Follow Us @farahzu

Wednesday, December 22, 2010

Keluarga dakwah; berurat-berakar


Rasulullah saw pernah bersabda,
“Sebaik-baik sahabat adalah, orang yang bila engkau melihatnya, menjadikanmu mengingat Allah” (Alhadits)
Barang siapa yang ingin dimudahkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya dia bersilaturrahim” (Muttafaqun ‘alaih)
        Nah. Saya punya cerita tentang sebuah keluarga. Keluarga sepupu saya, dengan abi, ummi, dan 4 orang anak (2 laki-laki, 2 perempuan). Beberapa kali (cukup sering) saya mengunjungi keluarga ini: mampir, sengaja berkunjung, atau menginap. Beberapa kali itu pula saya menemukan SPBI (stasiun pengisian bahan bakar iman), dan biasanya tepat ketika iman sedang turun. Akan saya ceritakan 2 saja.
        Saya menyetujui benar-benar, bahwa tombo ati yang paling mudah adalah berkumpul dengan orang-orang soleh. Suatu sore, saya datang ke rumah keluarga itu, menemani anak-anak bermain dan belajar. Menginap. Pagi-pagi sekali, sebelum subuh, sepupu saya dan suaminya sudah bangun dan ‘mulai sibuk’. Ba’da subuh, barulah saya ikut nimbrung di dapur, membuat sarapan.
       Sayup terdengar dari dapur, dari dalam kamar yang mana entah, keponakanku yang waktu itu baru kelas 4 SD kalau tidak salah, sedang murajaah hafalan quran bersama abinya. Sang ummi yang bersamaku di dapur ikut melantunkan bacaan surat itu. Sedihnya, hanya aku yang diam; bukan cuma tidak hafal, bahkan aku tidak tau mereka sedang membaca surat apa… hiks.. kalah sama bocah...
        Akupun kembali dengan tekad menyala… \(^o^)/
      Contoh kedua belum lama ini terjadi. Aku datang tidak untuk menginap. Ketika ummi dan abinya sedang menerima tamu, aku agak terpana melihat keponakanku yang berusia 5 tahun sudah lancar menyalakan komputer dan menyetel VCD, tanpa bertanya sedikitpun. Lalu menonton dan ikut berbicara (doi hafal dialognya bo). Ckckck…
      Filmnya tentang kisah raja Thalut, nabi Daud as, dan Jalut. Aku duduk di sampingnya, ikut menonton. Alih-alih menjelaskan atau membimbing anak itu, aku malah asik sendiri dengan kisah itu; tentang keimanan yang sempurna, kekuatan tekad, dan keyakinan penuh pada Allah sehingga mampu mengalahkan musuh.
Terutama tentang mujahidun li nafsihi. Memerangi hawa nafsu sendiri.
     Beuh. Benar-benar merasa tertampar telak. 2-0. Belum termasuk yang tidak ikut saya ceritakan.
     Mungkin mereka (apalagi anak 5 tahun itu) tidak sadar, bahwa yang biasa tampak dari mereka sudah mampu membuat orang ingin bertaubat. Mungkin juga mereka tidak bermaksud untuk memberi contoh atau ‘tamparan’ buatku, tapi hanya dengan melihat mereka saja, rasanya aku benar-benar faqir…
Allaahu akbar
Ga anak, ga orang tua, sama aja:
Da'i

Baca Juga: Lo Harus Tetap PIntar

13 comments:

  1. aaamiinn... hope so.. insya Allah ^_^

    ReplyDelete
  2. iya.. luar biasa.. mudah-mudahan kita semua diberi kelapangan rahmat dan berkah Allah untuk menjadi demikian, bahkan lebih baik lagi

    ReplyDelete
  3. Jadi ingat adikku kak, dulu pas dia umur 3 thn,hafal prolog lion of the dessert dan vcd2 harun yahya, terutama yg pesona burung2.. lalu kasih tau 'amanat'nya dgn nasehatin aku O_o

    Padahal itu adik sendiri,tapi waktu itu aja aku ngerasa kayak 'kalah' jadi kakak :'(

    ReplyDelete
  4. yah... mereka kan dosanya lebih sedikit dari kita.. ya gak? semangat mengambil hikmah dari siapapun, dan apapun ^_^

    ReplyDelete
  5. ciiieee.. sedang menghitung bulan, pekan, dan hari ya kak?? ^_^

    ReplyDelete
  6. ih.. masyaAllah!!! semoga senantiasa dijaga Allah...

    ReplyDelete
  7. aaamiinnn...
    semoga kita juga bisa sukses membangun yang demikian ya ter ;)

    ReplyDelete
  8. masih lama. Mohon doanya ya, masih rentan soalnya...
    Mudah2an fars menyusul... :)

    ReplyDelete