Follow Us @farahzu

Wednesday, February 15, 2012

Tidak Semua yang Beredar Terang-terangan itu Makanan Halal

Akhir-akhir ini saya resah. Banyak sekali restoran tanpa sertifikat halal menjamur di mana-mana. Konsumennya, tidak lain banyak pula orang Islam, banyak muslimah berjilbab juga tampak menikmati.

Terlepas dari isu-isu yang digulirkan dalam persaingan usaha, menurut saya tetap sangat aneh kalau ada restoran halal yang tidak merasa perlu mengurus sertifikat halal dari MUI, sedangkan ia mengurus segala keperluan untuk mendapatkan izin BPOM. Ya ngga? Kalau warung-warung pinggir jalan dan usaha kecil, apalagi yang penjualnya kita kenal atau yakini pemahamannya tentang kehalalan, wajar saja, tidak mengurus sertifikat halal dari MUI, tidak pula mengurus izin BPOM. Modal terbatas. Belum ada merk. Tidak ada sumber daya untuk urus itu. Tapi untuk restoran besar yang hampir ada di setiap mall?

Masalahnya, masyarakat kita masih terlena. Saya baru menyadari waktu sedang keluar kantor dan mencari makan untuk pak supir. Saya sudah makan, pak supir belum, kawan saya mau makan lagi #dasar. Kawan saya yang non-muslim, tentu saja tidak masalah mau makan di mana. Dia mengajak ke s*laria. Saya dan pak supir solat dulu. Lalu sambil jalan, saya bilang, “Di KF* (junk food) aja yuk Pak, s*laria kan belum halal”. Nah si bapak kaget, “Hah, masak sih? Kok sudah beredar di mana-mana dan boleh-boleh aja??”

Nah itu dia, kebanyakan kita masih terlena dan belum berhati-hati. Tidak seperti di negara bukan muslim yang secara otomatis kita akan lebih selektif memilih makanan halal; di Indonesia, karena kebanyakan muslim, jadi orang merasanya aman-aman saja. Padahal tidak lho… Hati-hati banyak jebakan!

Kawan-kawan saya juga banyak yang baru menyadari. Saya juga bukannya sudah sadar dari dulu sih. Sering terjebak juga karena kurang hati-hati. Alias kurang concern dengan kehalalan makanan yang saya konsumsi. *sedih.

Hati-hati, selain makanan haram itu akan digodok di neraka (na’udzubillaahi min dzaalik), makanan haram yang dikonsumsi bisa menghambat terkabulnya doa juga lho *saksi.

Pernah dengar cerita tentang istijabahnya doa Sa’d bin Abi Waqqash?

Suatu ketika Rasulullah saw menawari Sa’d untuk beliau doakan. Bahasa kitanya, 'kamu mau kudoakan apa, Sa’d?' Kalau Nabi saw bertanya itu padamu, kamu mau minta apa? Kehidupan yang baik? Keluarga yang menjadi penyejuk mata? Bertetangga dengan beliau di surga?

Nah, cerdasnya Sa’d, ia menjawab, “Doakan aku ya Rasulullaah, agar doa-doaku sendiri mustajabah”. *Keren yah.

Lalu, apa kata Nabi saw.? “Bantulah aku hai Sa’d, dengan memperbaiki makananmu.” Dan Sa’d benar-benar menjadi orang yang selalu diijabah doanya.

Perbaiki makanan yuuuk!

13 comments:

  1. kayaknya daripada label halal, mendingan dibikin label haram aja deh mbak..:D

    ReplyDelete
  2. iya kak s*laria, D'Cos* itu belom ada halal dari mui-nya

    ReplyDelete
  3. skalian di list dunk far restoran2 tempat kita sering makan tp ternyata msh blm halal

    ReplyDelete
  4. Dan ingat, selain halal, kita juga diperintahkan untuk memakan makanan yang thoyib.

    ReplyDelete
  5. masak sndri lbh aman ka, bkn cm halal tp jg bs trjamin kebersihan'a.. :D
    *makin cinta deh sama makanan rumah.. :D

    ReplyDelete
  6. yup! tapi banyak kan jilbaber yg nongkrong situ? khawatir jadi legalisasi.. *apa deh bahasaku

    ReplyDelete
  7. eeerrrhhmmm... permintaan yg sulit.. maklum jarang jalan dan jajan *hope so :D aku ga tau banyak Sist, cuma sol*ria, *Cost, j-c*, bre*dTalk, Ha*amasa... apalagi yaa??

    ReplyDelete
  8. bettuul!! *gitu dong ka, komennya bener :D

    junk food sudah banyak yg halal, tapi ga thoyyib juga ya

    ReplyDelete
  9. tentu saajjaaa ^_^ *ngiri deh bisa masak..

    uunngg... ini kalau lagi jalan dan mesti makan di luar lho..

    ReplyDelete
  10. kan kita mayoritas muslim, mestinya lebih concern ke yang haram daripada yang halal..:D

    ReplyDelete
  11. Yap, selain kemaslahatan ummat secara umum (apakah makanan yg kita makan merugikan ummat Islam di belahan bumi lain/tidak), thoyib juga memperhatikan gizi dan pengaruh makanan terhadap tubuh. Makanya, pengetahuan tentang gizi dan memasak makanan dengan benar merupakan sunnah yang mendukung praktek thoyib dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi untuk fars yang sebentar lagi berkeluarga, memiliki suami dan anak yang mengharapkan masakan lezat bergizi dari ibu/bunda/umminya.. :D

    ReplyDelete
  12. waaaahh betul sekali ka iman.. trimakasih atas pengingatannya.. btw..itu kalimat terakhirnya -__- saya aminin dengan sepenuuhh hati kak ^_^

    ReplyDelete