajar. Saya memperhatikan (bahasa kerennya observasi) kehidupan yang berlangsung di atasnya. Ada banyak pedagang, pengamen berbagai usia, penumpang yang tingkahnya macam-macam, ah, banyak lah. Pun harus ekonomi, karena pintu kereta yang tidak pernah tertutup menghembuskan angin segar dari luar yang masih banyak ditumbuhi pepohonan, dan pada akhirnya, segarnya udara Bogor (dari atas kereta yang sedang melaju, kalau siang dan menetap sih panas juga). Sampai stasiun Bogor, keluar, sedikit jalan-jalan, beli roti bakar atau makan… pulang lagi deh ;D dan kepenatan pun hilang, dengan lega aku kembali ke ‘kehidupan nyata’.
Aku siap!
                                                                                                         Bekasi, 21 Mei 2010

18 comments:

  1. :) aq jg suka traveling... Tp bgmn pndapat mbak kalo hrs menetap d suatu daerah, bukan krn pekerjaan tp karena amanah dakwah (misalny). Mau nggak? :)

    ReplyDelete
  2. :) aq jg suka traveling... Tp bgmn pndapat mbak farah kalo hrs menetap d suatu daerah, bukan krn pekerjaan tp karena amanah dakwah (misalny) sdh ditentukan. Mau nggak? :)

    ReplyDelete
  3. kak, bikin paspor sekarang murah, si rini kemaren ngurus di imigrasi cipinang 270rb. tapi itu emang jalur biasa, yah..2 minggu lah jadinya..
    jadi mau nyebarng2 ke singapura?

    ReplyDelete
  4. aku juga suka travelling, asal jelas dimana kamar mandinya aja...
    hahaha
    >:D

    ReplyDelete
  5. mau aja. insya Allah, selama dapat izin "pihak berwenang" dan tidak ada yang memberatkan (contoh: keluarga, baik yang sekarang maupun yang nanti) ;D mau ngajak aku jalan-jalan ke mana?

    ReplyDelete
  6. wah, kata siapa mau ke singapura ra? itu juga belom pasti juga.. heheehe... thanx infonyaaa...

    ReplyDelete
  7. jelas miippp, di mana-mana ada... (tapi kualitas wallahu a'lam. hhe..)
    Atau, polisi kan punya tuh, MCK keliling, pinjem aja ;D

    ReplyDelete
  8. Kalau cuma sehari dua hari, gak akan bisa belajar banyak. Untuk mempelajari suatu daerah dan budaya, paling nggak kita butuh sebulan..

    *belajar dari sukabumi dan pandeglang*

    ReplyDelete
  9. Yaaah..brbanding lurus lah kak..

    ReplyDelete
  10. ayoooo ke subulussalam...!!! kekekekeke....

    ReplyDelete
  11. i do love travelling, jugaaa.. hehehe..
    bikin ketagihan :P

    ReplyDelete
  12. Iyyaa...bepergian itu melapangkan hati dn pikiran ya..

    ReplyDelete
  13. insya allah (cepet nemu yg jadi) mahram

    ReplyDelete
  14. “Mahrom wanita adalah SUAMINYA dan semua orang yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab nasab seperti bapak, anak, dan saudaranya, atau dari sebab-sebab mubah yang lain seperti saudara sepersusuannya, ayah atau pun anak tirinya”. [Tanbihat 'ala Ahkam Takhtashu bil mu'minat hal ; 67]

    ReplyDelete