Follow Us @farahzu

Thursday, March 3, 2011

Tentang tangan dan independensi

      Bermula saat mata kuliah Pelatihan (training) 2 di semester 7, tahun 2008. Dosen saya yang sangat keren itu mengomentari sikap tubuh teman saya yang sedang presentasi (kalau tidak salah ingat). Kesimpulannya, sikap tubuh itu penting. Jangan melipat tangan di depan dada kalau sedang berbicara dengan orang lain; memberi kesan sombong dan tidak terbuka. Dan beberapa sikap tubuh yang lain.
Saya ingat, waktu SMA, awal-awal belajar ngisi kultum di depan kelas orang lain, saya selalu berdiri di depan, tengah, di antara 2 meja paling depan, dengan ujung jari kedua tangan menyentuh kedua meja. Yang aku rasakan: aman.
Tapi seiring waktu dan jam terbang (halah), aku mulai berani melepas tangan dari meja, dan mulai berani ‘jalan-jalan’: ke tengah, depan, menuju papan tulis... yang kurasakan awalnya aneh, tak ada pijakan, tapi setelahnya, lepas. Aku bisa bercerita dan berbicara apa saja.
Dosenku yang keren itu, dia mencontohkan, lepaskan saja tangan kita (ketika bicara di depan umum), jangan melipatnya di dada, di belakang, saling mengaitkan jari, memegang pulpen, dan sebagainya. Tampaknya biasa saja khan? Ketika kucoba, eh iya, ternyata beda lho rasanya... ada yang hilang: ketergantungan. Dan ada yang muncul: keberanian, merasa independen dan tidak inferior pada khalayak.
Kalau saya perhatikan, karena setiap pagi berdiri di kereta ekonomi, hampir tidak ada orang yang ‘melepas’ tangannya ke bawah. Baik yang duduk maupun berdiri, hampir semuanya sama: melipat atau mengaitkan kedua tangannya. Hhhmmm...
Terserah ya, mau percaya atau tidak. Tapi yang jelas, melepas tangan itu, tidak semudah kelihatannya. Butuh keberanian.

*saluuuuttt buat dosenku yang keren: Ibu Dewi Matindas ;)

12 comments:

  1. wah bisa dicoba tu kalau presentasi hehe

    ReplyDelete
  2. kalo di kereta, waspada sama copet...--a

    kalo gitu coba bilang ke Pak Cahyo, kalo lagi ngajar tangan kirinya jangan ditaro di belakang sambil megang penghapus...xD

    ReplyDelete
  3. Di NLP, tangan justru menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan tersirat.

    ReplyDelete
  4. @najib: siaaaaapp!!

    *pak cahyo? ^_^

    ReplyDelete
  5. yap. dan tangan yg selalu terkait (kanan dan kiri) atau tidak bisa tidak bertumpu pada benda, menyiratkan ketidaklepasan dan ketidakbebasan. salah satunya, mungkin dari ketakutan atau inferioritas.

    iya gak kak?
    *narik kesimpulan dari ajaran bu dewi

    ReplyDelete
  6. oh, gak tau Pak Cahyo???
    guru fisika SMA 1...

    ReplyDelete
  7. iya...
    bu dewi itu keren banget...
    pak budinya juga, cerdas banget...

    udah gitu bu dewi artis pula lagi..
    aku salut sama keduanya...hehe^^
    walaupun kadang2 bu dewi suka keliatan galak..hehe :D


    glitter-graphics.com

    ReplyDelete
  8. oya mba, kalo aku mau belajar tentang arti bahasa tubuh kayak gitu2 di buku apa ya? ^^

    ReplyDelete
  9. ehh emang bu dewi artis?? aku ga tauuu

    bukuuuu apa yaa?? :D

    ReplyDelete
  10. iya, dia pernah main di laskar pelangi dan pasir berbisik lho..(aku cuma tahu 2 film yang pernah aku tonton itu), yang lain gak tahu deh..
    dia gak pernah cerita sih, tapi dia temen baiknya pak eros djarot, mba..^^

    ReplyDelete
  11. oya, buku buat mengindentifikasi arti dari setiap bahasa tubuh, mba..hehe^^

    ReplyDelete