Follow Us @farahzu

Wednesday, January 8, 2014

(hanya) menarik untuk kita


Jujur saja, ada tamu yang saya hindari dan kalau boleh saya sangat tidak ingin bertemu. Seseorang itu, pria 30an tahun, dan satu hal, bermata 'mengantuk' (maaf kali ini saya bingung memilih diksi). Dia seorang marketer sebuah lembaga penyedia jasa pelatihan, yang sedang memprospek perusahaan tempat saya bekerja.

Siang menjelang sore kemarin, dia datang, telat dari janji awal jam10 wita. Jadi boleh dong kalau dia menunggu saya agak lama karena banyak pekerjaan yang sedang repot saya selesaikan? :p Ketika kami berbincang, itu yah, lamaaaaa sekali. Padahal hanya mau antar undangan/penawaran program! Dan saya pun mengantuk.

Awalnya, seperti biasa saya masih respek dan sesekali menanggapi 'jualannya'. Tapi saya pikir kok ini pembicaraan jadi jauh ya, jadi lama ya?? Saya mulai diam. Lalu ingat pekerjaan saya yang masih menumpuk, saya semakin diam. Berdoa, semoga sesi tamu ini cepat selesai, ya Allaah...

Dia bercerita tentang program yang ia tawarkan kali itu, lalu tentang project yang sedang dia prospekkan pada kami, lalu tentang perusahaannya, tentang kliennya yang lain, tentang bosnya, tentang semalam dia pulang jam 11 setelah teleconference dengan bosnya membahas project di perusahaan kami, tentang dia baru bertemu klien lain (lagi), tapi seorang pejabat di sana (ibu A) bilang begini, dan pejabat lainnya di sana (bapak B) juga berpendapat sama. Masalahnya, menurut saya kebanyakan yang dikatakannya tidak penting. Tidak ada pengaruhnya dengan perusahaan kami sama sekali. Pun pada kerja sama kami ke depan (kalau jadi). Pun pada program yang dia bawa.  Saya juga tidak kenal (bahkan tidak tahu) mengenai ibu A dan bapak B, tapi, mungkin cerita itu penting buat dia.

Hhmmm. Saya jadi berpikir, jangan-jangan selama ini saya mengobrol, banyak yang hanya penting menurut saya? Tapi tidak penting samsek buat orang yang jadi lawan bicara saya, alias pendengar. Seringkali kita (saya) hanya ingin berbicara dan didengarkan orang lain toh? Tong kosong.

Nah. Maaf bapak. Saya menghindari anda karena salah satunya hal itu. Tapi terima kasih, telah membuat saya berpikir dan introspeksi mengenai penting atau tidaknya pembicaraan saya dengan banyak orang selama ini. Supaya tidak semakin banyak kata yang sia-sia, dan supaya tidak semakin banyak dosa kami.

No comments:

Post a Comment