Follow Us @farahzu

Monday, August 13, 2007

Anak Jalanan Kembang Metropolitan

Menjadi fasilitator lukis anak-anak jalanan, menyadarkanku akan sebuah realitas. Awalnya aku hampir merubah skema yang telah lebih dulu ada dalam pikiranku, bahwa aku jadi akan mendampingi anak-anak jalanan yang selama ini selalu kuiringi dengan kasihan..

          Tapi kemarin, anak-anak itu bersih. Rapi. Terawat. Berpakaian dengan sangat layak. Bahkan beberapa berkacamata cukup bagus. Makanya kupikir, pesertanya bukan anak jalanan. Hanya komunitas-komunitas pengembangan anak, misalnya.

          Akhirnya aku yakin kembali setelah dicerahkan mba Wiwit. Bahwa mereka memang anak jalanan. Tapi..(ini dia yang ditunggu) mereka tidak pure hidup di jalanan. Hanya bekerja di jalan. Biasanya mereka masih punya orang tua. Hanya dimanfaatkan oleh ortunya untuk ikut mencari nafkah (demikian akhirnya aku menyimpulkan sendiri). Anak-anak yang benar-benar hidup di jalan, memang masih ada. Tapi tinggal sedikit. Tapi masih ada.

          Mereka, anak-anak dari SOS Desa Taruna yang kudampingi, lebih cerdas dari yang kukira sebelumnya. Lebih terdidik. Maklum, rata-rata berusia 8-14 tahun, dan termasuk beruntung bisa sekolah. Dan mereka menampakkan karakter aslinya: anak-anak. Anak-anak dan remaja (sangat) awalyang sewajarnya memang sangat suka bermain dan menjadikan apapun sebagai mainan. Mereka masih saling berkejaran dan saling mencorengkan cat ke wajah temannya saat melukis. Atau mengeluarkan candaan-candaan yang lazim ditemukan pada anak seusianya.

Anak-anak malang. Seharusnya mereka asyik bermain dan sibuk belajar seperti anak-anak lain seusianya. Bukan malah terjun ke kehidupan nyata orang dewasa yang sangat berbeda dengan dunia anak-anak mereka: keras, penuh perjuangan.

 

Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara...(sepertinya pernah dengar dan hafal..atau sekedar khayalku?)

 

Seperti di warung kopi (??)

14 Juli 2007

No comments:

Post a Comment