Follow Us @farahzu

Friday, July 19, 2013

Kisah Mairo


Saya pernah janji di tulisan saya sebelumnya ( Lelong ), untuk menulis masakan ikan mairo yang (konon) sangat mudah dibuat itu. Yah, mudah sih. Tapi kok saya gagal, hiks.. Tapi tenang saja, saya sudah tau sebab kegagalan saya.


Begini. Waktu ke Lelong itu saya membeli 2 jenis ikan, yaitu ikan sunu (kerapu) dan ikan mairo. Sampai rumah, saya cuci lagi ikan yang telah dibersihkan tukang ikan, lalu saya lumuri dengan jeruk nipis yang banyak dan garam, supaya tidak amis. Lalu saya simpan di dalam kulkas. Aman.


Nah, salahnya saya, saya memutuskan untuk memasak ikan sunu lebih dahulu, karena lebih mudah lagi. Goreng tepung. Hehehe.. Barulah 4 hari kemudian saya proses itu si Mairo *gubrag*. Ketika dibuka,  si mairo sudah tergenang air yang berasal dari jeruk nipis dan tubuh mairo itu sendiri. Airnya berwarna abu-abu.


Sebenarnya nurani saya (lebay) sempat mengatakan, buang dulu itu airnya. Tapi entah kenapa saya acuhkan. Saya tuanglah itu semua ke dalam wajan, saya tambahkan air asam, kunyit bubuk, dan garam sesuai resep. Lalu saya aduk-aduk sampai airnya sat (habis).


Jeng jeeeeeeng! Tidak ada masalah dalam rasa. Enak! Alhamdulillaah. Tapi si mairo hanya kami makan sedikit, sisanya, sukses jadi makanan favorit kucing. Mereka super lahap makan mairo pakai nasi. *sampai sini masih jempol ya, walau sudah plus tanda tanya*


Masalahnya adalah, tubuh si mairo hancur, kawan, ya, hancur. Terlalu lama terendam air jeruk. Lalu masalah kedua, ‘air abu-abu’ tadi setelah diberi kunyit dan air asam, berubah jadi hijau. Hijau army. Keren sekali untuk warna baju. Tapi untuk makanan, saya agak ‘geli’ memakannya karena warnanya itu. Seperti warna kotoran apaaaaa gitu. Hahahaha…suami saya bilang, jangan mikir macem-macem! Wkwkwkwkwk… maaf, saya memang terlalu mudah berimajinasi dan melakukan asosiasi.


Esoknya saya ceritakan pada teman di kantor. Dia bilang, ya iyalaaaah maksimal 2 hari mairo itu harus segera dimasak! Oke, catat. Saya berniat beli lagi dan mencoba lagi sih, karena si abang doyan pas makan di rumah temannya. Doi juga mendukung saya untuk mencoba lagi.


Tapi entah bagaimana, di kali kedua dia memberi makan kucing dengan mairo, bisa-bisanya beliau berkata, “Neng, kayaknya mendingan beli mairo deh daripada sarden (buat kucing)”.


Hhhhhh!


:D
Baca Juga: Saya Ga Suka Jualan

No comments:

Post a Comment