Follow Us @farahzu

Saturday, July 25, 2009

Penyeberang Phytagoras


Berawal dari penghargaanku terhadap waktu yang mungkin bagi sebagian orang berlebihan. Aku selalu berusaha agar semua waktuku tak ada yang terbuang percuma, dalam hitungan jam, menit, bahkan detik. Sayang. Jadi aku juga berusaha mengerjakan segala hal yang kulakukan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja (jadi ingat naskah Proklamasi). Aku terhitung orang yang gesit. Dan seringkali geregetan melihat orang yang lelet dan bermalas-malasan. Bagiku, kalau bisa 1 menit, mengapa harus ada menit ke-2 untuk selesai?
      
Hal ini tercermin dalam hampir semua perilaku dan gerak-gerikku. Irama berjalanku cukup cepat, tapi masih normal. Aku menulis juga dengan cepat. Terkecuali mungkin dalam berpikir, suka agak lelet, hehehe... Nah, rutinitas harianku menyeberang Margonda, seringkali memakan waktu lama terutama pada jam-jam berangkat dan pulang kantor. Tapi ada sesuatu yang ternyata cukup unik dari perilaku menyeberangku. Aku menyeberang menggunakan prinsip phytagoras; c2 = a2 + b2 .

Bila tujuanku ke seberang kiri, alih-alih menyeberang lurus ke depan lalu berjalan ke kiri seperti lazimnya orang-orang, aku menyeberang langsung miring ke arah kiri. Bagiku itu lebih efisien dan semakin mendekatkanku pada tujuan. Waktu beberapa detik untuk menempuh b2 itu berharga. Begitu juga bila arahku ke seberang kanan.

Alasan ke-2 penyebab perilaku menyeberang ini adalah kecintaanku pada matematika. Aku mencintai rumus-rumus itu tidak hanya di atas kertas atau papan tulis. Aku ingin juga menerapkannya di kehidupanku sehari-hari. Benar-benar sehari-hari.

Dan aku bertemu teman setipe dalam hal ini. Ia tidak menyeberang phytagoras, tapi bila melewati belokan ia selalu berjalan di zona terdekat dari pusat belokan atau tikungan tersebut. “Supaya jari-jarinya semakin kecil”, katanya. Jadi waktu dan effort yang dibutuhkan juga semakin sedikit.

Setiap ilmu pasti punya manfaatnya masing-masing. Matematika, membuat hidup lebih efisien ^.^

16 comments:

  1. sama dengan saya..

    ^_^

    caranya nggak sama, tapi esensinya...

    ReplyDelete
  2. saya sukanya fisika!!
    pecinta hukum 1 sampai dengan hukum 3 Newton..

    ReplyDelete
  3. saya juga...
    terutama yang prinsip kelembaman benda.

    butuh tenaga besar untuk membuat saya bergerak dari kondisi diam, pun sebaliknya dari kondisi bergerak ke kondisi diam.
    hehe...

    ReplyDelete
  4. hehe..ada aku di tulisanmu,, terharu,wkwkwkwk

    ReplyDelete
  5. apaan? uhmmmm,, let me guess, bahasa indonesia ya? ups, maaf, bahasa Indonesia kah?

    ReplyDelete
  6. hweeiittsss!! fisika itu bahkan "hal" yang paling saya takuti bahkan sampai saya kuliah ka jams. masuk ke gedung departemen fisika di FMIPA aja saya ngeri. hahahaa..

    ReplyDelete
  7. iya ra... aku tau kok. hehehee... "kehidupan kita" cukup membuka banyak hal ^_^

    ReplyDelete
  8. sengaja wi, biar terharu. hwehehee.. kenapa terharu? aku so sweet ya?? emang. (wakakakaka)

    ReplyDelete
  9. ooh..jadi yang suka berjalan dengan rute yg jari2 nya paling kecil itu k'dewi ya?
    hahahahah.....
    imejnya pas!!!!
    hahahahaha....

    ReplyDelete
  10. heheee.. demikianlah adanya.. kami memang setipe dalam hal ini ^^

    ReplyDelete
  11. Apakah efisiensinya sebanding dng efort sosial yg harus dkeluarkan?

    ReplyDelete
  12. Seperti tabrakan dng org2 yang tidak menyangka bhw ada pnyebrang phytagoras di depannya..

    ReplyDelete
  13. hahaha...maksudnya itu toh k'iman?
    kan sekarang pengkolan2 udah dilengkapi kaca spion, jadi bisa pake itu buat nentuin apakah bisa langung belok atau ngerem dulu...
    hahaha....

    atau klo mau intip2 dulu...
    :D

    ReplyDelete
  14. @ira:
    Intip2..?
    Gk kebayang klo ira melakukn hal itu..He2

    ReplyDelete
  15. emang ga usah dibayangin lah kak iman. hhaa..

    ReplyDelete