Follow Us @farahzu

Monday, March 16, 2009

Calon Menteri Nih…

“Liat ajah, nanti aku yang jadi Menteri Pendidikan”
Kata-kata itu meluncur begitu saja dari lidahku kira-kira 1 tahun yang lalu. Di gedung hijau PPMT, di depan loket kemahasiswaan, ketika sedang kesal dengan Dikti karena anggaran PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) kami tak kunjung turun padahal hari pelaksanaan program semakin dekat. Aku tak sempat berpikir waktu itu, kenapa tidak jadi Dirjen Dikti saja, kenapa langsung Menteri Pendidikan.
Kenapa ya? Ya, paling tidak Menteri Pendidikan lebih berkuasa daripada Dirjen DIkti. Jadi ingat juga tentang keluhan orang-orang tentang kurikulum yang terus berubah dalam waktu singkat yang sangat menyulitkan dan tidak efektif. Juga teringat akan “harusnya pendidikan kita….. harusnya….. harusnya…..”. Juga tentang UU BHP yang waktu itu masih jadi RUU dengan banyak sekali perdebatan. Dan yang terpenting, sangat banyak perbaikan yang dapat dilakukan untuk bangsa ini yang harus dimulai dari pendidikan.
Pendidikan. Meski sebenarnya saya lebih berminat untuk mendalami masalah-masalah sosial dan amat tertarik pada psikologi sosial, tapi rasanya saya akan membangun minat yang lebih dalam akan bidang ini. Terutama psikologi pendidikan. Kalau saja saya angkatan 2006, maka saya akan memilih jadi SoDik (berharap seperti Abu Bakr dan Aisyah). Tapi maksudnya bukan Shadiq, melainkan SoDik, artinya saya memilih peminatan Sosial dan penDidikan. Hehe…
Tapi setelah ikut seminar jobfair yang diadakan oleh departemen P&K BEM F.Psikologi beberapa bulan yang lalu, saya jadi terobsesi untuk kerja kantoran jadi HR. Terobsesi, dan optimis bisa survive, insya Allah. Jadilah saya merombak ulang (lagi) peta hidup saya, memajukan usia dan tahun target jadi MenDikNas, dan mengubah beberapa target sebelum jadi menteri.
Tetap ada kebingungan yang menemani, membuatku teringat akan seorang sahabat tercintah yang ingin merenda masa depan bersama (ups, jangan berpikiran macam-macam lho), lalu mengirim message. “Aku pengen jadi MenDikNas usia 41 thn di tahun 2029, pengen punya LSM di bidang pendidikan usia 30 di tahun 2018. Tapi pengen kerja di kantor juga jadi HR. Tapi kan mau ngambil S2-nya pendidikan. Gimana dong?”.
SMSku berbalas angin surga, “Begini alurnya my sista: S2 di London ambil bidang pendidikan, trus kerja di kantor jadi HR sambil nabung buat diriin LSM, trus usia 30 diriin LSM sambil tetap kerja di perusahaan kalo mau, terus jadi MenDikNas deh”. Hwaaa,, begitu lapangnya.. Makanya, kalau mikir jangan yang ribet-ribet dulu Non…
Kalau ada teman yang berkata ingin menjadi istrinya menteri, aku ingin yang jadi menterinya! Kalau suamiku, jadi presiden dooonngg,,, hehehehe,,, Tapi aku ga mau jadi istri presiden, aku maunya suamiku jadi presiden. Tau perbedaannya?? (halah, apaan sih…)
Bekasi, 15 Maret 2009

5 comments:

  1. Hei,menarik! Saya tunggu realisasi dari dirimu. Jangan NATO yah,hehe..

    ReplyDelete
  2. Aku mau jadi apa hayo??

    (kok nanyanya ke Farah?)

    Berarti Farah harus punya koneksi yang kuat ya dengan presiden terpilih, kan itu hak prerogatif presiden...

    Oiya, ga masalah ding, kan presidennya suami sendiri...

    ReplyDelete
  3. Hayo2..
    Ada yang tertarik jadi presiden? Hubungi farah ya!

    He2..

    ReplyDelete
  4. ..... kalian lucu... aamiin,,, :p

    ReplyDelete