Follow Us @farahzu

Friday, March 22, 2013

Tentang Kota Manado


Cerita jalan-jalannya sudah saya post ya beberapa waktu lalu. Nah, sekarang saya mau share tulisan tentang Kota Manado-nya itu sendiri.

Gunung Manado Tua
Manado itu indah, sudah pada tau lah ya. Konturnya berbukit-bukit, tidak sedikit tanjakan dan turunan yang curam. Kalau belum mahir mengemudi, mending jangan bawa orang deh.. hehe..

Kebanyakan penduduknya dari suku Minahasa, kulitnya putih-putih, dan mayoritas beragama Kristen. Orang-orang pendatang banyak juga yang Muslim, tinggal di tengah kota.

Orang Manado suka sekali bernyanyi dan berjoget. Hehe..masih ingat Senam Poco-poco? Senam (tarian) itu asalnya dari sini loh.. 'Cuma ngana yang kita sayang...' Di setiap rumah makan yang kami kunjungi, pasti deh ada live music-nya, trus pengunjung bisa request lagu dan menjadi artist on the spot. Terus yah, di mobil yang saya dan suami tumpangi menuju Tomohon, bapak supir menyetel lagu-lagu manado. Ada satu lagu yang 'ear catching' buat kami. Awalnya kami hanya menebak 'ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri...' ah masa' sih lagu begitu. Tapi berikutnya ada, 'ke kanan, ke kanan, ke kanan...'. Hahah.. Ternyata itu lagu memang ke kiri dan ke kanan! Begini.
........ sekarang kiri e, nona manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri manise..
Sekarang kanan e, nona manis putarlah ke kanan, ke kanan, ke kanan, ke kanan dan ke kanan, ke kanan, ke kanan, ke kanan manise...
Unik yah. Seketika saya jadi sukaaaaa sekali lagu itu ;) Tinggal tunggu ada gerakannya, jadi deh penerusnya Poco-poco!

Tapi omong-omong soal musik, angkot di Manado juga full music, seperti di Makassar, tapi angkotnya lebih rapi. Dan beberapa angkot kursinya menghadap depan seperti di mobil-mobil travel, atau L300. Hehe.. Katanya nih, calon penumpang yang tidak sesuai dengan musik atau tempat duduknya, ga jadi naik! Menunggu angkot berikutnya. Ckckckckckck, penting banget deeeh... Oh iya, angkot di Makassar kan bayarnya flat, jauh-dekat 3000. Di Manado flat juga, tapi jauh-dekat 2000 saja.. murmeeer..

Kalau alat musik khas Manado apa ya, ada yang tau?
Yap, kolintang. Kolintang ini alat musik dari deretan bambu yang dipukul-pukul. Kolintang dibuat oleh seorang anak laki-laki buta loh.. Jadi ceritanya, anak lelaki itu pergi ke hutan untuk mencari bambu-bambu untuk kayu (bambu) bakar. Tiba-tiba dia tersandung dan bambu-bambu yang dibawanya terjatuh. Naaah saat itulah si anak ini menyadari bahwa bunyi bambu-bambu yang jatuh itu tidaklah sama semua. Maka dengan musical inteligence-nya yang tinggi, anak itu mulai menyusun bambu-bambu hingga menjadilah kolintang seperti sekarang.. Oia, anak lelaki itu sekarang masih hidup loh.. Sudah jadi kakek-kakek tapinya.. hehe.. (sumber: nonton tv beberapa waktu lalu)

Tapi bagaimanapun identiknya kota ini dengan musik, mohon maaf, di Manado tidak ada pengamen! Juga pengemis di pinggir jalan atau di lampu-lampu merah. Gengsi! Dan satu hal, kota ini beerrsiihh sekali. Bagaimana tidak, ternyata petugas kebersihan seperti penyapu jalan di sana bayarannya mahal! 2 juta sebulan, plus-plus. Maksudnya 2juta dan ada tunjangan lain-lain lagi. Waah kereeeen. Kota lain, terutama Jakarta dan sekitarnya bisa banget mencontoh nih.

Orang Makassar punya panggilang Daeng, atau masih biasa juga orang memanggil Mas, Pak, Bu, dan Mbak seperti di Jawa. Kendari punya Tina dan Banggona untuk memanggil. Kalau Manado apa? Manado memanggil laki-laki (muda sampai tua) dengan 'Cowok' dan perempuan (muda sampai tua) dengan 'Cewek'. Supir angkot, teman, sampai atasan. Maaakjaaaang... hihihi..

Hhhmmm tapi bagaimanapun indahnya kota Manado, tetap saja saya belum menemukan kota yang se-kota Makassar, kota paling kota. (Insya Allah akan dibahas lain waktu). Pun Jakarta, Depok, Bandung, Bekasi, Bogor, Tasik, Ciamis, Garut, Tangerang, Yogyakarta, Lampung, Pontianak, Kendari, menurut saya masih kurang kota kalau dibandingin Makassar... hihihi..

No comments:

Post a Comment