Follow Us @farahzu

Friday, March 19, 2010

Darah untuk Skripsi Putriku

Berhari-hari, bermalam-malam, aku layaknya pemuda kahfi yang walaupun jelas tidak sehebat mereka, mengisolasi  diri di dalam gua. Kesamaannya, ini sama-sama ujian keimanan. Skripsi itu ujian keimanan luar biasa bagiku (nanti deh kalo ada kesempatan, abis sidang, insya Allah aku cerita tentang itu). Pintu gua (baca: kamar) sesekali terbuka, tapi lebih sering hanya ‘sedikit’ terbuka agar tetap bisa kontak dengan ‘dunia luar’. Berhari-hari dan bermalam-malam itu juga kamarku diseraki kertas-kertas putih bernoda print out dan coretan-coretan pembimbing atau coretanku sendiri. Rusuh.
Hingga sampailah pada suatu pagi, Rabu yang indah, akhirnya draft selesai. Berikutnya di kampus nanti aku harus mengeprint ratusan halamannya. Demi menghemat beberapa puluh ribu rupiah, aku berusaha membuka kembali jilidan draft yang lama, untuk mengambil sekitar 70an lembar lampiran verbatimnya. Tidak ada alasan untuk mengeprint kembali dan tidak menyerahkan 70an lembar itu pada penguji, karena masih sangat layak tanpa coretan.
Ternyata, s u s a h sekali. Hasil steples jilidan itu sepertinya langsung dibuat paten oleh abang foto kopi. Ibuku ikut membantu dan mengambil alih. Awalnya ia memakai bagian belakang steples lain untuk membuka temannya (sesama steples). Tak berhasil, terlalu kuat. Beliau minta aku mengambilkan pisau.
Tapi sebelum pisau dariku sampai, ujung steples besi yang tajam itu telah menggores tangannya, mengguratkan luka panjang. Dan, darah segar mengalir. Tapi beliau seperti tidak merasakan apapun. Kuobati, beliau berjuang lagi. Seperti mati rasa. Setelah bersusah payah beberapa menit kemudian, jilidan itu pun terbuka.
Beberapa menit kemudian sebelum berangkat, aku memeluk dan mencium beliau, meminta maaf lagi atas lukanya. Tau, apa jawaban beliau?
“Mamah seneng, akhirnya ada juga yang bisa mamah bantu buat skripsi ade”
Bekasi, 18 Maret 2010

15 comments:

  1. mama farah selalu so sweet.. kamu warisin manisnya ya far..

    ;) salam ahh buat mamah..

    ReplyDelete
  2. mama farah selalu so sweet.. kamu warisin manisnya ya far..

    ;) salam ahh buat mamah..

    ReplyDelete
  3. udah rul, kan aku gula pasir, tropicana-ku.. =)

    ReplyDelete
  4. Wuih, bener2 berjuang dengan darah dan air mata..
    *terharu*

    ReplyDelete
  5. wah...ibunya farah keren....
    dah lama ga ketemu beliau.... nitip salam ya klo ketemu....
    *plaks!!!*

    ReplyDelete
  6. wow,,,
    titp salam buat mamahnya"Ade"
    semangat ya "Ade"^^

    ReplyDelete
  7. Bwt yg trharu: trimakasih atas penghayatannya.. =)

    ReplyDelete
  8. huwaaa,terharu T.T
    padahal dukungan seorang ibu pasti lebih dari itu..
    tapi,rendah hati sekali y seorang ibu itu..
    jd pengen nangis..

    ReplyDelete
  9. ibunya ka farah so cwit amaaat >,< *larilarimutermuter*

    ReplyDelete