Arisan, buat saya sejak kecil, sangat identik dengan dunia ibu-ibu. Ternyata tidak juga. Walaupun kebanyakan memang pesertanya ibu-ibu, dan bisa dibilang hampir tidak ada ibu-ibu yang tidak ikut arisan. Di lingkungan rumah dengan tetangga, di kantor, di perkumpulan istri karyawan di kantor suami, di PKK, maupun di lingkungan peer atau ngobrol atau berkumpulnya ibu-ibu; arisan selalu digagas. Dan hebatnya, dijalankan.
Memang tidak hanya ibu-ibu yang ikut arisan. Bapak-bapak maupun cowok-cowok single di kantor juga boleh ikut. Tapi berhubung sekarang saya sudah masuk itungan ibu-ibu, jumlah kelompok arisan yang menghampiri pun semakin b.a.n.y.a.k. Entahlah, mungkin dunia ibu-ibu memang identik dengan ngumpul, ngobrol, dan, arisan.
Awalnya saya malas sekali ikut arisan. Kalau ada acara rutin hayuklah saya ikut, tapi ga usah ikut arisannya. Bertahan 2bulan saja, setelah semua orang bertanya kenapa tidak ikut. Heran, artinya ikut arisan adalah sebuah kelaziman dan tidak ikut arisan adalah sebuah keanehan. Pada akhirnya saya ikut arisan itu, dengan 'syarat': tapi saya dapatnya terakhir ya... Deal.
Yup, karena buat saya, menikmati uang arisan sebelum akhir periode itu adalah sama dengan dihutangi. Kurang nyaman buat saya. Mungkin yang ada kalau itu terjadi, uang arisan itu saya simpan untuk saya keluarkan lagi setiap bulannya untuk bayar kewajiban (ga asik banget lo far,hahaha). Lain halnya kalau dapat terakhir, sama saja dengan menabung. Karena sungguh, saya merasakan sekali, bahwa menabung itu harus dipaksa, alias ditagih. Oleh orang lain, autodebet rekening, maupun yang tersulit; diri sendiri.
Mungkin dapat dikatakan arisan adalah sebuah budaya khas Indonesia. Wa bil khusus, khas ibu-ibu Indonesia. Mantap. Hehehe..
Sebenarnya dulu, saya pernah membaca tentang syubhatnya arisan. Maksudnya hukum uang yang diperoleh dari arisan itu tidak jelas, karena sistemnya pun belum jelas halal atau haram atau mubah (boleh)-nya. Saking dulunya, saya sampai lupa baca di mana. Tapi barusan ini saya browsing lagi, hukumnya alhamdulillah mubah, selama berjalannya adil dan tidak ada pihak yang dirugikan 😊 selain itu selama tidak diiringi dengan hal-hal yang dilarang, seperti judi, umbar aurat, dan ghibah (istighfar). Arisan juga mengandung sifat tolong-menolong dan silaturrahim sesama anggotanya. Sumbernya bisa dibaca di sini atau disini atau disini.
Jadi totalnya dalam satu tahun berjalan ini, saya telah terdaftar dalam 3 kelompok arisan, dimana satu kelompok saya sudah dapat karena telah hampir berakhir. Hehehe.. Ya, bagaimanapun juga harus diakui, saya sudah ibu-ibu pemirsah... Hihihi...
mau komentar, yaa =)
ReplyDeletepertama, dapet arisan terakhir itu bukan nabung menurutku :) kenapa? misal 12 peserta, berarti setahun yah baru dapat arisannya? nah, inflasi sudah naik pas qta terima arisan. tapi kalau nda mau langsung dipakai investasi yaa bisa sii terima belakangan, tapi tetep rugi menurutku (itung-itunganku) hehe. kalau sudah terima arisan, kabarii yaaa ;D
yang kedua =P
ReplyDeletearisan nguras gaji, kakaaaak. saya cuman ikut arisan keluarga plus kantor tapi ngabisin sekitar 20% penghasilan. sungguh, besarnya biaya silaturahim, hahaha =)
*langsung ambil kalkulator*
ReplyDeleteoiya yaaah aku ini 15% gajiku juga buat arisan.. hihihihi... masalahnya aku perlu DIPAKSA buat nabung jeng, kalo ngga bisa-bisa pembagian tugasnya tetap: suami bagian nabung, istri bagian belanja. hahaha...
rencananya sih abis dapet arisan mau dibeliin LM kalo pas emas murah, atau kalo lagi mahal, mau ditaro deposito... investasi..hehe
hei ka farah assalamualaikum..
ReplyDeleteasik ka di tanah rantau?
dari kemarin-kemarin udah sempet kepoin blog tp belum sempet komen hihi
haha post ini membuatku berpikir ulang mau ikut arisan apa engga :)) makasih yaa
waalaikumussalaam wr wb. haaaaiii puutt! ini kenapa deh yang komen di tulisan ini namanya putri semua.. hihihi... Alhamdulillah so far so good.. eiya selamat ya atas pernikahannyaaa *telatdapetinfo :D semoga berkah dan langgeng sampe surga! aamiinn..
ReplyDeleteikut aja put, seru.. hehehe