Follow Us @farahzu

Tuesday, June 30, 2009

Ujian Mendengarkan

Mungkin telah banyak yang paham bahwa mendengar tidak sama dengan mendengarkan. Hearing not same with listening. Yang awal hanya butuh telinga dan pendengarannya. Yang kedua butuh telinga, pendengaran, dan atensi. Perhatian yang terfokus. Juga butuh intensi. Niat. Kemauan untuk memahami apa yang didengar.
Betapa banyak orang merasa pintar dan terlihat hebat kala ia banyak bicara, tentang hal-hal yang benar dan bermakna mungkin. Meski banyak pula yang banyak bicara namun isi pembicaraannya tidak benar dan tidak bermakna. Tapi terlepas dari kebenaran dan kebermaknaan, banyak orang yang ‘bisa bicara’.
Namun ketika orang-orang itu tampil hebat dengan ide-idenya yang memukau atau argumentasinya yang luar biasa cerdas, sangat tidak menyenangkan ketika kita menyaksikan perdebatan mereka. Semua berebut ingin bicara. Pendapat saya benar. Pendapat saya lebih hebat. Pendapat saya solusi.
Jika semua ‘orang hebat’ itu bicara,
Siapa yang akan mendengarkan ide-ide hebat mereka?

Begitulah. Mendengarkan butuh kerendahan hati. Untuk mengalah tidak bicara. Untuk tidak serta-merta terlihat cerdas di hadapan khalayak. Mendengarkan juga, butuh keikhlasan.
Teman, dalam sebuah episode pelajaranku dalam mendengarkan, ada ujian yang menurutku cukup berat dan menuntut kesabaran ekstra. Kesabaran untuk puas dengan hanya menjadi pendengar yang baik. Tanpa boleh bertanya. Kesabaran untuk menekan rasa penasaran. Tapi orang yang didengarkan butuh jawaban dan solusi. Dari apa coba?
Seseorang bercerita padaku bahwa ia sedang menghadapi ujian yang sangat berat. Terberat sepanjang hidupnya hingga kini. Ia bercerita tentang kebingungan-kebingungannya, kesedihannya, kekecewaannya… susah payah aku berusaha merangkainya menjadi sebuah ‘cerita’. Gagal. Lalu, “Aku harus gimana Farah? Aku butuh support”. Tapi sayangnya, ia tak mau sedikitpun menceritakan apa masalahnya. Aku pun merasa tak layak dipercaya untuk bertanya lebih lanjut apa masalahnya (meski rasa penasaran memuncak), apalagi memaksanya untuk bercerita padaku. Aku tidak tahu apa masalahnya.
Kalau kalian jadi aku, apa yang akan kalian katakan untuk mensupportnya?
Sabar ya sayang,
Bekasi, 27 Juni 2009

4 comments:

  1. Dengarkan aja far..
    Siapa tau yg sbenarnya paling dia butuhkan bkn pnyelesaian mslhnya, tp seseorang yg mdengarkannya..

    ReplyDelete
  2. kita diberi dua buah telinga, harusnya mampu 2x lebih banyak medengar dibanding berbicara

    ReplyDelete
  3. iya, iya,, benar, memang dengarkan saja.. tapi dia minta solusi... haduuhh...

    ReplyDelete
  4. kata farah.. tulisan ini tentang aku..

    dduhh so sweet bener.. hati mu bening banget farah..

    seneng banget jadi sahabat ..

    =)

    badai sudah berlalu farah, salah satu nya karena mu..

    makasih ya ..

    ReplyDelete