Beberapa waktu lalu, seorang mahasiswa Universiti Malaya asal Riau , Indonesia Indonesia , lalu membandingkannya dengan di negara tempat ia menuntut ilmu sekarang, Malaysia 
            Menit demi menit berlalu, staf-stafnya Budi mulai ramai berdatangan karena mereka sebentar lagi akan rapat. Dengan halusnya Budi berusaha mengalihkan dengan memanggil saya dan Input, “Eh, BPH, Kak, kenalin nih, ada teman kita dari Malaysia Indonesia  (bukan nama sebenarnya) yang mereka lakukan di sana Malaysia , karena sangat mungkin mereka sama-sama tergabung dalam PPI (Persatuan Pelajar Indonesia ) Malaysia 
            Lambat laun cerita mengalir dan ia banyak bercerita. Katanya, di Malaysia sana Indonesia 
Saya juga men-share apa yang pernah saya baca dari catatan perjalanannya Gola Gong tentang Malaysia 
“Orang Malaysia kan Indonesia Malaysia 
Waow. Kurang lebih seperti itu penjelasannya. Ternyata sejalan dengan yang diceritakan Gola Gong. Jadi kalau menurut saya, secara psikologis kita sebenarnya (seharusnya) lebih sehat daripada orang Malaysia 
            Lagi. Lagi. Sekarang tentang pendidikannya. Entah sistemnya atau budayanya atau apanya, yang jelas menurut ceritanya, pelajar Malaysia 
“jadi mereka pintarnya sendiri saja, tidak bagi-bagi. Kalau kita (mahasiswa internasional) kan  kalau punya ilmu dibagi-bagi, senang berdiskusi, banyak bertanya, kritis,,, kalau mereka tidak… maka itu kami lebih senang bergaulnya dengan anak-anak internasional juga di sana 
Seperti ‘kita dahulu’, tapi ini realitas ‘mereka sekarang’. Seperti kurikulum zaman guru SD saya sekolah: DDCH. Duduk, Dengar, Catat, Hafal. Kalau kata cerita beliau, itu peninggalan penjajah; kita terbiasa hidup terjajah.. Tahukah, bahwa banyak orang yang bilang, 
“orang-orang kita mah ga pada pinter-pinter, ga dibiasain kritis seperti orang-orang luar,” 
pasti yang mereka maksud barat. Hey, lihat tuh, di Jiran situ, anak-anak Indonesia 
“Dulu kan  mereka (Malaysia 
Menunggu dikau pulang,
Rumah, 27 Desember 2009
 
 
 
 
 
 
 
 
mb' judul bukunya gola gong yg tentang malaysia apa???
ReplyDelete*penasaran isinya... :-)
ga semua ttg malaysia sih.. buku catatan perjalanannya dengan sepeda ke negara-negara di Asia. Judulnya "The Journey"..
ReplyDelete“Dulu kan mereka (Malaysia) belajar pada kita, dan sekarang kita yang banyak belajar ke mereka. Sebenarnya, apa sih yang membuat pendidikan mereka lebih maju daripada kita???”
ReplyDeleteapa yah kak?perhatian pemerintah mereka thd pendidikan lebih besar mungkin.
"Di Malaysia, pengalokasian dana untuk pendidikan sebesar 20 persen sudah dibicarakan sekitar 40 tahun yang lalu (bandung.detik.com)"
terus yang ini
"anak-anak Indonesia termasuk sangat aktif!"
berapa yg aktif dan berapa yg pasif?hehe.
dan mungkin yg aktif2 ini, ga mendapat 'wadah' yang pas dari pemerintah indonesia, akhirnya pada sekolah ke luar negeri deh. di luar negeri ditawari kerja dengan gaji yang ga akan di dapet di indo dan keberadaan mereka amat dihargai tentunya...banyak kan orang2 luar biasa yang amat dihargai di luar, tapi tidak di dalam...
*menurut saya begitu kak.hehe
uhmmm.. alasan pertama,, mungkin jadi salah satu penyebab ay.. betul, betul, betul...
ReplyDeletettg yg aktif,, menurut informan sih semuanya.. mereka kan disana kuliah ay,, ga kerja...
ehem..ehem..menggelitik juga membacanya, dan terharu ada tulisan "sahabat kecil saya"..hehehe..
ReplyDeleterealitas yang farah paparkan memang betul dan begitu adanya. yaa begitulah malaysia dan yaa begitulah indonesia. sepertinya kita harus lebih banyak bertanya, kenapa malaysia bisa seperti sekarang? dan kenapa indonesia seperti ini sekarang? kenapa hal itu terjadi? dan bagaimana kita mengejar ketertinggalan?
salam,
dari sahabat kecil di negeri sebelah..hihi
kayaknya belum pas kalo tidak mengalami langsung yha...
ReplyDeletemasih agak2 skeptis nih...
:)
iya uf.. xixixixii,, sahabat kecil-ku sekarang sudah gede. jauh lebih tinggi daripada dulu. heheheheee..piss!!
ReplyDeleteyup, banyak bertanya, introspeksi, dan diskusi cari solusi!
iya.. ke sana gih ^_^. kalo udah, buat tulisan yaa..
ReplyDeleteok saya sbgai orang Malysia memang saya akui ada yang benar dalam artikel ini, wong khan rakyat Malysia itu hanya 26jutaaan berbanding INA 200jutaann ya jelas bedah budyanya..sifatnya ..pemerintahnya..gitu...hehe gimman sudah baca isi2 post MPku..kayak orang malaysia or Indonesia?
ReplyDeleteSebagai penjelajah semesta, saya tidak terikat pada negara... tapi pada rumah..
ReplyDeleteHe2
halaqahbyu orang malaysia? asli ? tulen? kok ngomongnya indonesia sekali?
ReplyDeletewaaahh farah kamu amat sangat berbakat menulis.. taukah kau, kalau MP mu ini ku bookmarks dimana mana??
ReplyDeletehhe,, terdengar jahat ya??
lanjutkan farah.. aku senang bacanya, dan ini informatif, sangat!
waow!! farah!! aku baru tau loh... JFS
ReplyDeletejadi inget,, ada temenku yg kul di malaysia (pasca sarjana hukum). biayana cukup murah. tapi dia meragukan kualitasnya. mnurut dia bisa jadi di indo lebih bagus drpd disana.
*membayangkan kakek mutenroshi berubah wajah jadi kak iman....
ReplyDeleteheheheheheheee...
Hwehehe..
ReplyDeleteAnak muda yang cerdas.. :p
duh,,,
ReplyDeletedemonstrasi dan demokrasi ko jadi indikator ya?
indikator kemajuan, gtu...
wew~
:)
tiap orang kan punya pndangan masing msing ka adit
ReplyDeletei'm just questioning?!
ReplyDeletehummmm,,, belum sempet.. nih juga baru mau balesin komen-komen.. nanti kalau udah saya komen deh =)
ReplyDeletewaow.. sertakan link-nya ya bu.. hehe..
ReplyDeletecommon sense-nya sih, orang kita itu lebih "tertarik" memang dengan lulusan luar negeri. kualitas mah entah.. belum pasti juga kan?? di kita juga banyak yg qualified kok..
ReplyDelete(tapi aku juga ttp pengen sih kuliah di luar negeri. hhee)
terima kasih ^_^
ReplyDelete(dan ka iman seperti tak muda lagi.. atau memang iya kah? ups.)
ka adit n nurul: udah, jangan berantem =) sebenernya kalo dibaca baik-baik, saya tidak langsung menghubungkan demokrasi dan demonstrasi dengan kemajuan bangsa kan..?
ReplyDelete