Follow Us @farahzu

Friday, February 5, 2010

Cerita khadimat

Sebenarnya khadimat yang diceritakan di sini bukan murni khadimat, hanya beberapa jam datang setiap hari untuk mencuci dan menyetrika baju, dan menyapu serta mengepel dan sedikit beres-beres.  Beberapa waktu lalu ibuku memberhentikan seorang khadimat dengan alasan dia terlalu perhitungan. Kalau dimintai tolong di luar “jobdesc”-nya di atas, ia seringkali menolak. Sangat tidak cocok dengan kebiasaan di rumahku yang “kalo ngeliat ada yang ga beres ya diberesin laa, siapapun itu”. Jadi, ia diberhentikan. Pas juga dengan waktu ibuku ditawari khadimat lain oleh tetangga, yang available untuk menginap. Padahal, kalau aku sih, sudah cukup puas dengan “kinerja” mbak yang pertama, dan tidak terlalu bermasalah dengan sifat perhitungannya itu. Ketika di keluargaku mulai muncul wacana untuk mengganti khadimat, yang aku pikirkan adalah, “ntar, mbak yang baru nyucinya sebersih mbak ini gak ya?” atau, “ntar, mbak yang baru kerjanya segesit mbak yang ini gak ya??” Dan aku masih belum rela kalau harus berbagi kamar dengan orang lain (berhubung kamar di rumahku ngepas, ada 3). Tapi berhubung aku tidak ikut memutuskan, ya sudah lah. *Cuma bisa berharap.
            Jengjeeeennggg!! Ketika aku pulang ke rumah di akhir pekan (waktu itu aku masih kos), ibuku mengeluh lagi, “Haduh de, mbak ini masih anak-anak bangeeett, belum bisa apa-apaaa…” Sebenarnya tidak juga anak-anak, 17 tahun umurnya. Dan sudah menikah. Sepertinya dia sama sekali tidak pernah (apalagi dibiasakan) kerja di keluarganya. Karena benar, belum bisa apa-apa. Masih ibuku yang mencuci. Waktu aku pulang pun, aku mendengar ibuku memanggilnya, “Mbaaak, sini, ibu ajarin ngebilas!” ckckckckckckck… membilas pakaian saja belum bisa…itupun mencuci dengan mesin… repotlah lagi ibuku mengajari anak ini…
            Khadimat yang ini sangat penurut, kalau makan pun terima apa yang ada di lemari. Tapi mungkin karena tidak dibiasakan kerja, jadinya sangat tidak punya kepekaan, apalagi inisiatif, hanya tunggu perintah. Mba, nyapu dulu ya. Mba, abis itu ngepel ya. Jangan lupa baju kotornya direndam dulu. Dan seterusnya. Kalau tidak, ya dia akan diam a.k.a bengong. Pfiuhh.. sekali waktu, ibuku sedang menggoreng tempe di dapur, dengan ada dia di situ juga. Lalu ibuku meninggalkan gorengannya ke meja makan menemani ayahku, dengan berpikir, ‘ah, ada dia, masa sih ga nengok-nengok…’ humm.. tau apa yang terjadi selanjutnya? Tempe itu gosong! Dengan dia masih saja asik makan di dekatnya. Ibuku, “Ya ampuuuunnnn, sampe gosong giniiii…?!” Dan, saudara-saudara, tahukah apa yang dia katakan pada ibuku? Jawabannya hanya, “Ibu mah kalau goreng tempe ditinggal sih…”
?!!@#$@$@%$#%&$*$&*$*#(*@&!!!??!!?!!@#$@$@%$#%&$*$&*$*#(*@&!!!??!!$
Tepat. Tak lama ia juga diberhentikan. Ibuku capek mengajarinya, masih terlalu belum bisa apa-apa. Dan ketika ibuku akan mengatakannya, ia lebih dulu minta izin mau pulang kampung. Hhee… ibuku langsung senang, “Oh, ya udah, gapapa” =)
Mungkin, kitanya ga seneng, dianya juga udah ga betah kali disuruh kerja. =D

5 comments:

  1. Non farah aja kalo gitu jadi penggantinya.. :D

    ReplyDelete
  2. Iya emang.jadi "gajah" lain yg cukup mnyita waktu

    ReplyDelete
  3. pernah ada kasus pencurian ngga..? ^^

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah ngga..mereka jujur2...knp?prnah mengalami kah?

    ReplyDelete
  5. ditempatku sering.. hehe
    sampe lupa berapakali terjadi PHK

    ReplyDelete