Hehe, sebenarnya bukan itu yang ingin saya bahas. Melainkan tentang wibawa itu sesungguhnya. Tapi mohon maaf saya tidak membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia ketika menulis ini, jadi tidak ada definisi. Ya, anggap saja persepsi kita sama lah ya…
Menurut saya, wibawa itu penting untuk kita miliki. Tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan. Tapi tetap saja, terutama laki-laki. Hhe… hal ini dikarenakan, arrijaalu qawwaamuuna ‘ala nnisaa, laki-laki itu pemimpin bagi perempuan. Jadi harus lebih lagi wibawanya. Apalagi untuk orang-orang yang diamanahkan sebagai pemimpin. Harus lebih juga wibawanya.
Memangnya kenapa wibawa itu penting?
Agar orang lain menghormati dan menghargai kita. Bukan, bukan karena haus hormat dan penghargaan manusia (semoga kita dihindarkan dari kehinaan). Tapi agar kita tidak digampangkan oleh orang lain. Bagi orang-orang yang kecintaannya mengajak manusia pada jalan kebaikan, wibawa lebih penting lagi. Kenapa? Agar kita disegani, kawan. Kalau orang segan pada kita, kita akan didengar. Seruan dan nasihat-nasihat kita pun, akan diterima. Insya Allah. Ini salah satu kekuatan kepribadian da’i. Atau muslim.
Lalu, bagaimana agar kita bisa menjadi cukup berwibawa, terutama untuk mad’u-mad’u (sasaran da’wah) kita? Mudah-mudahan beberapa tips berikut bisa menjawab dan bermanfaat.
1. Hindari terlalu banyak bercanda dan tertawa. Apalagi jadi bahan tertawaan. Tidak perlu berambisi membahagiakan semua orang dengan lawakan-lawakan kita. Banyak cara lain untuk membuat orang bahagia (minimal senang lah), tanpa menjatuhkan wibawa kita. Jadi orang humoris boleh saja, asal proporsional, paham harus serius dan kapan boleh bercanda. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik kan?
2. Hemat bicara. Anis Matta bilang, jangan membuang-buang energi percuma dengan banyak membicarakan hal-hal yang kurang penting. Apalagi yang tidak penting ya. Kenapa? Agar kita menjadi orang yang tidak terduga, kata beliau. Orang akan lebih menghargai orang-orang yang tidak terduga. Dengan kata lain, orang lain akan lebih respect (bahasa Indonesianya apa ya?).
3. Perluas wawasan dan keilmuan kita. Wawasan dan keilmuan yang luas, apalagi bila ditambah dengan sesekali merenung untuk mengambil pelajaran dalam hidup, akan menambah kebijaksanaan kita. Dalam memandang masalah. Juga dalam hidup.
4. Terakhir, ini sangat kuat pengaruhnya: perkuat ruhiyah dan perbaiki kedekatan kita dengan Allah. Orang yang ruhiyahnya kuat, biasanya memiliki aura positif tersendiri yang membuat orang lain betah berlama-lama dengan dia (*duh, saya bingung bagaimana harus menjelaskan poin ini).
Kita harus memiliki wibawa, teman. Agar da’wah kita, diterima dengan penuh kerelaan. Agar da’wah kita tidak malah jadi bahan tertawaan. Jangan sampai.
Bekasi, 27 Februari 2010..
Hm..
ReplyDeleteTulisan yang bagus nak farah. Terus berkarya ya.
*diucapkan dengan suara berat penuh wibawa*
Btw, menurut saya wibawa tak akan terbentuk hanya dengan kata, tapi yang lebih penting, kerja nyata.
sepakat kak.
ReplyDeletehwahh..
ReplyDeletehal yang susah aku lakukan ka farah...
*meratapidiriyangselalubercandadankurangberwibawa*
ya cari suami mah yg penting sholih..kalo masalah ganteng, kaya, punya mobil, dll itu mah resiko yg mau tdk mau harus diterima..
ReplyDeleteah, aku juga ah.. mau nulis tentang wibawa XDD
ReplyDeleteentah kenapa merasa tersindir.. ToT
ReplyDeletemencari suami yg berwibawa....hmmm
ReplyDeletei see
ah, tapi menurutku kamu kadang galak juga kok nek.. =D
ReplyDeletehummm,, iya ya,, itu mah nasib yang harus diterima dengan lapang dada =)
ReplyDeleteditunggu yaa..
ReplyDelete=)
ReplyDeletewaduh. ketauan deh. ka donny jago, bakat deh jadi psikolog (eh, apa cenayang ya? haha,, pis ka!)
ReplyDelete