Follow Us @farahzu

Monday, March 16, 2009

Mejikuhibiniu

Bukan, ini bukan sekedar ‘tentang pelangi’.
“Terkadang Allah hilangkan sekejap matahari, lalu Dia turunkan hujan badai. Lelah kita menghadapi getirnya hidup, rupanya Dia ingin menghadiahkan kita pelangi…” (085691xxxxxx)
Jangan bersedih karena ujian yang menimpa. Karena semakin gelap malam berarti semakin dekat waktu fajar (ini namanya metafor yang menjelaskan metafora). Demikian kira-kira maksudnya.
“ ……. Eh, eh, Far, ada pelangi, liat deh” (085215xxxxxx)
Padahal saya sudah bilang sedang ada di rumah –yang berbeda kota pastinya dengan tempat teman saya itu melihat pelanginya. Tapi dia masih saja menunjukkan “arah MIPA ke FKM” langit tempat pelangi itu berada. Padahal di kota saya tidak hujan sama sekali, jadiii,,, ya tidak ada pelangi pastinya…
“Farah tau ga? Masa tadi gw nelp tmn truz dy nyeritain ttg pelangi yg td… Trus skrg gw lg ngajar eh murid gw ngomongin pelangi yg td jg.. Kasian ya yg td ga liat,. Hehe,,” (085215xxxxxx). Trus abis itu dia demam (apa hubungannya??).
Ada apa ya dengan pelangi? Semua orang yang saya tau selalu terkesima dengan barisan warna-warni yang melengkung dengan sangat sederhana di cakrawala itu. Hingga sebuah lagu anak-anak diciptakan tentangnya oleh sang maestro (ada yang ingat nama pencipta lagunya?). Mungkin warna-warni indahnya. Hanya itu? (tidak layak juga dikatakan ‘hanya’ sih). Maksud saya, adakah lagi alasannya?
Seorang adik yang sangat melankolik ingin menangis ketika melihat pelangi di suatu sore, saat hari pertama penghitungan suara PEMIRA UI. Seorang teman yang kami anggap ‘kaku’ karna tak pernah melibatkan perasaan (logika mulu maksudnya) pun ingin segera melihatnya ketika dikabari ada pelangi. Dan pertanyaannya, “Di mana?” mendapatkan jawaban, “Ya di langitlaahh…”. Tak hanya yang melo dan yang kaku, bahkan yang ca’ur sekalipun terpesona oleh pelangi sore kemarin (maaf ya, temanku yang ngirim sms kemarin… hehe,,).
Mungkinkah karna filosofi kemunculannya? Setelah mendung, hujan deras, seringkali dengan guntur dan kilat yang dapat membawa manusia pada taubat (get it?), angin kencang yang menggigit kulit bahkan tulang,, lalu ia muncul dengan indahnya bagaikan sebuah gairah baru untuk berbenah? Mungkin. Tapi kalau saya sendiri sih, tanpa perlu berpikir kejadian-kejadian apa yang mendahuluinya, secara langsung dan spontan saya akan langsung terpana oleh pelangi. Seringkali saya berhenti apabila sedang berjalan untuk menikmati indahnya. Mungkin karna saya termasuk yang melo kali ya?? Haha, tapi ga sampe pengen nangis kok… melo-melo kan saya penganut aliran Gahar. Hehe…
Jadi, karna apa?
Bekasi, 15 Maret 2009

10 comments:

  1. Karena jarang ada..

    Tapi saya lebih suka menikmati indahnya purnama di alun2 surya kencana. Atau indahnya matahari terbit di mahameru. Karena butuh perjuangan untuk menikmati semua itu..

    ReplyDelete
  2. ...alun-alun surya kencana tuh dimana ka ims?
    ,,, duduh, ngiri banget pengen ke mahameru,,,

    ReplyDelete
  3. Alun2 surya kencana tuh di gunung gede. Padang edelweis yang luas banget..

    Mau ke mahameru ya? Minta suami honeymoon ke sana aja. Hwehehe..

    ReplyDelete
  4. ah ka ims telat. udah rencana koq. ahahaha...

    ReplyDelete
  5. Far, ada pelangi tuh..

    Saya lebih suka melihat orang yang mampu tetap tersenyum di tengah badai, atau pun berusaha tetap berdiri meski petir menyambar kakinya (ini pasti orang aneh dan petirnya pasti juga aneh)...

    ReplyDelete
  6. @fars:
    Bener..ada deh..

    @jams:
    Cuma orang2 aneh yang berpikir seperti itu bro. He2..

    ReplyDelete
  7. Akhirnya..
    Bisa balik ke habitat alamiku..

    Oh Iman, kau baik sekali. Selalu memberikan pencerahan untukku..
    Thanks Bro.

    ReplyDelete
  8. @jams:
    Itulah gunanya saudara jams. Untuk saling mengingatkan.

    ReplyDelete