Follow Us @farahzu

Wednesday, June 3, 2009

Pak, Ada Uang Receh?

Waktu masih semester 4, mata kuliah Psikologi Kepribadian 2, kami sedikit membahas tentang learned helplessness. Putus asa yang dipelajari. Sang dosen meminta kami mencari contoh. Hampir semua contoh yang dikemukakan benar, namun tidak sesuai dengan mau si dosen yang memberikan clue: “di dekat kita banyak sekali lho…” Semua contoh yang ada dianggapnya terlalu memenara gading, mencerminkan anak-anak UI sekarang. Ada yang menyebutkan dirinya sendiri, tokoh-tokoh ternama, artis, ilmuwan, bahkan Ibnu Khaldun.
Tak berhasil ditebak, sang dosen akhirnya menjawab clue-nya sendiri. Pengemis. Betapa seringnya mereka menemui keputusasaan dalam usaha-usaha mereka yang lebih produktif sebelumnya, dengan daya lenting (resiliensi) yang belum cukup mereka miliki, akhirnya pasrah mengharapkan uluran tangan orang lain yang murah hati. Daya lenting, maksudnya kemampuan mereka untuk kembali fight setelah mengalami kegagalan.

Jumat pagi, 2 pekan yang lalu, saya berencana untuk “pergi ke suatu tempat” bersama beberapa orang staf saya yang semuanya perempuan. Setelah kami berkumpul dan tinggal menunggu  1 orang terakhir, kami berpencar sebentar. Ada yang membeli minum sebotol besar ke indomart Kober, sedangkan saya dan 1 orang yang lain masuk ke gang sawo untuk membeli roti goreng Medan, sekalian memecah uang untuk ongkos.
Semuanya Rp5.000,00. Kukeluarkan selembar uang Rp50.000,00 yang ingin dipecah. Sang penjual mengambilnya, dan tanpa banyak pikir menghampiri seorang pengemis yang sedang duduk tak jauh dari situ. Menghampiri seorang pengemis, menukarkan uang! Kakek-kakek pengemis itu tidak punya. Tanpa perlu waktu untuk berpikir, sang abang menghampiri pengemis lainnya, kali ini nenek-nenek. Ada!
Lima puluh ribu rupiah, dengan pecahan 2 lembar 20.000an dan 1 lembar 10.000. Sepagi itu, kira-kira pukul 07.15, dari buntalan kain seorang pengemis. Padahal hanya jarak selangkah dari gerobak roti goreng itu ada banyak gerobak pedagang lain. Mungkin mereka belum dapat segitu banyak pagi-pagi, tapi pengemis itu bahkan membawa bekal 50.000! itu yang terlihat. Belum lagi yang tidak, mungkin saja bila saya ingin menukarkan 100.000….
(silahkan menyimpulkan pikiran masing-masing)
Yang jelas, saya begitu shock-nya melihat ‘adegan’ itu sehingga ketika melewati kedua pengemis tadi, sama sekali tidak ada keinginan untuk memberi. Saya ilfeel. Ilang feeling. Setelah itu tanpa rasa malu sedikitpun (atau memori bahwa uang saya-lah yang tadi ditukarkan padanya melalui abang roti goreng), pengemis itu masih saja meminta pada saya yang bahkan menoleh pun tidak ingin, dengan ekspresi yang, entahlah, sangat tidak menyenangkan, seakan saya berdosa sangat telah membuka aibnya (punya uang minimal 50.000 pagi-pagi).
Hummmmmmmmmmheeemmmmmmmmmmmmm……. Betapaohbetapa……………

Depok pagi hari,
3 Juni 2009

3 comments:

  1. haha,,,pengemis punya duit limapuluh rebu di buntalan sementara mahasiswa yg lewat2 depan dia mungkin cuma punya duit 5 rebu di dompetnya...

    gambaran yg unik...

    ReplyDelete
  2. uffhhh.. ga nyangka *shock mode: on

    ReplyDelete